Selasa, 28 Februari 2012

Pelayanan, Karioer dan keluarga

Pelayanan
Oleh : Ev. Timotius Sukarman. M.Th


Sebelum saya paparkan mengapa pelayanan, kisah seorang pekerja, berkarier, yang akhirnya lebih mengutamakan pelayanan berikut ini akan menginpirasi kita dalam kita melilih yang utama dalam hidup ini.
Setelah tiga puluh tahun, seorang itu rumah tangga yang juga bekerja dan berkarier di Kantor sebuah Bank yang basar, memutuskan untuk berhenti bekerja (berkarier). Pekerjaan yang sudah ditekuni selama 30 tahun, dengan posisi dan jabatan yang tinggi, dengan gaji dan bonus yang besar itu harus ditinggalkan karena hidupnya merasa seperti “penjara” tidak bebas dan hidup seperti “mesin”. Hidup dikuasai oleh pekerjaan, taget dan uang. Tidak ada waktu untuk keluarga apalagi untuk Tuhan. Tidak ada damai dalam hidupnya, apalagi bahagia bersama suami dan keempat anak perempuannya.
Satu tahun setelah ia meninggalkan pekerjaan dan segala fasilitas yang mewah, dan masuk dalam pelayanan, hidup terasa indah dan bermakna bagi keluarga dan sesama. Setiap hari ia bisa mengatur waktunya. Kapan untuk suami, untuk anak-anak yang banyak membutuhkan perhatian, pekerjaan rumah tangga dan untuk Tuhan (pelayanan). Maka sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang sudah menolong dan menyelamatkan hidup dan keluarganya, ia menutuskan untuk melayani Tuhan secara penuh.
Kita mungkin bertanya, mengapa dan apa hasilnya setelah melayani Tuhan? Baiklah kita belajar dari pengalaman ibu tersebut dan kesaksian dan nasehat rasul Paulus dalam II Timotius 1:9. “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, ......“
Surat II Timotius ditulis dipenjara di Roma pada masa tahanan yang ke-2, yaitu pada tahun 65. Kali ini keadaan di tempat tahanan lebih berat dibandingkan masa tahanan yang pertama tahun 60-62, karena pada masa itu Paulus diperkenankan tinggal dirumah kontrakannya sendiri (sebagai tanahan luar). Tetapi pada masa tahanan ke-2 ia benar-benar berada dalam penjara (1:8), bahkan Ia dibelenggu (1:16) dan diperlakukan sebagai seorang penjahat (2:9). Rasul Paulus sudah menjalani persidangan pertama, dan Paulus menduga akan dihukum mati dalam waktu dekat (4:6). Semua teman-temannya sudah meninggalkan Paulus, kecuali Lukas. (Penulis Kisah Para Rasul).
Dalam masa kesepian dan firasat kematian, Rasul Paulus sangat merindukan kedatangan Timotius pada saat-saat terakhir hidupnya. Kerinduan akan Timotius serta anjuran kepadanya untuk setia dalam pelayanannya merupakan motif utama dari penulisan surat II Timotius. (Paulus tidak jadi hukum mati. Sekali lagi ia dibebaskan, lalu ia pergi ke Spanyol (th 66). Ketika masih di Spanyol atau sekembalinya di Roma, Paulus dihukum mati (tahun 66/67).

Diselamatkan untuk melayani
(2 Tim 1:9)
Alkitab mengatakan: ” Dialah yang menyelamatkan kita dan memilih kita untuk pekerjaanNya yang kudus, bukan karena kita layak, melainkan karena itulah yang telah dikaruniakanNya”
Allah menebus kita, supaya kita bisa melakukan ”pekerjaan kudusNya”. Kita tidak diselamatkan oleh pelayanan, tetapi kita diselematkan untuk sebuah pelayanan.
Dalam Kerajaan Allah, kita memiliki sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran atau fungsi untuk dilaksanakan. Ini memberi arti dan nilai, makna yang luar biasa kepada hidup kita. Tuhan Yesus harus mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk membeli keselamatan kita. Alkitab mengingatkan kita: “Allah telah membeli kamu dengan harga yang sangat mahal. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (I Kor. 6:20). Lebih lanjut Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma, supaya ”mempersembahkan tubuh” sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Itu adalah ibadahmu yang sejati ( Roma 12:1).
Rasul Paulus menasihatkan untuk menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada kehendak Allah. Seluruh pikiran, perkataan, perbuatan dan seluruh kemampuan serta kekuatan yang berarti mempersembahkan seluruh kehidupan untuk Allah.
Di jaman Paulus, pengorbanan selalu berarti pembunuhan. Di dalam praktek agama Yahudi korban dibawa ke hadapan imam, dosa orang yang membawa persembahan tersebut kemudian diampuni. Korban tersebut dibunuh. Ini mengingatkan kepada setiap orang bahwa upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Paulus mengatakan bahwa persembahan kita adalah persembahan yang hidup, bukan yang mati. Berarti mempersembahkan hidup kepada Allah untuk pelayanan, tidak lagi hidup untuk diri sendiri, keluarga dan pekerjaan, tetapi untuk kemuliaan Tuhan.
Paulus selalu mengingatkan bahwa tubuh adalah hal yang penting dalam pengertian kekristenan mengenai banyak hal. Tubuh merupakan anggota Kristus (I Kor 6:15). Tubuh adalah Bait Roh Kudus (I Kor 6:19), Paulus berkata kita harus menjadi kudus baik didalam tubuh maupun didalam jiwa dan didalam perbuatan.
Menurut Rasul Paulus Ibadah sejati itu berhubungan dengan akal yaitu akal yang benar dan bersifat rohaniah. Akal merupakan bagian dari tubuh dan merupakan kemauan untuk berbuat baik. Paulus melanjutkan diayat 2, “.....jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu.....”. Apa yang dilakukan dengan akal, pikiran, atau hati (heart) sangat menentukan pembentukan karakter dari seseorang. Bagi Paulus perubahan yang diharapkan dari orang Kristen ialah perubahan hati (heart) yang terwujud dalam seluruh kehidupan yang dipengaruhi oleh akal yang sehat dalam setiap pelayanan, karier dan keluarga.
Maka dapat disimpulkan bahwa apabila akal, pikiran, hati kita diisi dengan pemikiran-pemikiran yang bermutu dan mendisiplinkan diri dengan kebenaran-kebenaran Alkitab, Firman Tuhan maka kita akan bertumbuh dalam kebajikan dan berguna bagi Allah dan sesama. Sehingga hidup ini tidak lagi serupa dengan dunia yang hanya mementingkan hal-hal yang duniawi, pekerjaan, karier, hoby, jabatan dan uang, melainkan telah diubah oleh pembaharuan budi yang baik yang berkenan kepada Allah dengan melakukan pelayanan sebagai wujud kasih atas pengorbanan Tuhan Yesus dan kasih kepada sesama.
Istilah lain dalam bahasa Inggris untuk “melayani Allah” yang salah dimengerti oleh banyak orang kristen adalah kata ”MINISTRI” (Pelayanan sebagai Pendeta). Tetapi Allah berkata setiap anggota keluarga-Nya merupakan seorang pelayan (ministri). Di dalam Alkitab, kata hamba (Servant) dan pelayan (Ministri) adalah sinonim, seperti hanya service dan ministry. Jika kita seorang Kristen, kita merupakan seorang pelayan (ministry) dan kita melayani (service atau pun Ministry). Contoh : Ibu Mertua Petrus.....”Bangun dan mulai melayani Tuhan Yesus.... ” (Matius 8: 15).

Dipanggil dan diutus untuk melayani
Alkitab mengatakan: Allah menyelamatkan kita dan memanggil kita supaya menjadi umat-Nya sendiri, Ia melakukan itu bukan berdasarkan apa yang kita kerjakan, melainkan berdasarkan rencana-Nya sendiri (Fil.3: 14). Rasul Petrus menambahkan, kamu dipilih untuk memberitakan sifat-sifat mulia Allah yang memanggilmu. (I Pertus 2: 9).
Pertama Tuhan Yesus memanggil dan mengutus kedua belas murid untuk memberitakan kuasa Allah, mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. (Matius 10:1-15). Kemudian pemanggilan, pemilihan dan pengutusan itu dilanjutkan oleh Para Rasul, yaitu dengan memilih Matias sebagai pengganti Yudas (Kisah 1: 15-26).
Setelah jemaat menjadi banyak, karena kuasa Roh Kudus pada hari pentakusta (hari turunNya Roh Kudus), dari 12 orang menjadi , 120 Orang (Kisah 1: 15). Kemudian setelah petrus berkotbah bertambah kira-kira 3.000 orang lebih Kisah 2:41) dan ketika dua orang mengajar= berbicara (Petrus dan Yohanes), orang yang mendengar ajaran mereka menjadi percaya, sehinga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki). Dari ketekunan dalam pengajaran dan persekutuan dan dalam pelayanan mereka sebagai jemaat yang mula-mula, mereka disukai semua orang dan Tuhan terus menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Jumlah orang yang percaya terus bertambah. Setelah mereka mendengar ajaran rasul-rasul banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki. Jadi belum yang perempuan yang bisa diperkirakan akan lebih besar dari kaum laki-laki (Kisah 4:4). Jika pada saat itu antara laki-laki dan perempuan 1 banding 2 saja, maka dipastikan jumlah mereka sudah delapan sampai sepuluh ribu jiwa.
Ketika jumlah murid makin bertambah banyak, maka timbulah masalah dalam pelayanan mereka. Maka kedua belas rasul memanggil semua murid-murid untuk berkumpul dan mencari jalan keluar sehingga masalah berkepanjangan dan tidak mengganggu pelayanan ”mimbar” pemberitaan Injil selanjutnya. Maka dipilihlah 7 orang untuk pelayanan meja, melayani orang miskin yang kemudian disebut diaken atau diakonia (pelayanan).

Diperintahkan Untuk melayani
Bagi orang Kristen, pelayanan bukan pilihan dan sesuatu untuk dimasukan ke dalam jadwal kegiatan. Jika bisa menyediakan waktu untuk kegiatan itu, tetapi sebaliknya jika tidak ada waktu, tidak ada sesuatu yang hilang, yang perlu disesali. Pelayanan adalah inti , makna kehidupan Kristen. Tuhan Yesus datang bukan untuk dilayani. ”Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." ( Matius 20:28).
Melayani dan memberi, dua kata kerja tersebut seharusnya menjadi ciri kehidupan orang-orang pengikut Kristus (orang Kristen). Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kedewasaan rohani sendiri tidak pernah merupakan tujuan. Kedewasaan adalah untuk pelayanan! Kita bertumbuh untuk memberi. Tidak cukup kita hanya belajar dan belajar saja. Kita harus bertindak berdasarkan apa yang kita tahu, dan menjalankan apa yang kita katakan. Belajar tanpa pelayanan menyebabkan kebekuan rohani. (Perbandingan lama.: antara Laut Galelia dan laut mati masih berlaku)
Pada akhir hidup kita di bumi, kita akan berdiri dihadapan Allah dan Dia akan mengevaluasi seberapa kita melayani orang lain dengan kehidupan kita. Alkitab berkata : “ Demikian setiap orang diantara kita akan memberi pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri kepada Allah (Roma 14:12).
Suatu hari Allah akan membandingkan berapa banyak waktu dan tenaga yang kita gunakan untuk diri kita sendiri dangan apa yang kita berikan untuk melayani orang lain. Pada saat tersebut semua alasan kita untuk keegoisan kita akan terdegar hampa: ..........(apa kira-kira yang akan kita katakan sebagai alasan untuk tidak melayani orang lain?. Untuk semua alasan....Allah akan menjawab: “Maaf, jawaban Saudara keliru.....” Aku menyelamatkan, memanggilmu dan memerintahkanmu untuk menjalani kehidupan pelayanan.
Alkitab memperingatkan orang-orang yang tidak percaya yang hidupnya untuk dirinya sendiri: ‘Dia akan menumpahkan amarah dan murkaNya atas mereka yang hidup bagi dirinya mereka sendiri (Roma 2:8). Bagi orang Kristen itu berarti akan kehilangan upah kekal. Kita hanya sepenuhnya hidup, bila kita menolong orang lain. Tuhan Yesus berkata:”Jika kamu mempertahankan nawanya, kamu akan kehilangan nyawanya. Jika kalian kehilangan nyawa demi Aku dan demi berita kesukaan, kalian akan dapat menikmati hidup”. (Markus 8:35).
Kebenaran ini begitu penting, sehingga diulangi sampai 5 kali dalam Kitab Injil. Jika kita tidak melayani, keberadaan kita tidak berarti. Pelayanan merupakan jalan setapak untuk makna hidup selanjutnya. Karena kehidupan ini dimaksudkan untuk pelayanan. Mulailah satu tapak, untuk melayani!


Pelayanan, Tugas Gereja?
Berbicara tentang pelayanan, maka arah pemikiran kita tertuju kepada misi, yaitu sesuatu yang harus dikerjakan untuk suatu tujuan atau visi. Tentang misi George Barna, dalam buku The Power Of Vicion, mengatakan : “Misi merupakan pernyataan umum dari tujuan pelayanan bersifat filosofis”. Lebih lanjut ia mengatakan, pernyataan misi merupakan pernyataan yang luas, pernyataan umum mengenai orang yang akan Anda jangkau dan apa yang gereja harapkan untuk diselesaikan “.
Dalam menjalankan misiNya, Allah yang dibebankan kepada setiap orang percaya atau Gereja, maka Gereja atau orang-orang percaya harus ingat bahwa tanpa bantuan dan bimbingan Roh Kudus, gereja hanya terdiri atas orang-orang yang lemah dan mudah tersesat ke dalam nafsu duniawi. Untuk itulah Tuhan mengutus Roh Kudus supaya gereja dapat menjalankan tugas misiNya, yang terkenal dengan istilah Tri Tugas Gereja di tengah-tengah dunia yaitu : bersaksi, bersekutu dan melayani.



Bersaksi (Marturia)
Tugas gereja atau tugas orang-orang percaya didasarkan atas perintah-perintah Tuhan Yesus sendiri, yang merupakan amanat Agung. Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Ia berkata kepada murid-Murid Nya: ” Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku,…” (Matius 28:29).

Dengan perintah Tuhan Yesus ini berarti keselamatan diperuntukkan bagi semua orang, tanpa kecuali. Tugas bersaksi ini bukanlah tugas yang mudah melainkan menuntut banyak pengorbanan. H. Eddie Fox dan George E Morris, dalam bukunya “ Faith Sharing” mari bersaksi, menjelaskan atas pertanyaan-pertanyaan rekannya mengenai kesulitan dalam bersaksi. Dia berkata: “Apakah ada Harimau disana ?” Oh ya, ada banyak harimau disana ! saya ingat waktu pertama kali saya bermalam dihutan, digubuk yang terbuat dari bambu. Saya mendengar suara berisik. Saya bertanya-tanya pada petunjuk jalan saya, “apa itu ?” dia menjawab, ‘ Oh itu suara harimau; kembalilah tidur “, jawabnya. Apakah anda akan pergi tidur bila yang datang itu hanya seekor harimau!”
Dalam mengemban Amanat Tuhan Yesus, banyak orang-orang percaya (Kristen) yang menjadi MARTIR (orang yang mau mati karena kesaksiannya) untuk mempertahankan iman dan kesetiannya pada Tuhan.
Ada bermacam-macam cara orang Kristen untuk bersaksi. Dapat melalui perkataan maupun perbuatan sehari-hari. Kesaksian hidup sehari-hari disebut kesaksian nonverbal sedangkan kesaksian melalui pemberitaan lisan atau dengan perkataan disebut kesaksian Verbal.
Dalam hal bersaksi, gereja harus konsisten, artinya searah, selaras antara perkataan (verbal) dan perbuatan (nonverbal). Bila hanya perkataan saja yang benar, orang akan mencemooh gereja (orang-orang percaya) sebagai “munafik”. Salah satu contoh dalam Alkitab, Simon Petrus murid Tuhan Yesus, ketika Tuhan memberitakan kematian-Nya, Petrus dengan gagah perkasa menyatakan keyakinannya bahwa imannya tidak akan terguncang ( Band.Mat. 26:33,35). Tetapi didepan seorang hamba perempuan yang lemah, yang terjadi justru sebaliknya ia menyangkal atau tidak mengakui Tuhan Yesus sampai tiga kali. (Mat. 26: 69 – 75).
Sebagai orang yang percaya, (gereja) harus bersaksi melalui perkataan, perbuatan dan kasih. Rasul Yohanes mengatakan : “ Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” ( Yoh, 3 : 18).


Bersekutu (Koinonia)
Istilah Persekutuan, dalam Bahasa asli Alkitab (Bahasa Yunani) adalah KOINONIA. Kata koinonia berarti “persekutuan” atau jalinan hubungan yang baik dengan pihak lain. Dalam budaya Yunani istilah tersebut mempunyai makna bermacam-macam. Antara lain, kongsi, kongsi dagang (kerjasama dalam urusan dagang atau pekerjaan); pernikahan (persekutuan antara dua orang manusia yang berbeda kelamin); persahabatan ( hubungan karab diantara dua orang teman).
Dalam “Septuaginta’ (Kitab Perjanjian Lama dalam Bahasa Ibrani) “Koinonia” berarti “ Persekutuan diantara dua teman”, dan tidak pernah dipakai untuk menyatakan persekutuan diantara Allah dengan manusia. Hal ini disebabkan Allah (dalam Perjanjian Lama) dipandang “JAUH” dari umat-Nya. Tetapi dalam Perjanjian Baru, istilah “KOINONIA” mengalami perkembangan. Istilah ini bukan sekedar menunjuk pada hubungan diantara manusia, melainkan juga menyatakan persekutuan diantara Allah dengan manuisa. Istilah ini dipakai dalam Surat Filipi 1:7, “Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuan-Mu (koinonia) sampai sekarang ini”. Bahkan dalam I Yoh 1:7; Rasul Yohanes mengatakan, bahwa persekutuan manusia dengan Allah mendasari persekutuan manusia dengan sesamanya.
Dalam hal ini gereja sebagai tubuh Kristus merupakan persekutuan orang percaya. Orang-orang yang telah dipanggil keluar (eklesia) dari kegelapan menuju kepada terang yang ajaib. Kepada jemaat Roma, Rasul Paulus menjelaskan bahwa koinonia (persekutuan) diantara orang percaya sebagai tubuh Kristus, mempunyai konsekuensi memperhatikan orang lain yang membutuhkan uluran tangan.
Tugas bersekutu adalah perintah Tuhan Yesus sendiri bagi murid-murid-Nya. Dengan bersekutu anggota jemaat memiliki peluang berkomunikasi, sehingga mereka saling mengetahui kebutuhan saudara-saudaranya. Dasar koinonia itu adalah bahwa persekutuan ini haruslah didalam Tuhan, artinya meskipun orang-orang Kristen berkumpul, membina kerukunan, namun jika tanpa mempersilahkan Tuhan untuk ikut serta didalamnya maka sia-sialah koinonia itu, karena Tuhan Yesus tidak hadir. Kalau orang Kristen hidup bersama dalam persekutuan sejati, Allah dimegahkan.
Tuhan Yesus mempersatukan semua orang kedalam tubuh-Nya. Ia juga meminta kepada umatNya untuk menegaskan persekutuan ini dengan berbagai karunia yang dimiliki (I Kor, 12 : 1 – 12), sehingga gereja dapat tumbuh dan berkembang didalam-Nya. Dalam hal bersekutu orang percaya khususnya di Indonesia perlu belajar banyak tentang kekristenan di Negeri Cina. “Kekuatan penting mereka adalah semangat persekutuan, tanpa membesar-besarkan perbedaan yang ada”.
Menurut cerita mereka, ketika itu rasa persaudaraan dan solidaritas tidak hanya terjadi antara orang-orang Kristen yang berbeda gereja asal, tetapi bahkan dengan saudara-saudara dari agama lain seperti Islam, Hindu dan Budha. Perasaaan sepenanggungan muncul sesama orang beragama yang sedang mengalami tekanan dari pemerintah komunis pada masa yang dikenal dengan nama Revolusi kebudayaan. Mereka bersama-sama menjalani kerja paksa dan saling menghormati keberadaan masing-masing, sehingga kerukunan atar umat beragama malah semakin membaik ketika berlangsungnya Revolusi Kebudayaan.
Sekarang ketika keadaan telah memungkinkan tumbuh berkembangnya agama-agama secara terbuka, rasa persekutuan dan hormat-menghormati masih menjadi ikatan yang mempersatukan mereka. Tentu, mereka tetap sadar bahwa ada perbedaan-perbedaan diantara mereka. Memang tidak mungkin orang percaya mengharapkan orang lain untuk bertingkahlaku persis seperti apa yang orang percaya tersebut kehendaki. Latar belakang setiap orang, lingkungan dan struktur fisologis - biologis membuat berbeda satu sama lain. Tak seorangpun yang dapat sama persis, bahkan orang yang kembar identik (satu telur) sekalipun memiliki perbedaan satu sama lain. Teladan yang tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain adalah yang dicatat dalam Kitab Kejadian 1 : 26.
Oleh sebab itu orang-orang percaya ( Orang Kristen ) harus menyadari kekurangannya sendiri dan kekurangan orang lain dan mau menerima kekurangan orang lain sebagai umat Allah yang diciptakan dengan keistimewaan masing-masing. ( Fil 12: 13-14). Dalam hal ini Bruce Milne (1996) mengatakan, Persekutuan (Yunani KOINONIA) berhubungan erat dengan gereja yang memuliakan Allah: “ Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah “ (Roma 15:17). Koinonia pada dasarnya berarti bersama-sama menerima bagian dalam sesuatu : penekanannya agak berbeda dengan pengertian persekutuan akhir-akhir ini, yakni saling bersahabat, namun kedua hal ini pada akhirnya tidak terpisah artinya, karena saling berpartisipasi yang meliputi saling bersahabat”
Dalam diri manusia selalu ada kelebihan, dan juga ada kekuarangannya. Hendaknya kelebihan yang ada pada diri seseorang dapat menutupi kekurangan yang ada pada diri orang lain. Itulah pentingnya persekutuan. Rasul Paulus menganjurkan jemaat di Roma supaya tidak meninggalkan persekutuan dengan Tuhan dan sesama serta hidup dalam kasih.
”Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”.




Melayani (Diakonia)
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tugas gereja atau orang-orang yang percaya khususnya dalam hal melayani ditengah-tengah masyarakat, terlebih dahulu mengetahui apa sebenarnya tugas pelayanan atau diakonia, dan apakah pekerjaannya atau tugasnya. Sridadi Artiyanto (1984 ) berkata : “setiap anggota gereja seharusnya tahu tentang diakon, yaitu salah satu jabatan yang penting dalam gereja “.
Kata diakon sebenarnya adalah kata pinjaman dari Bahasa Yunani. Sadangkan kata asalnya adalah DIAKONOS, artinya adalah Pelayan. Dibawah ini akan dibahas arti pelayan atau diakonia dalam budaya atau pola pikir Yahudi yang sangat relevan dengan keadaan kita sekarang. Dengan memahami arti pelayanan dalam Budaya Yahudi, yaitu diakonia atau pelayan yang digolongkan menjadi beberapa hal, maka kita akan memahami sejauh makna hidup kita sebagai pelayan-pelayanan Tuhan atau hamba-hamba Allah.
a. Huperitis
Hamba atau pelayan yang dalam pengertian memiliki tugas yang spesifik (khusus) misalnya : para tawanan yang mendayung kapal, para tawanan tersebut dalam mendayung kapal, sesuai dengan perintah komandan. Demikian pula pelayan atau Huperitis Tuhan, artinya melakukan apa yang diperintah Tuhan Yesus sebagai “komandan” dalam hidup orang-orang percaya. Kita adalah hamba yang hanya melakukan sesuatu untuk tuan, yaitu Tuhan Yesus yang sudah memanggil dan menyelamatkan kita.
Kita dipanggil untuk tugas khusus, yaitu melaksanakan kehendak Tuhan. Seperti Pemazmur katakan: “Hamba-Mu aku ini, buatlah aku mengerti, supaya aku tahu peringatan-peringatan-Mu”. (Mazmur 119: 125). Rasul Paulus menasehatkan kepada jemaat dalam Surat Titus 2: 9: “Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah”.
Didalam struktur gereja walaupun tidak sama dari satu denomisasi dengan denominasi lain, tetapi kebenaran ini telah nyata, bahwa dalam setiap organisasi termasuk gereja, selalu ada hirarki kepemimpinan. Penempatan seseorang pada tempat atau kedudukan yang khusus berdasarkan besar atau kadar dari karunia yang diterimanya dari Tuhan dan tanggung jawab yang bisa dilaksanakannya, seperti nats berikut:
“Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”
Dengan demikian pelayanan bukan menjadi beban karena sesuai dengan karunia atau talenta serta berdasarkan tangung jawab yang bisa dilakukan masing-masing anggota. Mereka dengan sepenuh hati dan penuh sukacita melakukan pelayanan itu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.


b. Oiketes (Oikomene)
Hamba dalam pengertian memiliki ruang lingkup kerja (Oikos: rumah). Misalnya, Yusuf pelayan rumah Potifar. Artinya Yusuf mempunyai tugas pelayan dirumah Potifar. Gereja dalam tugas penggilannya di dunia ini juga mempunyai pelayanannya dalam lingkup gereja. Dalam gereja ada pemimpin atau pelayan jemaat atau disebut Gembala. Sebagai jemaat secara langsung kita melakukan tugas Gembala atau majelis jemaat sesuai dengan tugas pelayanan yang diberikan kepada kita. Maka seharusnya kita melakukan pelayanan itu seperti Gad pada kepemimpinan Musa. Maka berkatalah bani Gad dan bani Ruben itu kepada Musa: "Hamba-hambamu ini akan berbuat seperti yang diperintahkan tuanku” .”(Bilangan 32:25).
Kepada jemaat di kolose, Rasul Paulus menasehati jemaatnya supaya apapun yang dilakukan baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan dilakukannya seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, bahkan harus dengan mengucap syukur. (Kolose 3:17).

c. Diakonos
Hamba dalam pengertian memberikan pertanggungjawaban. Ada struktur yang diberi pertanggungjawaban. Misalnya, para prajurit kepada komandannya. Gereja diberi tanggungjawab, dan gereja juga memberi pertanggungjawaban kepada sang “komandan” yaitu Yesus Kristus.

d. Doulos
Hamba dalam pengertian status atau hakekatnya, hak tentang membeli dan harganya telah lunas dibayar (I Kor, 6:19 -20). Kehidupan seorang doulos sudah menjadi milik yang mengeluarkan, memerdekakan atau menebus, yang membebaskan (Roma 1:1, ;II Petrus 1 :1; Yudas 1:1). Orang-orang percaya adalah doulos-Nya Kristus.

Dari pengertian diakonia atau pelayan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas melayani atau memberi pelayanan adalah perintah Tuhan Yesus. Hal ini nampak didalam pola hidup Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak hanya berkhotbah dan mengajar, tetapi juga memberi teladan yang baik dan benar kepada murid-murid-Nya. Ia adalah Raja yang rela mejadi pelayan bagi manusia yang berdosa dan rela menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia. Ia berkenan menyembuhkan orang sakit, memberi makan kepada orang yang kelaparan dan menghibur orang miskin. Injil keselamatan disampaikan bukan hanya berisi hal-hal rohani saja, tetapi juga mencakup seluruh kebutuhan hidup manusia.

Dalam Injil Matius 4, bahwa pemberitaan Injil keselamatan disertai dengan pelbagai perbuatan baik, sehingga banyak orang disebuhkan dari berbagai penyakit (ayat 23-24). Pelayanan TuhanYesus sepanjang hari di Gelelia meliputi mengajar (Didaskon). Memberitakan (Kerusson) dan melenyapkan penyakit (therapeuon). Orang kristen pun wajib memberikan pertolongan kepada setiap orang yang membutuhkan uluran tangan. Oleh karena itu, gereja membentuk komisi-komisi untuk mewujudkan Tri tugas gereja, antara lain, komisi penatalayanan.
Maksud dari penatalayanan adalah mengatur sebaik-baiknya, melipatgandakan, menggunakan dengan benar apa yang dipunyainya untuk melayani masyarakat disekelilingnya dengan apa yang ada padanya. Orang-orang yang percaya harus insaf bahwa segala sesuatu yang ada padanya berasal dari Tuhan. Tugas orang-orang percaya adalah menjadi orang yang bijak harus turut bertanggungjawab terhadap kesejahteraan bersama (sesama). Dengan percaya dan mempunyai kasih yang sungguh kepada Tuhan, maka persoalan yang sulit dan rumit dalam hidup ini dapat diatasi. Persoalan yang berat akan menjadi ringan. Hidup lebih sejahtera bermakna dan menjadi berkat bagi sesama.
Melalui perumpamaan sepuluh anak dara (Mat. 25 – 13), Tuhan Yesus memberi gambaran betapa pentingnya menggunakan kesempatan yang ada. Mereka yang bijak boleh mempersiapkan diri dan memanfaatkan waktu, sehingga segala sesuatu yang diperlukan dalam pelayanan telah tersedia dan mereka dapat melayani dengan baik. Pelayanan membutuhkan waktu, tenaga dan juga dana, maka kita harus bijaksana.
Dalam perumpamaan tentang talenta, Tuhan Yesus memberikan peringatan kepada murid-Nya agar menggunakan waktu dan anugerah Tuhan dengan baik. Jika mereka tidak melakukan karena malas akan menerima hukuman. Apa yang ada padanya akan diambil dan diberikannya kepada yang telah mempunyai.
Orang Kristen tidak boleh masa bodoh, karena semua orang Kristen mempertanggungjawabkan secara spiritual sebagai orang yang telah memiliki kasih Allah yang harus dibagi-bagikan kepada sesama. Untuk dapat melaksanakan penatalayanan dengan baik maka diperlukan kejujuran, ketabahan, inisiatif, efesiensi kerja, kerjinan dan ketekunan.
Semua pelayan tersebut diatas dapat terlaksana dengan baik bila dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen menunaikan tugasnya masing-masing dengan sepenuh hati dan yakin bahwa pekerjaan itu untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Kolose: ”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. (Kolose 3:23).
Dari segala persyaratan yang diperlukan dalam pelayanan, maka kasih harus mendasari semua aktivitas pelayanan orang-orang percaya atau gereja.

Bentuk Pelayanan
Untuk mengawali memahami, mengenal, dan mengetahui bentuk-bentuk pelayanan, baiklah pertama-tama kita renungkan perkataan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya:
".... Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.

Tuhan Yesus mengetahui kesulitan murid-murid-Nya untuk memberikan pelayanan seperti yang Tuhan Yesus kehendaki. Sebelum kita dapat menyebutkan bentuk-bentuk pelayanan, ada 2(dua) prinsip dalam pelayanan itu sendiri, yaitu:
1. Untuk Tuhan
Prinsip utama pelayanan apapun bentuk yang akan dilaksanankan adalah untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3: 23). Memang sulit untuk membedakan apakah itu untuk Tuhan dan untuk manusia. Tetapi nyata seperti yang Tuhan Yesus katakan: ” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Disini Tuhan Yesus memberikan pemahaman yang sederhana, tetapi sangat akurat dan dapat diterima oleh siapapun. Bagaimana seseorang bisa mengasihi yang tidak kelihatan sedangkan kepada yang kelihatan saja tidak berbuat apa-apa? Inilah tugas utama dalam pelayanan, yaitu memperhatikan apa yang ada disekeliling kita yang kita jumpai dan kita rasakan. Sudahkan kita melakukanya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia?
Senada dengan prinsip yang disampaikan Tuhan Yesus, Rasul Paulus menegaskan, siapa yang berpegang pada suatu hari tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia mengucap syukur kepada Tuhan (Roma 14: 6). Lebih lanjut Paulus mengatakan, ”Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup maupun mati, kita adalah milik Tuhan. (Roma 14: 8), Maka kepada jemaat di Filipi ia mengatakan: ”Karena bagiku hidup adalah Kistus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21).
2. Untuk Sesama
Pelayanan adalah harga yang harus dibayar bagi orang-orang yang sudah ditebus, diselamatkan melalui pengorbanan Tuhan Yesus dikayu salib. Setiap orang yang telah menerima dengan cuma-cuma harus memberikannya dengan cuma-cuma, tetapi tidak percuma. Pelayanan kepada sesama tidak dibatasi oleh tempat dan wantu. Dimana kita diutus, ditempatkan. Dimana kita tinggal dan hidup berkeluarga dan bekerja disitu tempat pelayanan kita. Bentuk dan sasarannya pun tidak terpatas pada, barang, uang, perhatian dan waktu. Tetapi seantero (artinya segenap/ seluruh hidup). Rasul Paulus berkata: ” demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12: 1).
Melayani sesama adalah mewujudkan hukum kasih yang kedua, yaitu ”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22: 39). Mengasihi, melayani sesama sama dengan mengasihi, melayani Tuhan.
a. Seiman
Galatiga 6:10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
b. Semua orang
Pelayanan kepada semua orang, karena Firman Tuhan, keselamatan juga untuk semua orang. Yeremia 44:1 “Firman yang datang kepada Yeremia untuk semua orang Yehuda yang diam di tanah Mesir, di Migdol, di Tahpanhes, di Memfis dan di tanah Patros: Tuhan Yesus bekata kepada murid-murid-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini." ( Lukas 9:13).

Mungkin dalam kita akan menolong atau melayani sesama, kita masih bertanya-tanya, siapakah sesamaku manusia, seperti halnya pertanyaan orang Farisi dan Ahli-ahli taurat kepada Tuhan Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Maka Jawab Yesus:
"Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?".

Rasul Paulus menghimbau kepada jemaat di Galatia, ”Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”. Dan maksud dari semua itu ialah supaya ada keseimbangan, seperti yang dimaksud oleh Rasul Paulus, “Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan”. Lebih lanjut Paulus mengatakan maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.( II Korintus 8:13-14)
Sekarang sampailah kepada maksud dari pembahasan bagian ini, yaitu bentuk-bentuk pelayanan baik kepada Tuhan maupun kepada sesama. Dalam hal ini baik kepada sesama maupun kepada Tuhan tidak di bedakan, sebab Tuhan Yesus telah memberi pemahaman yang sederhana, ”....sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40).
Bentuk pelayanan kepada Tuhan dan sesama manusia seperti dicontohkan: ketika lapar, memberi makan; ketika haus, memberi minum; ketika ada seorang asing, memberi tumpangan; ketika telanjang, memberi pakaian; ketika sakit dan dalam penjara, melawat dan sebagainya.
Secara konkrit pelayanan dalam diwujudkan dengan mengunjungi panti asuhan, kunjungan kepada panti jompo, kunjungan kepada yang sakit dan yang menderita dan pemberian bantuan kepada setiap orang yang membutuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar