Selasa, 28 Februari 2012

Kotbah 3 Penopang Sukses

3 Penopang Kesuksesan
Oleh : Kundarti Swasananingsih, S.Pd

A. Selalu berlajar rendah hati
(Amsal 29:23)
Ilustrasi:
Setelah melakukan tawar menawar dengan seorang nelayan di tepi danau, seorang cendikawan menaiki perahu untuk menikmati keindahan danau lalu bertanya: “Apakah engkau pernah belajar ilmu fisika tentang energi angina dan matahari?” “Tidak” Jawab nelayan. “Kalau begitu engkau telah kehilangan seperempat peluang hidup. Lalu, apakah engkau pernah belajar filsafat? ……… bahasa asing?” “Tidak” Jawab nelayan.
Angin kencang bertiup dan mengombang-ambingkan perahu. Saat itu nelayan bertanya, “Apakah bapak pernah belajar berenang?” “Tidak” Jawab cendikawan. “Wah, kalau begitu bapak telah kehilangan seluruh peluang hidup bapak…”

Aplikasi:
Kerendahan hati merupakan salah satu cirri dari tingkat kecerdasaan emosional dan kedewasaan rohani seseorang, mari kita terus melatih diri untuk bisa memiliki sikap rendah hati.

B. Bersungguh hati (antusias) dalam mengerjakan sesuatu
(I Koriuntus 9:24)
Aplikasi:
- “Larilah begitu rupa” disini mengandung makna ada usaha yang harus dilakukan dan tidak asal berlari (asal-asalan).
- Melakukan segala sesuatu (pekerjaan, belajar, dsb) dengan baik, serius dan disiplin.
- Dibutuhkan ketekunan, “tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan”

C. Tetap bersemangat ketika menghadapi tantangan
Dengan siapa kita berharap?
Dengan siapa kita mengatasi tantangan tersebut?
(Yesaya 43:2)

Ilustrasi:
Jangan Berhenti di Tengah Badai
Suatu hari anak bersama bapaknya berkendara menuju tempat tetangga sebelah. Kemudian, setelah beberapa puluh kilo meter, tiba-tiba awan kelabu dan angina kencang membuat langit menghitam. Hujan lebat pun turun, angina semakin kencang, dan langit semakin gelap.
Berberapa kendaraan berhenti untuk menepi. “Ayah, bagaimana ini? Apakah kita harus berhenti seperti mereka?” Tanya sang anak. “Terus mengemudi…” Kawab ayahnya. Anak tersebut bertanya kembali hal yang sama sampai 3X, tetapi ayahnya selalu menjawab “terus mengemudi”
Setelah beberapa kilometer keadaan membaik, hujan berhenti, dan langit pun cerah. “Sekarang silahkan kalau kau meu berhenti” Kata ayahnya. “Kenapa sekarang?” Tanya anaknya dengan heran. “Agar engkau bisa melihat keadaanmu seandainya engkau berhenti di tengah badai”

Aplikasi:
Dalam menjalani hidup ini, ingatlah bahwa kita selalu didampingi oleh Bapa Sorgawi yang setia. Sebesar apapun badai yang mencoba menghadang langkah kita, jangan pernah berhenti di tengah badai.
Lalui badai itu bersama Dia karena Dia akan meluputkan kita dari bahaya. Kesetiaan dan penyertaan Bapa luar biasa dalam menjaga kehidupan kita tetap aman walaupun ditengah badai besar. Percayakan hidup kita selalu kepada Bapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar