DISELAMATKAN DAN DIPANGGIL UNTUK MELAYANI
Oleh Vic. Timotius Sukarman, S.PAK, M.Th
Pendahuluan
Surat II Timotius ditulis dipenjara
di Roma pada masa tahanan yang ke-2, yaitu pada tahun 65. Kali ini keadaan di
tempat tahanan lebih berat dibandingkan masa tahanan yang pertama tahun 60-62,
karena pada masa itu Paulus diperkenankan tinggal dirumah kontrakannya sendiri
(sebagai tanahan luar). Tetapi pada masa
tahanan ke-2 ia benar-benar berada dalam penjara (1:8), bahkan Ia dibelenggu
(1:16) dan diperlakukan sebagai seorang penjahat (2:9). Rasul Paulus sudah
menjalani persidangan pertama, dan Paulus menduga akan dihukum mati dalam waktu
dekat (4:6). Semua teman-temannya
sudah meninggalkan Paulus, kecuali Lukas. (Penulis Kisah Para Rasul).
Dalam masa kesepian dan firasat
kematian, Rasul Paulus sangat merindukan kedatangan Timotius pada saat-saat
terakhir hidupnya. Kerinduan akan Timotius serta anjuran kepadanya untuk
setia dalam pelayanannya merupakan motif utama dari penulisan surat II
Timotius. (Paulus tidak jadi hukum mati.
Sekali lagi ia dibebaskan, lalu ia pergi ke Spanyol (th 66). Ketika masih di
Spanyol atau sekembalinya di Roma, Paulus dihukum mati (tahun 66/67).
Diselamatkan untuk melayani
Alkitab mengatakan: ” Dialah yang menyelamatkan kita dan memilih
kita untuk pekerjaanNya yang kudus, bukan karena kita layak, melainkan
karena itulah yang telah
dikaruniakanNya”
Allah menebus kita, supaya kita bisa
melakukan ”pekerjaan kudusNya”. Kita tidak diselamatkan oleh pelayanan, tetapi
kita diselamatkan untuk sebuah pelayanan.
Dalam Kerajaan Allah,
kita memiliki sebuah tempat, sebuah
tujuan, sebuah peran atau fungsi untuk
dilaksanakan. Ini yang akan memberi arti dan nilai atau makna yang luar biasa kepada hidup kita. Tuhan Yesus harus
mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk membeli keselamatan kita. Alkitab
mengingatkan kita: “Allah telah membeli kamu dengan harga yang sangat mahal. Karena itu
muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (I Kor. 6:20).
Lebih lanjut Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di
Roma, supaya ”mempersembahkan tubuh” sebagai persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah. Itu adalah ibadahmu yang sejati ( Roma 12:1). Rasul Paulus menasihatkan untuk menyerahkan dan
mempersembahkan diri kepada kehendak Allah. Seluruh pikiran, perkataan,
perbuatan dan seluruh kemampuan serta kekuatan yang berarti mempersembahkan
seluruh kehidupan untuk Allah.
Di jaman
Paulus, pengorbanan selalu berarti pembunuhan. Di dalam praktek agama Yahudi
korban dibawa ke hadapan imam, dosa orang yang membawa persembahan tersebut
kemudian diampuni. Korban tersebut dibunuh. Ini mengingatkan kepada setiap
orang bahwa upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Paulus mengatakan bahwa persembahan
kita adalah persembahan yang hidup, bukan yang mati. Berarti mempersembahkan
hidup kepada Allah untuk pelayanan, tidak lagi hidup untuk diri sendiri,
keluarga dan pekerjaan, tetapi untuk kemuliaan Tuhan.
Paulus
selalu mengingatkan bahwa tubuh adalah hal yang penting dalam pengertian
kekristenan mengenai banyak hal. Tubuh merupakan anggota Kristus (I Kor 6:15).
Tubuh adalah Bait Roh Kudus (I Kor 6:19), Paulus berkata kita harus menjadi
kudus baik didalam tubuh maupun didalam jiwa dan didalam perbuatan.
Menurut
Rasul Paulus Ibadah sejati itu berhubungan dengan akal yaitu akal yang benar
dan bersifat rohaniah. Akal merupakan bagian dari tubuh dan merupakan kemauan
untuk berbuat baik. Paulus melanjutkan diayat 2, “.....jangan kamu menjadi
serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu.....”. Apa yang dilakukan dengan akal, pikiran, atau hati
(heart) sangat menentukan pembentukan karakter dari seseorang. Bagi Paulus perubahan yang diharapkan dari orang Kristen ialah
perubahan hati (heart) yang terwujud
dalam seluruh kehidupan yang dipengaruhi oleh akal yang sehat dalam setiap
pelayanan, karier dan keluarga.
Maka
dapat disimpulkan bahwa apabila akal, pikiran, hati kita diisi dengan pikiran-pikiran
yang bermutu dan mendisiplinkan diri dengan kebenaran-kebenaran Alkitab, Firman
Tuhan maka kita akan bertumbuh dalam kebajikan dan berguna bagi Allah dan
sesama. Sehingga hidup ini tidak lagi serupa dengan dunia yang hanya
mementingkan hal-hal yang duniawi, pekerjaan, karier, hoby, jabatan dan uang, melainkan
telah diubah oleh pembaharuan budi yang baik yang berkenan kepada Allah dengan
melakukan pelayanan sebagai wujud kasih atas pengorbanan Tuhan Yesus dan kasih
kepada sesama.
Istilah lain dalam bahasa Inggris
untuk “melayani Allah” yang salah dimengerti oleh banyak orang kristen adalah kata ”MINISTRI” (Pelayanan
sebagai Pendeta). Tetapi Allah berkata setiap anggota merupakan seorang pelayan (ministri). Di dalam
Alkitab, kata hamba (Servant) dan
pelayan (Ministri) adalah sinonim,
seperti hanya service dan ministry. Jika kita seorang Kristen,
kita merupakan seorang pelayan (ministry) dan kita melayani (service atau pun
Ministry). Contoh : Ibu Mertua
Petrus.....”Bangun dan mulai melayani Tuhan
Yesus.... ” (Matius 8: 15).
Dipanggil dan diutus untuk melayani
Alkitab mengatakan: Allah
menyelamatkan kita dan memanggil kita supaya menjadi umat-Nya sendiri, Ia
melakukan itu bukan berdasarkan apa yang kita kerjakan, melainkan berdasarkan rencana-Nya sendiri (Fil.3: 14). Rasul
Petrus menambahkan, kamu dipilih untuk memberitakan sifat-sifat mulia Allah
yang memanggilmu. (I Pertus 2: 9).
Pertama, Tuhan Yesus memanggil dan mengutus
kedua belas murid untuk memberitakan kuasa Allah, mengusir roh-roh jahat dan
untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. (Matius 10:1-15). Kemudian
pemanggilan, pemilihan dan pengutusan
itu dilanjutkan oleh Para Rasul, yaitu dengan memilih Matias sebagai pengganti
Yudas (Kisah 1: 15-26).
Setelah jemaat menjadi banyak,
karena kuasa Roh Kudus pada hari pentakusta (hari turunNya Roh Kudus), dari 12
orang menjadi , 120 Orang (Kisah 1: 15). Kemudian setelah petrus berkotbah
bertambah kira-kira 3.000 orang lebih
Kisah 2:41) dan ketika dua orang mengajar= berbicara (Petrus dan Yohanes),
orang yang mendengar ajaran mereka menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira
lima ribu orang laki-laki).
Dari ketekunan dalam pengajaran dan
persekutuan dan dalam pelayanan mereka sebagai jemaat yang mula-mula, mereka
disukai semua orang dan Tuhan terus menambahkan jumlah mereka dengan
orang yang diselamatkan. Jumlah orang yang percaya terus bertambah. Sedangkan jumlah perempuan yang
tidak dihitung diperkirakan akan lebih besar dari kaum
laki-laki (Kisah 4:4). Jika pada saat itu antara laki-laki dan perempuan 1
banding 2 saja, maka dipastikan jumlah mereka sudah delapan sampai 10.000 (sepuluh ribu jiwa).
Ketika jumlah murid makin bertambah
banyak, maka timbulah masalah dalam
pelayanan mereka. Maka kedua belas rasul memanggil semua murid-murid untuk berkumpul dan mencari jalan keluar
sehingga masalah berkepanjangan dan
tidak mengganggu pelayanan ”mimbar”
pemberitaan Injil selanjutnya. Maka dipilihlah 7 orang untuk pelayanan meja,
melayani orang miskin yang kemudian disebut diaken atau diakonia (pelayanan).
Diperintahkan Untuk melayani
Bagi orang Kristen, pelayanan bukan pilihan dan sesuatu untuk dimasukan ke
dalam jadwal kegiatan. Jika bisa
menyediakan waktu untuk kegiatan itu,
tetapi sebaliknya jika tidak ada waktu, tidak ada sesuatu yang hilang,
yang perlu disesali. Pelayanan adalah inti, makna kehidupan Kristen. Tuhan Yesus
datang bukan untuk dilayani. ”Sama seperti Anak Manusia
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." ( Matius 20:28).
Melayani dan memberi, dua kata kerja
tersebut seharusnya menjadi ciri
kehidupan orang-orang pengikut Kristus (orang Kristen). Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kedewasaan
rohani sendiri tidak pernah merupakan tujuan. Kedewasaan adalah untuk
pelayanan! Kita bertumbuh untuk memberi.
Tidak cukup kita hanya belajar dan belajar saja. Kita harus bertindak berdasarkan apa yang kita tahu, dan
menjalankan apa yang kita katakan. Belajar tanpa pelayanan menyebabkan kebekuan
rohani. (Perbandingan lama.: antara Laut Galelia dan laut mati masih berlaku)
Pada akhir hidup kita di bumi,
kita akan berdiri dihadapan Allah dan
Dia akan mengevaluasi seberapa kita melayani orang lain dengan kehidupan kita.
Alkitab berkata : “ Demikian setiap orang diantara kita akan memberi pertanggungjawaban
tentang dirinya sendiri kepada Allah (Roma 14:12).
Suatu hari Allah akan
membandingkan berapa banyak waktu dan
tenaga yang kita gunakan untuk diri kita
sendiri dangan apa yang kita berikan untuk melayani orang lain. Pada saat tersebut
semua alasan kita untuk keegoisan kita
akan terdegar hampa: ..........(apa kira-kira yang akan kita katakan sebagai
alasan untuk tidak melayani orang lain?. Untuk semua alasan....Allah akan
menjawab: “Maaf, jawaban Saudara
keliru.....” Aku menyelamatkan,
memanggilmu dan memerintahkanmu untuk menjalani kehidupan pelayanan.
Alkitab memperingatkan orang-orang
yang tidak percaya yang hidupnya untuk dirinya sendiri: ‘Dia akan menumpahkan amarah dan murkaNya atas mereka yang hidup bagi
dirinya mereka sendiri (Roma 2:8). Bagi orang Kristen itu
berarti akan kehilangan upah kekal. Kita hanya sepenuhnya hidup, bila
kita menolong orang lain. Tuhan Yesus berkata:”Jika kamu mempertahankan
nawanya, kamu akan kehilangan nyawanya.
Jika kalian kehilangan nyawa demi Aku dan demi
berita kesukaan, kalian akan dapat
menikmati hidup”. (Markus 8:35). Pelayanan merupakan jalan setapak
untuk makna hidup selanjutnya. Karena kehidupan ini dimaksudkan untuk
pelayanan. Mulailah satu tapak, untuk
melayani!Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar