Selasa, 28 Februari 2012

pEL;AYANAN kARIER DAN KELUARGA

PELAYANAN, KARIER DAN KELUARGA


Pelayanan, Karier dan Keluarga bukan suatu pilihan, tetapi suatu prioritas. Mana yang menjadi prioritas dari tiga hal tersebut, yang merupakan bagian dari hidup manusia akan menentukan arah atau tujuan hidup seseorang dikemudian hari. Karakter seseorang akan ditentukan oleh pilihan yang diprioritaskan.
Jika yang menjadi prioritas adalah karier atau pekerjaan, maka keserakahan dan kesombongan akan mewarnai kehidupan selanjutnya. Jika keluarga adalah pilihan yang pertama, maka karier atau pekerjaaan menjadi kedua. Dan jika demikian maka keegoisan akan nampak dalam sepanjang kehidupannya. Semua kehidupan dan pekerjaan semata-mata untuk mencukupi ”kebutuhan” keluarga. Maka pelayanan secara otomatis hanya dari sisa hidup, pekerjaan dan keluarga. Apabila dalam berkarier (bekerja) hasilnya tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga, sementara waktu tercurah kepada pekerjaan, maka bisa jadi pelayanan tidak pernah terpikirkan, sebab kebutuhan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya pun belum terjamin. Maka apapun akan dilakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga terlebih dahulu. Dengan demikian pelayanan pasti bukan suatu pilihan apalagi prioritas utama, karena pelayanan hanya akan menjadi beban dan merupakan keterpasaan. Apalagi pelayanan membutuhkan waktu, tenaga, pikiran, hati dan juga dana (uang).
Lalu bagaimana jika seseorang dengan iman memberanikan diri yang menjadi prioritas dalam hidupnya adalah Pelayanan? Mendahulukan Tuhan, diatas segala-galanya? Tuhan Yesus berjanji kepada setiap orang percaya yang mau mencari Tuhan dan kebenaran-Nya; yang mau mendahulukan Tuhan diatas segala sesuatu, termasuk karier dan keluarga. ”.......maka semuanya akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Tentu tambahan itu termasuk karier dan keluarga!
Dalam kenyataan sehari-hari sebagian besar orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus salah dalam memprioritaskan yang utama, sehingga kesempatan yang ”utama” dalam hidup, pekerjaan atau karier, keluarga dan ”pelayanan” tidak menjadi berkat bagi keluarga, gereja dan masyarakat pada umum serta tidak menjadi kemuliaan bagi Tuhan Yesus yang sudah memanggil, memilih, mengampuni dan meyelamatkan jiwanya.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap tiga hal utama dalam kehidupan orang-orang percaya dari berbagai status, pekerjaan, sosial latar belakang pendidikan dan denominasi gereja, dari usia 18 tahun sampai 30 tahun dan usia 31 tahun sampai 54 tahun, didapat hasil sebagai berikut: penelitian terhadap 150 responden pada usia 18 s/d 30 tahun, antara pekerjaan, pelayanan dan keluarga, sebagian besar memilih pelayanan, yaitu 48 % atau 72 dari jumlah 150 responden. Yang memprioritaskan keluarga 43 %. Sedangkan sisanya yaitu 9 % memilih karier sebagai yang utama dalam kehidupannya.
Berbeda terhadap penelitian terhadap orang-orang percaya pada usia 31 ds/d 54 tahun, dalam menanggapi tiga hal utama, yaitu pelayanan, karier dan keluarga. Sebagian besar memprioritaskan keluarga, yaitu 55 %, kemudian yang kedua pelayanan hanya 37 % dan yang terakhir adalah pekerjaan 7 %.
Jika dari dua hasil penelitian tersebut ditarik suatu kesimpulan, bahwa pada umumnya pekerjaan, uang dan keluarga menjadi fokus, dan jika masih ada waktu dari sisa untuk ”kebutuhan” keluarga, baru pelayanan di Gereja. Ini nampak pada usia 31 s/d 54 tahun. Dan jika kita cermati, pada usia sebelumnya yaitu masa Pemuda yang sudah bekerja dan berkeluarga (pada usia 18 s/d 30 ) hanya 48 % yang masa mudanya memprioritaskan pelayanan, dan 43 % lainya sudah mengarah kepada keluarga sebagai urutan yang kedua. Maka tidak mengherankan jika setelah mereka tua (bekerja dan berkeluarga), apalagi dengan anak dan tanggungan keluarga semakin berat, maka pelayanan bukan merupakan yang utama dalam seluruh kehidupannya. Fokus mereka adalah pekerja mencari uang dan mengurus keluarga. Hari-hari ibadah pun kadang terlewatkan karena pekerjaan dan keluarga. Ironisnya ada yang karena karier atau pekerjaan tanggungjawab terhadap keluarga pun diabaikan. Pendidikan karakter dan kerohanian anak kurang diperhatikan dan hubungan suami istri juga tidak dijaga, sehingga kebahagiaan dalam kekuarga kurang nyata dan tidak dapat dirasakan bersama. Bagamana akan bermakna bagi sesama?
Terhadap bahaya memburu uang melalui pekerjaan, atau karier Rasul Paulus menasehati Timotius, anak rohaninya yang masih muda akan bahaya memburu atau ”cinta uang”, ”Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagi duka” ( I Timotius 6:10). Tuhan Yesus juga berkata,: ” Apakah gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26).
Sedangkan kepada orang yang memfokuskan hidupnya pada pekerjaan, karier dan pelayanan dengan mengesampingkan tanggung jawabnya terhadap sanak saudara, keluarga, terlebih seisi rumahnya, Rasul Paulus berkata: ”....orang ini murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman”. (I Timotius 5:8).

Memang tidak secara langsung akibat dari cinta uang atau memburu uang melalui pekerjaan atau karier akan kehilangan yang utama, yaitu kehidupan yang sejahtera, bermakna bagi sesama dan kehidupan yang kekal, seperti nasehat Rasul Paulus dan terlebih peringatan dari Tuhan Yesus. Namun secara tidak kita sadari bahwa sebenarnya kita sudah dan akan menuju kepada ”sangkar” atau perangkap iblis. Namun sebaliknya mendahulukan pelayanan; mendahulukan Tuhan di atas segala-galanya tidak akan bebas dari segala permasalahan. Orang Kristen juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keluarganya. Karena kalau hidupnya hanya fokus kepada pelayanan, sementara mengabaikan atau mengesampingkan keluarga, sama dengan orang yang tidak beriman, bahkan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.
Pertanyaan klasik, apakah yang utama dalam hidup ini? Buku ini akan menuntun pemikiran Anda dan memberikan paradigma atau cara pandang baru mengenai tiga hal utama dalam hidup ini, yaitu : Pelayanan, Karier dan Keluarga. .
Karakter seseorang dikemudian hari sangat ditentukan oleh pemahaman tentang tiga hal, yaitu pelayanan, karier dan keluarga serta mana apa yang mereka prioritaskan dalam hidupnya sekarang. Salah dalam memprioritaskan yang utama dalam hidup sekarang ini, akan menyesal dikemudian hari dan hidup menjadi tidak berarti. Jauh dari hidup sejahtera, apalagi bermakna bagi sesama.



Oleh : Ev. Timotius Sukarman, S.PAK, M.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar