Kamis, 18 April 2013

Dipanggil Untuk Melayani





 DISELAMATKAN DAN DIPANGGIL UNTUK MELAYANI
Oleh Vic. Timotius Sukarman, S.PAK, M.Th

Pendahuluan 
Surat II Timotius ditulis dipenjara di Roma pada masa tahanan yang ke-2, yaitu pada tahun 65. Kali ini keadaan di tempat tahanan lebih berat dibandingkan masa tahanan yang pertama tahun 60-62, karena pada masa itu Paulus diperkenankan tinggal dirumah kontrakannya sendiri (sebagai tanahan luar).  Tetapi pada masa tahanan ke-2 ia benar-benar berada dalam penjara (1:8), bahkan Ia dibelenggu (1:16) dan diperlakukan sebagai seorang penjahat (2:9). Rasul Paulus sudah menjalani persidangan pertama, dan Paulus menduga akan dihukum mati dalam waktu dekat (4:6). Semua teman-temannya sudah meninggalkan Paulus, kecuali Lukas. (Penulis Kisah Para Rasul).
Dalam masa kesepian dan firasat kematian, Rasul Paulus sangat merindukan kedatangan Timotius pada saat-saat terakhir hidupnya. Kerinduan akan Timotius serta anjuran kepadanya untuk setia dalam pelayanannya merupakan motif utama dari penulisan surat II Timotius. (Paulus tidak jadi hukum mati. Sekali lagi ia dibebaskan, lalu ia pergi ke Spanyol (th 66). Ketika masih di Spanyol atau sekembalinya di Roma, Paulus dihukum mati (tahun 66/67).


Diselamatkan untuk melayani
Alkitab mengatakan: ” Dialah yang menyelamatkan kita dan memilih kita untuk pekerjaanNya yang kudus, bukan karena kita layak, melainkan karena  itulah yang telah dikaruniakanNya”
Allah menebus kita, supaya kita bisa melakukan ”pekerjaan kudusNya”. Kita tidak diselamatkan oleh pelayanan, tetapi kita diselamatkan untuk sebuah pelayanan.
Dalam Kerajaan Allah, kita memiliki sebuah  tempat, sebuah tujuan, sebuah peran atau  fungsi untuk dilaksanakan. Ini yang akan memberi arti dan nilai atau makna  yang luar biasa  kepada hidup kita. Tuhan Yesus harus mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk membeli keselamatan kita. Alkitab mengingatkan kita: “Allah telah membeli kamu dengan harga yang sangat mahal. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (I Kor. 6:20).
Lebih lanjut Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma, supaya ”mempersembahkan tubuh” sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Itu adalah ibadahmu  yang sejati ( Roma 12:1). Rasul Paulus menasihatkan untuk menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada kehendak Allah. Seluruh pikiran, perkataan, perbuatan dan seluruh kemampuan serta kekuatan yang berarti mempersembahkan seluruh kehidupan untuk Allah.
            Di jaman Paulus, pengorbanan selalu berarti pembunuhan. Di dalam praktek agama Yahudi korban dibawa ke hadapan imam, dosa orang yang membawa persembahan tersebut kemudian diampuni. Korban tersebut dibunuh. Ini mengingatkan kepada setiap orang bahwa upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Paulus mengatakan bahwa persembahan kita adalah persembahan yang hidup, bukan yang mati. Berarti mempersembahkan hidup kepada Allah untuk pelayanan, tidak lagi hidup untuk diri sendiri, keluarga dan pekerjaan, tetapi untuk kemuliaan Tuhan.
            Paulus selalu mengingatkan bahwa tubuh adalah hal yang penting dalam pengertian kekristenan mengenai banyak hal. Tubuh merupakan anggota Kristus (I Kor 6:15). Tubuh adalah Bait Roh Kudus (I Kor 6:19), Paulus berkata kita harus menjadi kudus baik didalam tubuh maupun didalam jiwa dan didalam perbuatan.
            Menurut Rasul Paulus Ibadah sejati itu berhubungan dengan akal yaitu akal yang benar dan bersifat rohaniah. Akal merupakan bagian dari tubuh dan merupakan kemauan untuk berbuat baik. Paulus melanjutkan diayat 2, “.....jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu...... Apa yang dilakukan dengan akal, pikiran, atau hati (heart) sangat menentukan pembentukan karakter dari seseorang. Bagi Paulus perubahan yang diharapkan dari orang Kristen ialah perubahan hati (heart)  yang terwujud dalam seluruh kehidupan yang dipengaruhi oleh akal yang sehat dalam setiap pelayanan, karier dan keluarga.
            Maka dapat disimpulkan bahwa apabila akal, pikiran, hati kita diisi dengan pikiran-pikiran yang bermutu dan mendisiplinkan diri dengan kebenaran-kebenaran Alkitab, Firman Tuhan maka kita akan bertumbuh dalam kebajikan dan berguna bagi Allah dan sesama. Sehingga hidup ini tidak lagi serupa dengan dunia yang hanya mementingkan hal-hal yang duniawi, pekerjaan, karier, hoby, jabatan dan uang, melainkan telah diubah oleh pembaharuan budi yang baik yang berkenan kepada Allah dengan melakukan pelayanan sebagai wujud kasih atas pengorbanan Tuhan Yesus dan kasih kepada sesama.
Istilah lain dalam bahasa Inggris untuk “melayani Allah” yang salah dimengerti oleh banyak orang  kristen adalah kata ”MINISTRI” (Pelayanan sebagai Pendeta). Tetapi Allah berkata setiap anggota  merupakan seorang pelayan (ministri). Di dalam Alkitab, kata hamba (Servant) dan pelayan (Ministri) adalah sinonim, seperti hanya service dan ministry. Jika kita seorang Kristen, kita merupakan seorang pelayan (ministry) dan kita melayani (service atau pun Ministry). Contoh : Ibu Mertua Petrus.....”Bangun dan mulai melayani Tuhan Yesus....  ” (Matius 8: 15).


Dipanggil dan diutus untuk melayani
Alkitab mengatakan: Allah menyelamatkan kita dan memanggil kita supaya menjadi umat-Nya sendiri, Ia melakukan itu bukan berdasarkan apa yang kita kerjakan, melainkan  berdasarkan rencana-Nya sendiri (Fil.3: 14). Rasul Petrus menambahkan, kamu dipilih untuk memberitakan sifat-sifat mulia Allah yang memanggilmu. (I Pertus 2: 9).
Pertama, Tuhan Yesus memanggil dan mengutus kedua belas murid untuk memberitakan kuasa Allah, mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. (Matius 10:1-15). Kemudian pemanggilan, pemilihan  dan pengutusan itu dilanjutkan oleh Para Rasul, yaitu dengan memilih Matias sebagai pengganti Yudas (Kisah 1: 15-26).
Setelah jemaat menjadi banyak, karena kuasa Roh Kudus pada hari pentakusta (hari turunNya Roh Kudus), dari 12 orang menjadi , 120 Orang (Kisah 1: 15). Kemudian setelah petrus berkotbah bertambah kira-kira  3.000 orang lebih Kisah 2:41) dan ketika dua orang mengajar= berbicara (Petrus dan Yohanes), orang yang mendengar ajaran mereka menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki).  
Dari ketekunan dalam pengajaran dan persekutuan dan dalam pelayanan mereka sebagai jemaat yang mula-mula, mereka disukai  semua orang dan  Tuhan terus menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Jumlah orang yang percaya terus bertambah. Sedangkan jumlah perempuan yang tidak dihitung  diperkirakan akan lebih besar dari kaum laki-laki (Kisah 4:4). Jika pada saat itu antara laki-laki dan perempuan 1 banding 2 saja, maka dipastikan jumlah mereka sudah delapan sampai 10.000 (sepuluh ribu jiwa).
Ketika jumlah murid makin bertambah banyak, maka  timbulah masalah dalam pelayanan mereka. Maka kedua belas rasul memanggil semua murid-murid  untuk berkumpul dan mencari jalan keluar sehingga masalah  berkepanjangan dan tidak  mengganggu pelayanan ”mimbar” pemberitaan Injil selanjutnya. Maka dipilihlah 7 orang untuk pelayanan meja, melayani orang miskin yang kemudian disebut diaken atau diakonia (pelayanan).




Diperintahkan Untuk melayani
Bagi orang Kristen, pelayanan bukan pilihan dan sesuatu untuk dimasukan ke dalam jadwal kegiatan.  Jika bisa menyediakan waktu untuk kegiatan itu,  tetapi sebaliknya jika tidak ada waktu, tidak ada sesuatu yang hilang, yang perlu disesali. Pelayanan adalah inti, makna kehidupan Kristen. Tuhan Yesus datang bukan untuk dilayani. ”Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak  orang." ( Matius  20:28).
Melayani dan memberi, dua kata kerja tersebut seharusnya menjadi ciri  kehidupan orang-orang pengikut Kristus (orang Kristen).  Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kedewasaan rohani sendiri tidak pernah merupakan tujuan. Kedewasaan adalah untuk pelayanan!  Kita bertumbuh untuk memberi. Tidak cukup kita hanya belajar dan belajar saja. Kita harus bertindak berdasarkan apa yang kita tahu, dan menjalankan  apa yang kita katakan.  Belajar tanpa pelayanan menyebabkan kebekuan rohani. (Perbandingan lama.: antara Laut Galelia dan laut mati masih berlaku)
Pada akhir hidup kita di bumi, kita  akan berdiri dihadapan Allah dan Dia akan mengevaluasi seberapa kita melayani orang lain dengan kehidupan kita. Alkitab berkata : “ Demikian setiap orang diantara kita akan memberi pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri kepada Allah (Roma 14:12).
Suatu hari Allah akan membandingkan  berapa banyak waktu dan tenaga yang kita gunakan untuk  diri kita sendiri dangan apa yang kita berikan untuk melayani orang lain. Pada saat tersebut semua alasan kita untuk keegoisan  kita akan terdegar hampa: ..........(apa kira-kira yang akan kita katakan sebagai alasan untuk tidak melayani orang lain?. Untuk semua alasan....Allah akan menjawab: “Maaf, jawaban Saudara keliru.....”  Aku menyelamatkan, memanggilmu dan memerintahkanmu untuk menjalani kehidupan pelayanan.
Alkitab memperingatkan orang-orang yang tidak percaya yang hidupnya untuk dirinya sendiri: ‘Dia akan menumpahkan amarah dan murkaNya atas mereka yang hidup bagi dirinya mereka sendiri (Roma 2:8). Bagi orang Kristen itu  berarti akan kehilangan upah kekal. Kita hanya sepenuhnya hidup, bila kita menolong orang lain. Tuhan Yesus berkata:”Jika kamu mempertahankan nawanya, kamu akan  kehilangan nyawanya. Jika kalian kehilangan nyawa demi Aku dan demi  berita kesukaan, kalian akan dapat  menikmati hidup”. (Markus 8:35). Pelayanan merupakan jalan  setapak untuk makna hidup selanjutnya. Karena kehidupan ini dimaksudkan untuk pelayanan.   Mulailah satu tapak, untuk melayani!Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar