Senin, 09 Agustus 2010

PELAYANAN, KARIER DAN KELUARGA

PELAYANAN, KARIER
DAN KELUARGA
Oleh: Timotious Sukarman. S.PAK, M.Th

Bagian 1
Pendaluluan


Bukan Pilihan, Tetapi Prioritas

Pelayanan, Karier dan Keluarga bukan suatu pilihan, tetapi suatu prioritas. Mana yang menjadi prioritas dari tiga hal tersebut, yang merupakan bagian dari hidup manusia akan menentukan arah atau tujuan hidup seseorang di kemudian hari. Karakter seseorang akan ditentukan oleh prioritas yang diutamakan.
Jika yang menjadi prioritas adalah karier atau pekerjaan, maka keserakahan, dan kesombongan akan mewarnai kehidupan selanjutnya. Jika keluarga adalah pilihan yang pertama, maka karier atau pekerjaaan menjadi kedua. Dan jika demikian maka keegoisan akan nampak dalam sepanjang kehidupan dan dalam keluarga. Semua kehidupan dan pekerjaan untuk mencukupi ”kebutuhan” keluarga. Maka pelayanan secara otomatis akan menjadi yang terakhir dari sisa hidup, pekerjaan dan keluarga. Apabila dalam berkarier (bekerja) hasilnya tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga, sementara waktu tercurah kepada pekerjaan, maka bisa jadi pelayanan tidak pernah terpikirkan dan ”kebutuhan” keluarga yang menjadi tanggung jawabnya pun tidak terjamin. Maka apapun akan dilakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ironis, jika demikian pelayanan pasti bukan suatu prioritas utama, apalagi pilihan. pelayanan akan menjadi beban, karena pelayanan membutuhkan waktu, tenaga, pikiran, hati dan juga dana.
Lalu bagaimana jika yang menjadi prioritas adalah Pelayanan? Mendahulukan Tuhan, diatas segala-galanya? Tuhan Yesus berjanji kepada setiap orang percaya yang mau mencari Tuhan dan kebenaranNya; yang mau mendahulukan Tuhan diatas segala sesuatu, termasuk karier dan keluarga. ”.......maka semuanya akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Tentu tambahan itu termasuk karier dan Keluarga!
Namun kenyataan sebagian besar orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus salah dalam memprioritaskan yang utama, sehingga kesempatan yang ”utama” dalam hidup, pekerjaan atau karier, keluarga dan ”pelayanan” tidak menjadi berkat bagi keluarga, Gereja dan masyarakat pada umum serta tidak menjadi kemuliaan bagi Tuhan Yesus yang sudah memanggil, mengampuni dan meyelamatkan jiwanya.
Karena yang menjadi prioritas mereka adalah pekerjaan, uang dan keluarga, dan jika masih ada waktu dan sisa dari ”kebutuhan” keluarga, maka baru pelayanan di Gereja. Mata Tuhan Yesus berkata,: ” Apakah gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26).
Rasul Paulus menasehati Timotius, anak rohaninya yang masih muda akan bahaya memburu atau ”cinta uang”, ”Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagi duka” ( I Timotius 6:10).
Pertanyaan klasis, apakah yang utama dalam hidup ini? Buku ini akan menuntun pemikiran Anda dan memberikan paragidma atau cara pandang baru mengenai tiga hal utama dalam hidup ini, yaitu : Pelayanan, Karier dan Keluarga.
Karakter seseorang dikemudian hari sangat ditentukan oleh pemahaman tentang tiga hal, yaitu pelayanan, karier dan keluarga serta prioritas apa yang mereka prioritaskan dalam hidupnya sekarang. Salah dalam memprioritaskan yang utama dalam hidup sekarang ini, akan menyesal dikemudian hari dan hidup menjadi tidak berarti.









Bagian 2
Pelayanan

“Dialah yang menyelamatkan kita dan memangil kita dengan panggilan kudus, ......“ (II Tim. 1:9)


A. Pendahuluan
Surat II Tim. ditulis di penjara di Roma pada masa tahanan yang ke-2, yaitu pada tahun 65. Kali ini keadaan di tempat tahanan lebih berat dibandingkan masa tahanan yang pertama tahun 60-62, karena pada masa itu Paulus diperkenankan tinggal dirumah kontrakannya sendiri (sebagai tanahan luar). Tetapi pada masa tahanan ke-2 ia benar-benar berada dalam penjara (1:8), bahkan Ia dibelenggu (1:16) dan diperlakukan sebagai seorang penjahat (2:9).Paulus sudah menjalani persidangan pertama, dan Paulus menduga akan dihukum mati dalam waktu dekat (4:6). Semua teman-temannya sudah meninggalkan Paulus, kecuali Lukas. (Penulis Kisah Para Rasul).

Dalam masa kesepian dan firasat kematian, Rasul Paulus amat merindukan kedatangan Timotius pada saat-saat terakhir hidupnya. Kerinduan akan Timotius serta anjuran kepadanya untuk setia dalam pelayanannya merupakan motif utama dari penulisan surat II Timotius. (Paulus tidak jadi hukum mati. Sekali lagi ia dibebaskan, lalu ia pergi ke Spanyol (th 66). Ketika masih di Spanyol atau sekembalinya di Roma, Paulus dihukum mati (tahun 66/67).

Diselamatkan, dipanggil dan diperintahkan untuk melayani!!!!
Mengapa melayani?
1.Diselamatkan untuk melayani Allah (2 Tim 1:9)
Alkitab mengatakan: ” Dialah yang menyelamatkan kita dan memilih kita untuk pekerrjaanNya yang kudus, bukan karena kita layak, melainkan karena itulah yang telah dikaruniakanNya”

Allah menebus kita, supaya kita bisa melakukan ”pekerjaan kudusNya”. Kita tidak diselamatkan oleh pelayanan, tetapi kita diselematkan untuk untuk pelayanan.

Dalam Kerajaan Allah, kita memiliki sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran, sebuah fungsi untuk dilaksanakan. Ini memberi arti dan nilai yang luar biasa kepada hidup kita.

Yesus harus mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk membeli keselamatan kita. Alkitab mengingatkan kita: “Allah telah membeli kamu dengan harga yang sangat mahal. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhMu” (I Kor. 6:20). Lebih lanjut Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma, supaya mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah..........ITU ADALAH IBADAHMU YANG SEJATI”.
.( Roma 12:1).

Istilah lain dalam bahasa Inggris untuk “melayani Allah” yang salah dimengerti oleh banyak orang adalah kata MINISTRI (Pelayanan sebagai pendeta). Tetapi Allah berkata setiap anggota keluarga-Nya merupakan seorang pelayan (ministri). Di dalam Alkitab, kata hamba (Servant) dan pelayan (Ministri) adalah sinonim, seperti hanya service dan ministry.

Jika kita seorang Kristen, kita merupakan seorang pelayan (ministry) dan kita melayani (service atau pun Ministry). Contoh : Ibu Mertua Petrus.....”Bangun dan mulai melayani Yesus.... ” (Matius 8: 15).


2.Dipanggil untuk melayani
Alkitab mengatakan: Allah menyelamatkan kita dan memanggil kita supaya menjadi umat-Nya sendiri, Ia melakukan itu bukan berdasarkan apa yang kita kerjakan, melainkan berdasarkan rencana-Nya sendiri (Fil.3: 14), dan Rasul Petrus menambahkan...kamu dipilih untuk memberitakan sifat-sifat mulia Allah, yang memanggilmu...(I Pertus 2: 9).

3.Diperintahkan Untuk melayani (Mat. 20:28)
Bagi orang Kristen, pelayanan bukan pilihan dan sesuatu untuk dimaksukan ke dalam jadwal kegiatan, . jika bisa menyediakan waktu. Pelayanan adalah inti kehidupan Kristen. Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk “melayani” dan “memberi”.

Melayani dan memberi, dua kata kerja tersebut seharusnya menjadi ciri kehidupan kita. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kedewasaan rohani sendiri tidak pernah merupakan tujuan. Kedewasaan adalah untuk pelayanan!!! Kita bertumbuh untuk memberi. Tidak cukup kita hanya belajar dan belajar saja. Kita harus bertindak berdasarkan apa yang kta tahu, dan menjalankan apa yang kita katakan. Belajar tanpa pelayanan menyebabkan kebekuan rohani. (Perbandingan lama.: antara Laut Galelia dan laut mati masih berlaku)


Kesimpulan
Pada akhir hidup kita di bumi, kita akan berdiri dihadapan Allah dan Dia akan mengevaluasi seberapa kita melayani orang lain dengan kehidupan kita. Alkitab berkata : “ Demikian setiap orang diantara kita akan memberi pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri kepada Allah (Roma 14:12).

Suatu hari Allah akan membandingkan berapa banyak waktu dan tenaga yang kita gunakan untuk diri kita sendiri dangan apa yang kita berikan untuk melayani orang lain. Pada saat tersebut semua alasan kita untuk keegoisan kita akan terdegar hampa: ..........(apa kira-kira yang akan kita katakans sebagai alasan untuk tidak melayani orang lain?.....

Untuk semua alasan....Allah akan menjawab: “Maaf, jawaban Saudara keliru.....” Aku menyelamatkan, memanggilmu dan memerintahkanmu untuk menjalani kehidupan pelayanan.

Alkitab memperingatkan orang-orang yang tidak percaya, : ‘Dia akan menumpahkan amarah dan murkaNya atas mereka yang hidup bagi dirinya mereka sendiri (Roma 2:8). Bagi orang kristen itu akan berarti kehilangan upah kekal.

Kita hanya sepenuhnya hidup, bila kita menolong orang lain. Tuhan Yesus berkata:”Jika kamu mempertahankan nawanya, kamu akan kehilanga nyawanya. Jika kalian kehilangan nyawa demi Aku dan demi berita kesukaan, kalian akan dapat menikmati hidup. (Markus 8:35).

Kebenaran ini begitu penting, sehigga diulangi sampai 5 kali dalam Kitab Injil. Jika kita tidak melayani, keberadaan kita tidak berarti. Pelayanan merupakan jalan setapak untuk makna selanjutnya. Karena kehidupan dimaksudkan untuk pelayanan. Mulailah satu TAPAK, Melayani!!!

B. Pelayanan, Tugas Gereja:
Tentang misi George Barna, dalam buku The Power Of Vicion, mengatakan : “Misi merupakan pernyataan umum dari tujuan pelayanan bersifat filosofis” lebih lanjut ia mengatakan, pernyataan misi merupakan pernyataan yang luas, pernyataan umum mengenai orang yang akan anda jangkau dan apa yang gereja harapkan untuk diselesaikan “.1
Gereja atau orang-orang percaya ingat bahwa tanpa bantuan dan bimbingan Roh Kudus, gereja hanya terdiri atas orang-orang yang lemah dan mudah tersesat kedalam nafsu duniawi. Untuk itulah Tuhan mengutus Roh Kudus supaya gereja dapat menjalankan Tri Tugas gereja di tengah-tengah dunia yaitu : bersaksi, bersekutu dan melayani.

BERSAKSI (MARTURIA)
Tugas gereja atau tugas orang-orang percaya didasarkan atas perintah-perintah Yesus sendiri, yang merupakan amanat Agung sebelum Tuhan Yesus naik kesurga, ia berkata kepada murid-Murid Nya: ” Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku,…” (Matius 28:29).

Dengan perintah Tuhan Yesus ini berarti keselamatan diperuntukkan bagi semua orang, tanpa kecuali. Tugas bersaksi ini bukanlah tugas yang mudah melainkan menuntut banyak pengorbanan. H. Eddie Fox dan George E Morris, dalam bukunya “ Faith Sharing” mari bersaksi, menjelaskan atas pertanyaan-pertanyaan rekannya mengenai kesulitan dalam bersaksi. Dia berkata “
“Apakah ada Harimau disana ?” “Oh ya, ada banyak harimau disana ! saya ingat waktu pertama kali saya bermalam dihutan, digubuk yang terbuat dari bambu. Saya mendengar suara berisik. Saya bertanya-tanya pada petunjuk jalan saya, “apa itu ?” dia menjawab, ‘ Oh itu suara harimau; kembalilah tidur “, jawabnya. Apakah anda akan pergi tidur bila yang datang itu hanya seekor harimau!”2
Dalam mengemban Amanat Tuhan Yesus, banyak orang-orang pecaya (Kristen) yang, menjadi MARTIR (orang yang mau mati karena kesaksiannya) untuk mempertahankan iman dan kesetiannya pada Tuhan.
Ada bermacam-macam cara orang Kristen untuk bersaksi. Dapat melalui perkataan maupun perbuatan sehari-hari. Kesaksian hidup sehari-hari disebut kesaksian nonverbal sedangkan kesaksian melalui pemberitaan lisan atau dengan perkataan disebut kesaksian Verbal.3
Dalam hal bersaksi, gereja harus konsisten, artinya searah antara perkataan (verbal) dan perbuatan (nonverbal). Bila hanya perkataan saja yang benar, orang akan mencemooh gereja (orang-orag percaya) sebagai “Munafik”. Salah satu contoh dalam Alkitab, Simon Petrus murid Tuhan Yesus, ketika Tuhan memberitakan kematianNya, Petrus dengan gagah perkasa menyatakan keyakinannya bahwa imannya tidak akan terguncang ( Band.Mat. 26:33,35). Tetapi didepan seorang hamba perempuan, yang terjadi justru sebaliknya ia menyangkal atau tidak mengakui Tuhan Yesus (Mat. 26: 69 – 75).
Sebagai orang yang percaya, (gereja) harus bersaksi melalui perkataan, perbuatan dan kasih. Rasul Yohanes mengatakan : “ Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” ( Yoh, 3 : 18).
Apa hubungannya bersaksi dengan pertumbuhan gereja ? David Baker (1993) berkata sebagai berikut :
…… Kita bukan berdosa dalam melakukan hal-hal yang tidak bermoral, tetapi dalam tidak mentaati Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Dosa membungkam dan tidak bersaksi ini menyebabkan kehidupan Kristen dan gereja lemah dan tidak bertumbuh. Banyak alasan membuat kita tidak bersaksi. Malu, takut, merasa tidak sanggup, tidak tahu caranya dan banyak lagi. Melalui pemahaman Alkitab dari kisah para Rasul ini, saudara tidak saja akan belajar tentang prinsip-prinsip menjadi saksi Kristus, tetapi tumbuh dalam persekutuan yang saling membangun dan mendorong, saudara akan termotivasi dan terdorong untuk berani bersaksi bagi Kristus dengan isi dan cara yang tepat.4

BERSEKUTU
Istilah Persekutuan, dalam Bahasa asli Alkitab (Bahasa Yunani) adalah KOINONIA. Kata koinonia berarti “persekutuan” atau jalinan hubungan yang baik dengan pihak lain. Dalam budaya Yunani istilah ini tersebut mempunyai makna bermacam-macam. Antara lain, kongsi, kongsi dagang (kerjasama dalam urusan dagang atau pekerjaan); pernikahan (persekutuan antara dua orang manusia yang berbeda kelamin); persahabatan ( hubungan karab diantara dua orang teman).
Dalam “Septuaginta’ (Kitab Perjanjian Lama dalam Bahasa Ibrani) “Koinonia” berarti “ Persekutuan diantara dua teman”, dan tidak pernah dipakai untuk menyatakan persekutuan diantara Allah dengan manusia. Hal ini disebabkan Allah (dalam Perjanjian Lama) dipandang “JAUH” dari umat-Nya. Tetapi dalam Perjanjian Baru, istilah “KOINONIA” mengalami perkembangan. Istilah ini bukan sekedar menunjuk pada hubungan diantara manusia, melainkan juga menyatakan persekutuan diantara Allah dengan manuisa. Istilah ini dipakai dalam Surat Filipi 1:7, “Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuan-Mu (koinonia) sampai sekarang ini”. Bahkan dalam I Yoh 1:7; Rasul Yohanes mengatakan, bahwa persekutuan manusia dengan Allah mendasari persekutuan manusia dengan sesamanya.
Dalam hal ini gereja sebagai tubuh Kristus merupakan persekutuan orang percaya. Orang-orang yang telah dipanggil keluar (eklesia) dari kegelapan menuju kepada terang yang ajaib. Kepada jemaat Roma, Rasul Paulus menjelaskan bahwa koinonia (persekutuan) diantara orang percaya sebagai tubuh Kristus, mempunyai konsekuensi memperhatikan orang lain yang membutuhkan uluran tangan.
Tugas bersekutu adalah perintah Tuhan Yesus sendiri bagi murid-muridNya. Dengan bersekutu anggota jemaat memiliki peluang berkomunikasi, sehingga mereka saling mengetahui kebutuhan saudara-saudaranya. Dasar koinonia itu adalah bahwa persekutuan ini haruslah didalam Tuhan, artinya meskipun orang-orang Kristen berkumpul, membina kerukunan, namun jika tanpa mempersilahkan Tuhan untuk ikut serta didalamnya maka sia-sialah koinonia itu, karena Tuhan Yesus tidak hadir. Kalau orang Kristen hidup bersama dalam persekutuan sejati, Allah dimegahkan.5
Tuhan Yesus mempersatukan semua orang kedalam tubuhNya. Ia juga meminta kepada umatnya untuk menegaskan persekutuan ini dengan berbagai karunia yang dimiliki (I Kor, 12 : 1 – 12), sehingga gereja dapat tumbuh dan berkembang didalamNya. Dalam hal bersekutu orang percaya khususnya di Indonesia perlu Belajar banyak tentang kekristenan di Negeri Cina. “Kekuatan penting mereka adalah semangat persekutuan, tanpa membesar-besarkan perbedaan yang ada”.
Menurut cerita mereka, ketika itu rasa persaudaraan dan solidaritas tidak hanya terjadi antara orang-orang Kristen yang berbeda gereja asal, tetapi bahkan dengan saudara-saudara dari agama lain seperti Islam, Hindu dan Budha. Perasaaan sepenanggungan muncul sesama orang beragama yang sedang mengalami tekanan dari pemerintah komunis pada masa yang dikenal dengan nama Revolusi kebudayaan. Mereka bersama-sama menjalani kerja paksa dan saling menghormati keberadaan masing-masing, sehingga kerukunan atara umat beragama malah semakin membaik ketika berlangsungnya Revolusi Kebudayaan.
Sekarang ketika keadaan telah memungkinkan tumbuh berkembangnya agama-agama secara terbuka, rasa persekutuan dan hormat-menghormati masih menjadi ikatan yang mempersatukan mereka. Tentu, mereka tetap sadar bahwa ada perbedaan-perbedaan diantara mereka. memang tidak mungkin orang percaya mengharapkan orang lain untuk bertingkahlaku persis seperti apa yang orang percaya tersebut kehendaki. Latar belakang setiap orang, lingkungan dan struktur fisologis - biologis membuat berbeda satu sama lain. Tak seorangpun yang dapat sama persis, bahkan orang yang kembar identik (satu telur) sekalipun memiliki perbedaan satu sama lain. Teladan yang tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain adalah yang dicatat dalam Kitab Kejadian 1 : 26.
Oleh sebab itu orang-orang percaya ( Orang Kristen ) harus menyadari kekurangannya sendiri dan kekurangan orang lain dan mau menerima kekurangan orang lain sebagai umat Allah yang diciptakan dengan keistimewaan masing-masing. ( Fil 12: 13-14). Dalam hal ini Bruce Milne (1996) mengatakan :
”Persekutuan (Yunani KOINONIA) berhubungan erat dengan gereja yang memuliakan Allah: “ Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah “ (Roma 15:17). koinonia pada dasarnya berarti bersama-sama menerima bagian dalam sesuatu : penekanannya agak berbeda dengan pengertian persekutuan akhir-akhir ini, yakni saling bersahabat, namun kedua hal ini pada akhirnya tidak terpisah artinya, karena saling berpartisipasi yang meliputi saling bersahabat”6

Dalam diri manusia selalu ada kelebihan, dan juga ada kekuarangannya. Hendaknya kelebihan yang ada pada diri seseorang dapat menutupi kekurangan yang ada pada diri orang lain. Itulah pentingnya persekutuan. Rasul Paulus menganjurkan jemaat di Roma supaya tidak meninggalkan persekutuan dengan Tuhan dan sesama.

MELAYANI (DIAKONIA)
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tugas gereja atau orang-orang yang percaya khususnya dalam hal melayani ditengah-tengah masyarakat, terlebih dahulu mengetahui apa sebenarnya tugas pelayanan atau diakonia, dan apakah pekerjaannya atau tugasnya. Sridadi Artiyanto (1984 ) berkata : “ setiap anggota gereja seharusnya tahu tentang diakon, yaitu salah satu jabatan yang penting dalam gereja “.
Kata diakon sebenarnya adalah kata pinjaman dari Bahasa Yunani. Sadangkan kata asalnya adalah DIAKONOS, artinya adalah Pelayan. Dibawah ini akan dibahas arti pelayan atau diakonia dalam budaya atau pola pikir Yahudi. Dalam Budaya Yahudi, diakonia atau pelayan digolongkan sebagai berikut :
a.Huperitis
Hamba atau pelayan yang dalam pengertian memiliki tugas yang spesifik (khusus) misalnya : para tawanan yang mendayung kapal, para tawanan tersebut dalam mendayung kapal, sesuai dengan perintah komandan. Demikian pula pelayan atau Huperitis Tuhan, artinya melakukan apa yang diperintah Tuhan Yesus sebagai “komandan” dalam hidup orang-orang percaya.

a.Oiketes (Oikomene)
Hamba dalam pengertian memiliki ruang lingkup kerja (Oikos:rumah). Misalnya, Yusuf pelayan rumah Potifar. Artinya Yusuf mempunyai tugas pelayan dirumah Potifar. Gereja dalam tugas penggilannya didunia ini juga mempunyai pelayanannya.

b.Diakonos
Hamba dalam pengertian memberikan pertanggungjawaban. Ada struktur yang diberi pertanggungjawaban. Misalnya, para prajurit kepada komandannya. Gereja diberi tanggungjawab, dan gereja juga memberi pertanggungjawaban kepada sang “komandan” yaitu Yesus Kristus.

c.Doulos
Hamba dalam pengertian status atau hakekatnya, hak tentang membeli dan harganya telah lunas dibayar (I Kor, 6:19 -20). Kehidupan seorang doulos sudah menjadi milik yang mengeluarkan, memerdekakan (Roma 1:1;Yak 1:1;II Petrus 1 :1; Yudas 1:1). Orang-orang percaya adalah doulos-Nya Kristus.
Dari pengertian diakonia atau pelayan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas melayani atau memberi pelayanan adalah perintah Tuhan Yesus. Hal ini nampak didalam pola hidup Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak hanya berkhotbah dan mengajak, tetapi juga memberi tauladan yang baik dan benar kepada murid-muridnya. Ia adalah raja yang rela mejadi pelayan bagi manusia yang berdosa dan rela menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia. Ia berkenan menyembuhkan orang sakit, memberi makan kepada orang yang kelaparan dan menghibur orang miskin. Injil keselamatan disampaikan bukan hanya berisi hal-hal rohani saja, tetapi juga mencakup seluruh kebutuhan hidup manusia.

Gereja pun wajib memberikan pertolongan kepada setiap orang yang membutuhkan uluran tangan. Oleh karena itu, gereja membentuk komisi-komisi untuk mewujudkan tri tugas gereja, misalnya penatalayanan.
Maksud dari penatalayanan adalah mengatur sebaik-baiknya, melipatgandakan, menggunakan dengan benar apa yang dipunyainya untuk melayani masyarakat disekelilingnya dengan apa yang ada padanya.7 Orang-orang yang percaya harus insaf bahwa segala sesuatu yang ada padanya berasal dari Tuhan. Tugas orang-orang percaya adalah menjadi orang yang bijak harus turut bertanggungjawab terhadap kesejahteraan bersama (sesama). Dengan percaya dan mempunyai kasih yang sungguh kepada Tuhan, maka persoalan yang sulit dan rumit dalam hidup ini dapat diatasi. Dan akan menjadi berkat bagi orang lain.
Melalui perumpamaan sepuluh anak dara (Mat. 25 – 13), Tuhan Yesus memberi gambaran betapa pentingnya menggunakan kesempatan yang ada. Mereka yang bijak boleh mempersiapkan diri dan memanfaatkan waktu, sehingga segala sesuatu yang diperlukan dalam pelayanan telah tersedia dan mereka dapat melayani dengan baik.
Dalam perumpamaan tentang Talenta, Tuhan Yesus memberikan peringatan kepada murid-Nya agar menggunakan waktu dan anugerah Tuhan dengan baik. Jika mereka tidak melakukan karena malas akan menerima hukuman. Apa yang ada padanya akan diambil dan diberikannya kepada yang telah mempunyai.
Orang Kristen tidak boleh masa bodoh, karena semua orang Kristen mempertanggungjawabkan secara spiritual sebagai orang yang telah memiliki kasih Allah yang harus dibagi-bagikan kepada sesama. Untuk dapat melaksanakan penatalayanan dengan baik maka diperlukan kejujuran, ketabahan, inisiatif, efesiensi kerja, kerjinan dan ketekunan.
Semua pelayan tersebut diatas dapat terlaksana dengan baik bila dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen menunaikan tugasnya masing-masing dengan sepenuh hati dan yakin bahwa pekerjaan itu untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.8
Dari segala persyaratan yang diperlukan dalam pelayanan, maka kasih harus mendasari semua aktivitas pelayanan orang-orang percaya atau gereja.

B. Bentuk Pelayanan
(Bersambung........................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar