Senin, 10 Agustus 2009

Ilustrasi Kotbah

Natal Tanpa Yesus (Christmas without Christ)

Sebuah survey yang diadakan pada tahun 2002 menemukan sebuah fakta yang ironis mengenai perayaan natal dalam media televisi pada masa modern ini. National Religious Broadcasters (Lembaga Penyiaran Tayangan Religius Nasional) di Amerika menganalisa 48.000 jam program seputar natal pada Desember 2002 lalu. Hasilnya adalah bahwa 90% tayangan seputar natal tersebut sama sekali tidak memiliki sangkut paut dengan hal kerohanian. Ada juga sekitar 7% tayangan bernuansa rohani, tetapi sama sekali tidak menyinggung langsung mengenai Tuhan Yesus yang lahir. Sisanya menunjukkan bahwa hanya 3% program televisi bertema natal yang memfokuskan tema pada Tuhan Yesus. Hanya 3%! Betapa ironis. Lalu, dimanakah Tuhan Yesus dalam 97% tayangan bertema natal lainnya? Entahlah.

Yang jelas, telah sangat nyata bahwa sesungguhnya banyak orang merayakan natal hanya sebagai sebuah perayaan, kesenangan, momen nostalgia, masa liburan yang menyenangkan. Natal dilewatkan sebagai sebuah masa bersenang-senang. Banyak orang menikmati natal tanpa Tuhan Yesus. Tanpa merasa perlu tahu atau merenungkan kembali kelahiran bayi natal. Natal tanpa Tuhan Yesus, itulah ironisnya yang banyak terjadi dewasa ini.

Add comment December 4, 2008
Berani Bermimpi

Apa yang bisa dilakukan seorang pemuda untuk mendapatkan sebuah rumah tanpa memiliki pekerjaan yang baik dan keuangan yang buruk?

Kyle MacDonald, seorang pemuda dengan kondisi seperti itu, suatu hari sampai pada sebuah rencana yang tidak pernah dipikirkan oleh siapapun sebelumnya. Ide gilanya adalah mengubah satu klip kertas berwarna merah menjadi sebuah rumah permanen bagi dirinya. Mungkinkah? Mungkin, sebab ia berhasil melakukannya.

Pertama ia memasukkan foto klip kertas merahnya dan mulai mencari orang yang ingin bertukar barang dengannya. Pertama sekali, ia berhasil menukar klip kertas merahnya dengan sebuah pena berbentuk ikan. Kemudian, ia menukar pena bentuk ikan itu dengan sebuah gagang pintu. Gagang pintu kemudian ditukar dengan sebuah perapian sederhana. Perapian itu ditukarnya dengan generator elektrik. Generator itu ditukarnya lagi dengan tanda minuman alkohol Budweiser dan sedrum bir—yang kemudian ditukarnya dengan mobil salju. Dan tepat setahun dan 14 pertukaran via internet kemudian, ia menukar sebuah peran pembantu di sebuah film Hollywood dengan sebuah rumah di Kanada.

Kisah nyata Kyle ini dituliskannya dalam sebuah buku berjudul, “One Red Paperclip”. Bukunya sekarang sedang dibuat menjadi film. Ketenaran, banyak uang, sebuah buku, sebuah film dan sebuah rumah—semua Kyle dapatkan hanya dengan modal sebuah klip kertas merah dan “iman”-nya.

Sungguh sulit dipercaya memang. Terdengar terlalu berlebihan mungkin. Tetapi saya percaya iman percaya kita akan sebuah kebangunan dan perubahan adalah serupa dengan klip kertas merah tersebut. Tuhan Yesus berkata jika kita memiliki iman sebesar biji sesawi, maka kita akan mampu memindahkan gunung (Mat. 17:20). Biji sesawi sangat kecil, masih lebih kecil dari klip kertas merah tersebut. Tetapi Tuhan Yesus berkata jika saja kita memiliki iman dan berani bermimpi sebesar apapun bagi Tuhan, “Tidak ada yang mustahil bagimu!”.

Add comment December 4, 2008
Bersukacita adalah Sebuah Pilihan

14 Mei 1988, semua koran lokal di Kentucky memberitakan mengenai sebuah kecelakaan bus yang hebat dimana 24 anak-anak dan 3 orang dewasa meninggal dunia. Kecelakaan itu disebut sebagai “kecelakaan terburuk akibat pengemudi mabuk di dalam sejarah Kentucky”. Yang menyedihkan lagi adalah kenyataan bahwa bus itu membawa sekelompok anak-anak muda dari Gereja Sidang Jemaat Allah setempat.

Seorang saksi yang selamat dari kecelakaan itu mengisahkan tentang apa yang terjadi dalam kecelakaan yang mengerikan itu. Seorang korban bernama Chuck Kytta adalah seorang pengerja gereja dalam pelayanan kaum muda. Chuck duduk persis di belakang supir ketika kecelakaan terjadi, tepat di atas tangki bahan bakar. Tidak heran jika hanya dalam hitungan sepersekian detik ketika tabrakan terjadi, sekujur tubuh Chuck langsung menyala terbakar api. Api itu begitu hebat melalap dirinya yang tidak langsung meninggal seketika.

Yang luar biasa adalah, saksi itu berkata, ketika Chuck tersadar bahwa pakaian dan tubuhnya sudah dilalap api, Chuck memandang ke langit-langit dan berkata dengan nyaring, “Jesus, I’m coming home!” (Tuhan Yesus, aku pulang!). Beberapa anak lain yang selamat bahkan bersaksi bahwa Chuck tersenyum ketika api itu perlahan melahap tubuhnya.

Bayangkan kejadian itu. Chuck yang tubuhnya sudah menyala dilalap api, begitu menderita dan begitu sakit panas pastinya, namun justru begitu terfokus pada Tuhan. Begitu nampak bersukacita. Ia tersenyum. Ia sudah memilih untuk bersukacita pada akhir hidupnya yang tragis.

Ninie Hammon adalah seorang eksekutif editor harian The Southeast Outlook di Louisville, Kentucky; namun pada 1988, ia hanyalah wartawan di sebuah perusahaan koran kecil. Ninie Hammon yang menuliskan kesaksian itu begitu sulit percaya. Bertahun-tahun kemudian Ninie menulis, “Saya bukanlah seorang Kristen pada tahun 1988 itu, karena itu saya sama sekali tidak habis pikir apa yang sesungguhnya Chuck lakukan. Ia seorang pemuda biasa yang sering dipanggil “Banana (pisang)”—berdiri dengan tubuh dilahap api menjelang kematiannya, tetapi dia tersenyum?”

Bagaimanapun Ninie mencoba, ia tidak dapat menghapuskan bayangan peristiwa itu dari benaknya. Dua tahun mencari penjelasan, pada akhirnya Ia bertobat dan menjadi Kristen, setelah Ia menemukan bahwa Tuhan Yesuslah satu-satunya alasan dimana kesukacitaan semustahil itu bisa terjadi.

Sukacita adalah pilihan untuk dilakukan. Bukan rasa yang harus dicari.

Add comment December 4, 2008
Hati Memberi

Pada tahun 1884, seorang gadis kecil bernama Hattie May Wiatt berdiri dan menangis di luar pintu gereja baptis kecil di Philadelphia, Pennsylvania. Ia berusia 8 tahun dan ingin ikut Sekolah Minggu, tetapi gerejanya kecil dan penuh sesak. Ia menangis dan terpaksa berjalan pulang ke rumah tanpa dapat masuk ke gereja itu.

Ketika itu Russell Conwell, seorang pendeta perang sipil datang dan menggendong Hattie yang masih menangis dan mendudukannya di sudut ruangan yang gelap. Sejak itu, setiap kali Russell melihat Hattie, Ia berjanji akan membuat ruang SM yang lebih besar supaya teman-teman Hattie juga beroleh tempat dan kesempatan untuk mendengar tentang Tuhan Yesus.

Dua tahun kemudian, Hattie meninggal dunia. Seseorang mengangkat tubuhnya yang kurus dari tempat tidur dan menemukan sebuah dompet yang kusut. Di dalam dompetnya terselip uang 57 sen dan sebuah kertas catatan bertuliskan, “Uang ini untuk membangun gereja menjadi lebih besar supaya anak-anak dapat datang ke Sekolah Minggu.” Dengan menangis sambil membaca catatan itu, Russell berdiri di hadapan jemaatnya dan menantang mereka untuk memberi agar dapat membangun gedung SM yang besar.

Respon yang luar biasa terjadi, jemaat mulai tergerak untuk memberi karena begitu tersentuh dengan hati Hattie yang begitu tulus dan memberi bagi Tuhan. Begitu dimulai pengumpulan dana tersebut, segera dalam waktu singkat terkumpullah uang dengan berlimpah—sampai akhirnya mereka tidak hanya dapat membangun sebuah gedung Sekolah Minggu yang besar, tetapi juga gedung gereja yang baru yang lebih besar, klinik kesehatan masyarakat, ruang kursus dan ruang penggembalaan.

Tahun 1912, Russell Conwell berkhotbah tentang berkat Allah yang terus melimpah karena uang 57 sen pemberian Hattie. Nama gereja diubah menjadi Temple Baptist Church. Kliniknya terus bertumbuh dan saat ini menjadi rumah sakit terbesar di Philadelphia yang melayani ribuan pasien setiap tahun. Ruang kursusnya berubah menjadi Temple University yang juga kini menjadi universitas terbesar di Pennsylvania.

Add comment December 4, 2008
Selalu Bersyukur

Suatu kali ada seorang raja yang senang sekali berburu jauh dari kerajaannya. Dalam setiap perjalanan berburu, ia selalu didampingi oleh penasihat dan pengawalnya. Suatu hari dalam sebuah perburuan, entah bagaimana, sang raja mengalami kecelakaan yang mengakibatkan jari kelingking kirinya terputus karena anak panah. Sang raja merasa begitu sakit dan jengkel luar biasa walaupun hal itu terjadi karena kelalaiannya sendiri. Untuk menenangkan hati sang raja, si penasihat berkata pelan kepadanya, “Sudahlah Raja, tentu ada maksud yang baik dari segala peristiwa buruk. Bersyukurlah setidaknya Raja tidak mengalami bencana yang mengancam nyawa Raja.” Mendengar hal itu, bukannya tenang, sang raja justru begitu marah dan memerintahkan si penasihat untuk di penjara. “Lihatlah, apa yang baik bagimu jika engkau dipenjara.”

Maka raja pun kemudian mendapatkan seorang penasihat baru untuk mendampinginya. Setelah lewat beberapa masa, raja pun kemudian berangkat berburu lagi dengan didampingi oleh penasihat baru dan para pengawalnya. Kali itu pun terjadi hal yang mengerikan. Sang raja dan rombongannya tanpa sadar memasuki sebuah wilayah perkampungan suku asing. Dalam pertempuran, seluruh pengawal terbunuh sehingga raja dan penasihat pun tertangkap.

Tak disangka, suku asing itu memiliki ritual kepercayaan mempersembahkan orang-orang asing bagi dewa yang mereka sembah dengan cara dibakar hidup-hidup. Maka disiapkanlah sebuah upacara untuk mempersembahkan sang raja dan si penasihat. Begitu ketakutanlah sang raja dan penasihatnya mengetahui hal itu. Namun, ketika segala sesuatunya sudah siap, seluruh anggota suku sudah siap, pembakaran sudah siap; beberapa orang suku asing itu mengetahui bahwa salah satu dari orang yang akan mereka persembahkan tidak memiliki jari yang lengkap. Lalu mereka pun melepaskan sang raja, dan hanya membakar si penasihat.

Singkat cerita, sang raja sampai pulang ke kerajaannya dengan begitu bersyukur. Ia teringat dengan perkataan penasihatnya yang dipenjara, dan menyuruhnya dilepaskan. Raja bahkan memberikan jabatan penasihat itu kembali padanya. Sang raja tersenyum dan berkata, “Benar apa yang kau katakan. Dulu aku begitu marah kehilangan satu jariku, namun sekarang aku tahu bahwa sepatutnya bersyukur untuk hal itu. Jika saja aku tidak kehilangan jariku, aku pasti sudah mati.” Si penasihat menjawab, “Terima kasih Baginda telah memenjarakan hamba selama ini.” Raja kaget dan bertanya, “Apa maksudmu?” “Jika saja Baginda tidak memenjarakan hamba, maka pastilah hamba yang sudah mati dibakar oleh suku asing itu.”


Add comment December 4, 2008
Tertolong karena Menolong, Diberkati karena Memberkati

Dua orang pendaki gunung berjalan pulang dari puncak gunung karena cuaca sangat buruk dan dingin. Di tengah jalan, ketika mereka hampir tidak dapat lagi bertahan, tiba-tiba mereka menemukan seorang pria lain yang tergeletak sendirian—hampir mati kedinginan.

Pria yang satu terus berjalan karena ia berpikir bahwa tidak mungkin ia menghabiskan sisa tenaganya untuk menolong orang tersebut. Ia sendiri saja sudah hampir mati.

Sebaliknya, pria yang satunya lagi dengan susah payah meggendong orang tersebut di punggungnya. Tentu saja hal itu membuatnya tertinggal jauh di belakang temannya yang berjalan tanpa beban.

Setelah beberapa jam terus berjalan, pria yang menggendong itu menemukan temannya telah lebih dahulu berjalan turun gunung tanpa beban. Apa yang terjadi? Temannya itu telah mati kedinginan. Frostbite.

Pria kedua yang menolong orang tersebut justru bertahan dengan selamat sampai ke kaki gunung. Mengapa? Kok bisa?

Karena sesungguhnya pertolongan yang diberikannyalah yang membuatnya selamat. Dengan menggendong pria sekarat itu di punggungnya, ia mendapatkan panas tubuh dari pria yang digendongnya itu. Ia tertolong karena menolong.

Add comment December 4, 2008
Merindukan Perubahan

Majalah Time Asia edisi 5 Agustus 2002 merupakan edisi yang sangat menarik. Topik utama edisi itu tertulis sangat menonjol pada covernya, “Changing Faces”, dengan foto seorang wajah seorang wanita yang dikelilingi oleh bermacam peralatan bedah—gunting, pisau kecil, pisau iris, dsb. “Changing Faces” atau Mengubah Wajah, itulah topik utama edisi itu—mengulas secara detil mengenai tren operasi plastik atau operasi kecantikan di Asia.

Hasil penyelidikan Time menunjukkan betapa banyaknya orang—baik pria maupun wanita—yang berkonsultasi kepada dokter atau ahli kecantikan untuk memperbaiki penampilan fisiknya. Operasi kecantikan di Asia menjadi booming pada tahun-tahun belakangan ini.

* Di Taiwan saja ada sekitar satu juta prosedur operasi kecantikan yang dilakukan pada tahun 2001.
* Di Korea, para ahli bedah memperkirakan sedikitnya satu dari sepuluh orang dewasa menerima operasi perbaikan penampilan fisik
* Masyarakat Jepang menghabiskan sedikitnya 100 juta dolar US setahun untuk memperbaiki penampilan
* Indonesia (pada tahun 2002) hanya memiliki 43 ahli bedah plastik yang berlisensi atau yang diakui, namun di ibukota Jakarta saja sedikitnya terjadi 400 prosedur operasi ilegal untuk memperbaiki penampilan dengan menggunakan silikon.
* Yang lebih hebat lagi… Thailand. Pemerintah Thailand saat ini mendukung adanya tur bagi kaum wisatawan untuk melihat dan mencoba operasi plastik. Ada tur khusus untuk itu!

Satu kalimat dalam artikel itu sangat menarik perhatian. “What we won’t do for beauty”—apa yang tidak akan kita lakukan demi kecantikan? Di Asia dan di seluruh dunia semua orang berupaya untuk mendapatkan penampilan terbaiknya.

Setiap kita selalu berusaha membeli baju yang bagus untuk kita kenakan, kita menggunakan shampo ini, sabun itu, odol pemutih gigi ini, parfum itu, lipstik ini, bedak itu, dst… hanya dengan satu tujuan.. menutupi “kekurangan” atau “kejelekan” kita. Kita ingin menjadi “manusia baru” yang lebih cantik, lebih gagah, lebih tampan, lebih menarik; namun sesungguhnya tidak ada yang dapat kita lakukan untuk mengubah “diri” kita dalam natur dan keberadaan dasarnya. Kita hanya menutupi permukaan luar diri kita saja. Tidak lebih.

Add comment December 4, 2008
Tuhankah yang Salah?

Pada suatu hari dengan wajah cemas seorang suami berkunjung ke dokter keluarga dan berkata, “Pak Dokter, saya kuatir istri saya mulai tuli pendengarannya.” Dokter bertanya bagaimana ia mengetahui bahwa istrinya mulai tuli, jawabnya, “Akhir-akhir ini jika saya panggil atau berbicara kepadanya ia sering tidak menyahut.”

Lalu si dokter pun menasehatinya, “Coba anda pulang dan test apakah ia benar-benar tuli. Caranya berbicaralah kepadanya dari jarak 5 meter, 3 meter, 2 meter hingga berdiri di sampingnya. Setelah itu kita akan mengetahui hasilnya.”

Si suami lalu pulang ke rumah, menemukan istrinya sedang memasak di dapur. Dari jarak 5 meter ia bertanya, “Bu, malam ini kita masak apa?” Tidak ada jawaban. Lalu ia mendekat dan bertanya lagi, “Bu, malam ini kita makan apa?” Tidak ada jawaban. Ia makin mendekat sekitar 2 meter, bertanya lagi dan masih tidak respon. Ia melangkah lagi mendekat, tinggal berjarak satu meter, “Bu, malam ini kita makan apa?” Ia begitu sedih merasa istrinya sama sekali tidak mendengarkannya. Akhir ia berdiri tepat di samping istrinya dan berteriak, “Bu, malam ini kita makan apa?”

Sang istri berbalik, menatapnya sebentar dengan muka aneh, lalu berkata lantang sekali, “Untuk kelima kalinya kukatakan kepadamu! Nanti kita makan ayam goreng!”

Dalam hidup ini kita mungkin mudah berpikir bahwa Tuhan Allah itu tidak mendengarkan kita, tidak terlalu peduli pada kita, hanya menuntut dan menuntut kita mengerjakan kehendakNya. Padahal kita merasa Tuhan tidak memberikan kepada kita kekuatan. Kita pikir Tuhanlah yang salah karena tidak memberikan kita kekuatan. Padahal, sesungguhnya kitalah yang terlalu jauh dari Tuhan. Telinga rohani kitalah yang bermasalah. Mata rohani kitalah yang dibutakan oleh dosa.

Add comment December 4, 2008

Blog Stats

* 381 Pengunjung

Meta

* Log in
* Entries RSS
* Comments RSS
* WordPress.org

Kategori

* 1
* Artikel
* Hai! Sapaan pribadi
* Ilustrasi
* Naskah Khotbah
* Wacana

Pages

Archives

* December 2008
* November 2008
* July 2008

Search for:
Authors

* Willyem Onggo Wijaya

Calendar
December 2008 M T W T F S S
« Nov
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31
Recent Posts

* Natal Tanpa Yesus (Christmas without Christ)
* Pola Doa Tuhan Yesus
* Berani Bermimpi
* Bersukacita adalah Sebuah Pilihan
* Hati Memberi

Tags
anugerah bayi budaya dunia filsafat gembala gereja iman jawa karunia kasih kehidupan kerohanian khotbah kosmis krismon kwamia lukas 2:7 malam natal menulis metempiris mistik mistisisme modernisme natal nenek moyang orang pintar paranormal pekerjaan iblis pengalaman pengampunan perjalanan perjumpaan persiapan pesta pluralisme postmodernisme pribadi relativisme sekuler slamet tahyul tradisi worldview Yesus

Theme: Blix by Sebastian Schmieg . Blog at WordPress.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar