Jumat, 30 Juli 2010

SKRIPSI MEDIA 2

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...... i

ABSTRAKS ……………………………………………………………………… ii

PENGESAHAN …………………………………………………………………. iii

MOTTO ………………………………………………………………………….. iv

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………. v

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..vii

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………1

Latar Belakang Masalah . ……………………………………..1

Pernyataan Masalah …………………………………………..5

Penjelasan Istilah ……………………………………………...5

Pertanyaan Penelitian ………………………………………...7

Tujuan Penelitian ……………………………………………….8

Kepentingan Penelitian ……………………………………….8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………..9

PENGERTIAN TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN…………9

Arti dan Kakekat Media …………………………….10

Pengertian Media Pembelajaran ………………….11

Fungsi Media Pembelajaran ………………………16

Media Pembelajaran Berfungsi sebagai Alat

Bantu ………………………………………………….18

Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar….19

Ciri-ciri Khusus Media Pembelajaran ……………20

Karakteristik Media Pembelajaran ……………….20

Jenis dan Bentuk Media pembelajaran ………….21

Pengajaran Pendidikan Agama Kristen …………………..23

Arti dan Hakekat Pendidikan Agama Kristen …...24

Pentingnya Pendidikan Agama Kristen ………....27

Tujuan dan Fungsi PAK di Sekolah Dasar ………29

Ruang Lingkung PAK ………………………………32

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ……33

Arah Pengembangan PAK Sekolah Dasar ……….35

Media Pembelajaran Dalam Alkitab ………………………35

Media Pembelajaran Dalam Perjanjian Lama ……35

Media Pembelajaran Dalam Perjanjian Baru …….38

Pengajaran PAK di SD Kedungmundu 01 Semarang…...41

Perencanaan Pembelajaran Pengajaran PAK …..41

Pemilihan Media Pembelajaran …………………..44

Memilih Metode Pembelajaran ……………………47

Pelaksanaan Pembelajaran ……………………….49

BAB III, METODELOGI PENELITIAN …………………………………….52

Rencana Penelitian ……………………………………….52

Tempat, Waktu dan Partisipan Penelitian ……………52

Alat Penelitian …………………………………………….53

Lembar Pengamatan Aktivitas …………………...53

Tes Tanggapan Siswa Terhadap Media ……….54

Prosedur Pengumpulan Data ………………………….54

Analisis Kebermanfaatan Media ……………………….56

Keterbatasan Penelitian ………………………………...58

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

Lembar Pengamatan Aktivitas

Kuesiones Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam setiap proses pembelajaran diperlukan suatu teori pembelajaran aktif kreatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat termotivasi untuk lebih giat dalam pembelajaran berikutnya. Salah satu upaya untuk memotivasi siswa sehingga memungkinkan adanya peningkatan prestasi adalah dengan memanfaatkan alat peraga sebagai media pembelajaran. Dalam artikel Pendidikan 2001, disebutkan bahwa, jika motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan, maka dapat diharapkan bahwa prestasi belajar siswa juga akan meningkat.[1]

Menurut Lautfer, media pembelajaran adalah salah satu alat bantu mengajar untuk meningkatkan kreatifitas dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Dengan media diharap siswa akan lebih termotivasi; imajinasi siswa dirangsang; perasaan disentuh dan kesan yang dalam diperoleh siswa. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran meningkat sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.[2]

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Sebagai komponen, media pembelajaran hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian semua pihak, terutama bagi guru sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu tiap - tiap pendidik perlu mempelajari bagaimana hakekat, arti dan manfaat media, serta dapat menetapkan /memilih media pembelajaran yang tepat agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Selanjutnya Sardiman menyatakan bahwa, manfaat media pembelajaran dalam kegiatan mengajar secara umum antara lain, dapat menarik dan memperbesar perhatian siswa terhadap materi pengajaran yang disajikan, dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar berdasarkan latar belakang sosial ekonomi, dan dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain. Lebih lanjut Sardiman menyatakan, media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan panca indra.[3]

Dalam Kurikulum KBK yang disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006/ 2007 yang fokusnya pada tercapainya kompetensi peserta didik, dikatakan bahwa penggunaan media dalam setiap proses pembelajaran, khususnya untuk Sekolah Dasar akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu tercapainya kompetensi siswa. Apalagi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional, yang dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, penyusunan dan pengembangan kurikulum disesuaikan dengan keadaan satuan pendidikan, kekhasan dan kondisi sosial budaya daerah setempat.[4]

Untuk memenuhi tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), adalah dengan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan. Salah satunya dengan menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran. Kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru sebagai pengirim informasi dan siswa sebagai penerima informasi harus komunikatif, khususnya untuk obyek secara visualisasi. Dalam Pengajaran Pendidikan Agama Kristen ( PAK) , khususnya konsep yang berkaitan dengan alam semesta lebih banyak menonjol visualnya, sehingga apabila seseorang hanya mengetahui kata yang mewakili suatu obyek, tetapi tidak mengetahui obyeknya disebut verbalisme. Masing-masing media mempunyai keistimewaan menurut karakteristik siswa. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam setiap proses pembelajaran.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.” [5] Proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil yang diperoleh. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) cenderung lebih memperlihatkan paradigma pendidikan saat ini, sebagaimana yang terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini merupakan satu hal mengapa media pembelajaran sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.

Sekolah Dasar Kedungmundu 01 Semarang dalam kaitannya dengan penerapan KTSP harus menerapkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa bukan lagi menggunakan paradigma lama seperti datang, duduk, diam, dengarkan, dan dilarang bertanya (apalagi yang macam-macam). Siswa didorong untuk lebih kritis dalam melaksanakan dan mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan berjalan secara optimal.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dengan penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret kepada siswa, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagai contoh yaitu media pembelajaran komputer interaktif. Oleh karana itu penggunaan media pembelajaran merupakan sarana yang dianjurkan dalam proses belajar mengajar.

Pernyataan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pernyataan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah manfaat media pembelajaran dalam Pengajaran Pendidikan Agama Kristen pada siswa kelas I - V di Sekolah Dasar Kedungmundu 01, Semarang?”

Penjelasan Istilah

Untuk memberi kesamaan pemahaman dan menghindari adanya perbedaan penafsiran dalam penelitian ini maka disampaikan penjelasan istilah yang diperlukan.

“Manfaat” adalah faedah atau guna.[6]

Media Pembelajaran”, adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk memudahkan penerima pesan atau menerima suatu konsep[7]

”Pendidikan Agama Kristen” (disingkat PAK), adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung kepada Roh.[8]

”Siswa kelas 1-5” adalah anak usia 6- 12 tahun yang sudah memasuki masa sekolah dasar.[9]

”SD Kedungmundu 01 Semarang”, adalah Sekolah Tingkat Dasar Negeri, yang lokasinya di Jalan Ampusari Raya No. 03, Kedungmundu, Tembalang, Semarang.

Berdasarkan penjelasan istilah tersebut di atas, maka permasalahan penelitian dapat diartikan sebagai berikut: “Bahwa penelitian ini difokuskan untuk mengetahui faedah atau guna dari alat, bahan atau berbagai macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar tentang pokok-pokok iman kristen berdasarkan Alkitab pada Anak-anak usia 6-12 tahun yang bersekolah di Sekolah Dasar Kedungmundu 01 Semarang di Jalan Ampusari Raya No. 03, Kedungmundu, Tembalang, Semarang.

Pertanyaan Penelitian

  1. Media pembelajaran apa saja yang digunakan dalam Pengajaran PAK di SD Kedungmundu 01 Semarang.?
  2. Apakah manfaat pengunaan media pembelajaran dalam Pengajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) di SD Kedungmundu 01 Semarang.?

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Untuk menjelaskan hakekat, arti, bentuk/jenis dan karakteristik

media pembelajaran.

2. Untuk mengetahui manfaat penggunaan media pembelajaran

dalam pengajaaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) kelas I - V di Sekolah Dasar Kedungmundu 01 Semarang.

Kepentingan Penelitian

Kepentingan dalam penelitian menurut Andreas B. Subagyo digolongkan dalam dua bagian yaitu: kepentingan teoritis dan kepentingan praktis.[10] Kepentingan teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangsih peningkatan kualitas pengajaran bidang PAK di Sekolah Dasar Kedungmundu 01, Semarang. Sedangkan kepentingan praktis penelitian ini yaitu:

1. Bagi siswa, supaya siswa dapat meningkatkan minat dalam belajar dan dalam penguasaan materi yang telah disampaikan oleh guru.

2. Bagi guru PAK, sebagai umpan balik mengenai keberhasilan dalam memanfaatkan media dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pengajaran PAK yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Bagi sekolah, supaya ada peningkatan proses pembelajaran melalui pemanfaatan alat peraga sebagai media pembelajaran yang selama ini masih kurang. Dengan demikian sekolah sebagai Lembaga Pendidikan dapat pengembangkan kurikulum demi kualitas pembelajaran yang aktif, keraktif dan menyenangkan dikemudian hari.

Dengan mengetahui dan memahami media pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran PAK di SD Kedungmundu 01 Semarang, serta mengetahui manfaat media pembelajaran dalam setiap proses belajar mengajar, maka dapat meningkatkan pemakaian media pembelajaran yang selama ini kurang mendapat perhatian.

BAB II

PENGERTIAN TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN DAN

PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, media pembelajaran sebenarnya bukan hal yang baru. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru PAK sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu tiap-tiap pendidik perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, diantaranya: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar bagi guru sebagai pendidik, kesulitan untuk mencari model dan jenis media yang tepat, keterbatasan biaya yang sebagian dikeluhkan, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap pendidik telah mempunyai pengetahuan, pemamahan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran.

Arti dan Hakekat Media

Menurut Kemp dan Dayton, peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim yang mentransmisikan pesan dari pengirim kepada penerima pesan atau informasi. Istilah media disini dilihat dari segi penggunaan, serta faedah dan fungsi khusus dalam kegiatan / proses belajar mengajar, maka yang digunakan adalah media pembelajaran.[11]

Media pembelajaran adalah ”segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.” Atau dengan kata lain, Media adalah “segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi secara optiomal”.

Media pembelajaran adalah semua alat atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan. Pada umumnya keberadaan media muncul karena keterbatasan kata-kata, waktu, ruang, dan ukuran. Ditambahkan juga bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai sarana yang mampu menyampaikan pesan sekaligus mempermudah penerima pesan dalam memahami isi pesan.[12]

Dari beberapa diskrispi media pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk memudahkan penerima pesan atau menerima suatu konsep.

Media pembelajaran yang paling dikenal dalam pelayanan siswa Sekolah Dasar sering disebut dengan istilah alat peraga. Media alat peraga dan benda sering disebut sebagai alat modern karena kesadaran mengenai pentingnya memakai media mengajar dalam pelayanan siswa masih baru. Melalui pemakaian alat peraga dan benda, imajinasi siswa dirangsang, perasaannya disentuh dan kesan yang dalam diperoleh. Melalui media alat peraga anak – akan belajar lebih bermangat dan dapat mengingat dengan lebih baik.[13]

Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin ”medio”. Dalam bahasa latin media dimaknai sebagai antara. Media merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti pengantara atau pengantar. Secara khusus kata tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima.

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Menurut KBBI, media dapat diartikan sebagai perantara, penghubung; alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk; yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya) . Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.[14]

Beberapa pakar/ahli media menyatakan definisi media dengan berbagai batasan-batasan tertentu. Gagne mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan, Heinich, Molenda, dan Russel menyatakan bahwa : “A medium (plural media) is a channel of communication, example include film, television, diagram, printed materials, computers, and instructors. (Media adalah saluran komunikasi termasuk film, televisi, diagram, materi tercetak, komputer, dan instruktur) batasan media sebagai segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan memberikan pesan atau informasi. NEA (National Education Assosiation) memberikan batasan media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta peralatanya.[15]

Dari beberapa batasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk meyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.

Sedangkan “pembelajaran” merupakan bentuk jamak dari kata belajar yang mempunyai kata dasar “ajar”. Ajar menurut KBBI adalah petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh kepandaian/ilmu.[16] Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru/pendidik untuk membuat para peserta didik melakukan proses belajar. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.

Dengan demikian media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media pembelajaran dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa, jika program media itu didesain dan dikembangkan dengan baik. Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru[17]

Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas an interaktif, seperti adanya komputer dan internet[18].

Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah ”segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.”

Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam mengajar, panca indera dan seluruh kesanggupan seorang perlu dirangsang, digunakan dan dilibatkan sehinggga ia tak hanya mengetahui , melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah mendengar. Melalui mendengar anak mengikuti peristiwa demi peristiwa dan ikut merasakan seolah –olah anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun menurut ilmu pendidikan berpendapat bahwa hanya 20% dari apa yang didengar yang dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang diceritakan “dilihat” melalui sebuah gambar, model atau benda. Dengan demikian melalui mendengar dan melihat akan diperoleh kesan yang jauh lebih dalam. Media pembelajaran ( alat peraga) seperti : gambar, peta, papan tulis, boks pasir, dan lain-lain dapat menolong anak untuk mengingat dengan lebih baik, yaitu mampu mengingat sampai 50% dari apa yang didengar dan dilihatnya.[19]

Sekali lagi, apa yang didengar pada hari itu , manusia hanya sanggup mengingat sebanyak 20 % saja dikemudian hari. Angka ini akan meningkat jikalau apa yang diceritakan itu selain didengar juga dapat dilihat, sehingga seseorang atau anak memperoleh kesan yang jauh lebih dalam, menolong anak untuk mengingat dengan lebih baik , yaitu mampu mengingat 50 % dari apa yang didengar dan dilihatnya[20].

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran adalah bahan , alat , maupun metode / teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Atau dengan kata lain, media pembelajaran adalah ”segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dengan demikian melalui mendengar dan melihat akan diperoleh kesan yang jauh lebih dalam. Media pembelajaran ( alat peraga) seperti : gambar, peta, papan tulis, boks pasir, dan lain-lain dapat menolong anak untuk mengingat dengan lebih baik.

Fungsi Media Pembelajaran

Ada dua fungsi media utama media pembelajaran yang perlu diketahui, yaitu pertama, media berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran, dan fungsi kedua media adalah sebagai sumber belajar. Kedua fungsi utama dari media tersebut dapat ditelaah dalam diagram Cone of learning dari Edgar Dale yang secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan. Diagram tersebut dari sumber H. Asnawir dalam bukunya , Media Pembelajaran

( Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia) sebagai berikut: [21]

DIAGRAM

Gambar 1

Dari diagram diatas secara umum media mempunyai kegunaan atau fungsi :

  1. Media memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
  2. Media mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra
  3. Media dapat menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
  4. Media pembelajaran memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
  5. Mmberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman menimbulkan persepsi yang sama.

Media Pembelajaran Berfungsi Sebagai Alat Bantu

Setiap materi pengajaran memiliki tingkat kesukaran atau kompleksitas yang bervariasi. Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi dilain pihak ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu, yaitu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain berupa globe , grafik , gambar , dan sebagainya. Materi ajar dengan tingkat kesukaran atau kompleksitaas yang tinggi apabila dalam penyajiannya tidak dibantu dengan media pembelajaran, tentu akan sukar dicerna dan dipahami oleh siswa.

Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar tersebut abstrak dan rumit / kompleks. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran akan mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.

Media Pembelajaran sebagai sumber belajar

Dalam pembahasan media sebagai sumber belajari ini, yang dimaksud sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran peserta didik tersebut berasal. Menurut H. Asnawir, ( 2002) sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu: manusia , buku perpustakaan, media massa , alam lingkungan , dan media pendidikan. Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar, ikut membantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa.[22] Melalui pemakaian alat peraga dan benda imajinasi anak dirangsang, perasaannya disentuh dan kesan yang dalam diperoleh. Melalui media alat peraga anak akan belajar lebih bermangat dan dapat mengingat dengan lebih baik.[23]

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah bahan , alat atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

Ciri – Ciri Khusus Media Pembelajaran

Ciri – ciri khusus media pembelajaran berbeda menurut tujuan dan pengelompokkannya. Ciri – ciri media pembelajaran dapat dilihat menurut kemampuannya dalam membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan , pendengaran , perabaan , penciuman , dan pengecapan. Maka ciri – ciri umum media pembelajaran adalah bahwa media itu dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati melalui panca indera. Disamping itu ciri– ciri media juga dapat dilihat menurut harganya, lingkup sasarannya, dan dikontrol oleh pemakai.

Karakteristik Media Pembelajaran

Pemahaman terhadap karakteristik media pembelajaran merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki oleh guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan dan penggunaan media pembelajaran. Disamping itu, untuk memberikan kemungkinan kepada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pembelajaran secara bervariasi. Apabila guru kurang memahami karakteristik media pembelajaran tersebut, maka guru dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersifat spekulatif dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran.

Tiap – tiap media mempunyai karakteristik yang perlu dipahami oleh pemakainya. Dalam memilih media, orang perlu memperhatikan tiga hal , yaitu Pertama, kejelasan maksud dan tujuan pemilihan media tersebut. Kedua, sifat dan ciri – ciri media yang akan dipilih, dan

Ketiga, adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan karena pemilihan media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan akan adanya alternatif– alternatif pemecahan yang akan dituntut.

Jenis-jenis dan Bentuk Media Pembelajaran

Media secara umum merupakan suatu hal yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu pesan tertentu. Agar proses transformasi pesan tersebut optiomal maka diperlukan kesesuaian jenis media yang akan digunakan. Beberapa klasifikasi mengenai media menurut beberapa ahli sangat beragam hal ini dilihat dari sudut pandang mana jenis – jenis media ini dapat kelompokkan sebagai berikut:

Alat Bantu Lihat ( Visual )

Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu :

1. Alat yang diproyeksikan, misalnya slide , film , film strip , dan sebagainya.

2. Alat – alat yang tidak diproyeksikan

Alat Bantu Dengar (Audio)

Alat bantu dengar (Audio) Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya: piringan hitam , MP 3, radio , pita suara , dan sebagainya

Alat Bantu Lihat dengar (Audio – Visual)

Seperti televisi dan video cassette (VCD dan DVD). Alat – alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual, karena bisa didengar dan dilihat.

Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatan dan penggunaannya.

1. Alat peraga yang complicated ( rumit ) , seperti film , film strip, slide ,dan

sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.

2. Alat peraga yang sederhana , yang mudah dibuat sendiri dengan bahan

bahan setempat yang mudah diperoleh , seperti bamabu , karton ,

kaleng bekas kertas Koran , dan sebagainya.

Pengajaran Pendidikan Agama Kristen

Secara sederhana, pengajaran dapat diartikan sebagai sebuah proses belajar mengajar yang memberikan dan menghasilkan pengetahuan dan keahlian. Dalam setiap proses mengajar, selalu diperlukan alat atau benda, sebagai sarana untuk menyampaikan pesan, yang kemudian lazim disebut dengan media pembelajaran. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. [24]

Sementara itu Samuel Sidjabat mengutip definisi dari Eksiklopedi Pendidikan mengatakan bahwa pendidikan dapat diartikan “semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah..[25] Sedangkan proses pengajaran sendiri di dalamnya ada satu komponen penting yang tidak dapat ditinggalkan yaitu alat peraga untuk media mencapai suatu tujuan dalam pengajaran.

Dengan pemahaman diatas, maka setiap orang pasti terlibat di dalam pengajaran baik itu formal maupun informal. Itulah sebabnya , pengajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) dengan media pembelajaran alat peraga untuk siswa Sekolah Dasar menjadi topik yang sangat penting untuk dibahas secara mendalam. Sebelumnya membahas pandangan Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mengenai pemanfaatan media pembelajaran alat peraga, akan dikemukakan secara sepintas Arti dan Hakekat Pendidikan Agama Kristen

( PAK ), fungsi dan tujuan PAK.

Arti dan Hakekat Pendidikan Agama Kristen

Untuk melengkapi pemahaman Arti dan Hakekat PAK, baiklah kita simak apa yang disampaikan Warner C. Graedorf (1976), sebagai berikut: “PAK adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan pada murid”[26]

Dari definisi Warner tersebut di atas, menurut Paulus Lilik Kristianto, dalam Buku Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, terdapat tiga aspek utama PAK, yakni : diskripsi PAK, Aspek fungsi dan Aspek Filosofi PAK.[27]

1. Diskripsi PAK

PAK merupakan proses pengajaran dan pembelajaran berdasarkan Alkitab, berpusatkan Kristus, dan bergantung pada kuasa Roh Kudus. Pembelajaran berarti pembangunan pribadi menuju kedewasaan sedangkan pengajaran berarti dorongan bagi pembelajaran yang efektif.

2. Aspek fungsional Pendidikan Agama Kristen ( PAK )

PAK berusaha membimbing setiap pribadi ke semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman tentang rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan dan untuk memperlengkapi mereka bagi pelayanan efektif. Proses PAK ditujukan kepada setiap pribadi seperti pelayanan Kristus ( Yohanes 1 : 43 ). PAK berfungsi sebagai penyedia, pendorong, dan fasilitator dalam pembimbingan.

3. Aspek Filosofi PAK

PAK merupakan proses pembelajaran dan pengajaran yang berpusatkan Kristus, sang Guru Agung dan perintah untuk mendewasakan para murid.

Kesimpulannya PAK yang Alkitabiah harus mendasarkan diri pada Alkitab sebagai firman Allah dan menjadikan Kristus sebagai pusat beritanya dan harus bermuara pada hasilnya , yaitu mendewasakan murid. Seperti Firman Tuhan dalam Kolose 2 : 6 - 7. ( Efesus 4:1`1-13).

Pada dasarnya PAK dimaksudkan untuk menyampaikan kabar baik (euangelion = injil), yang disajikan dalam dua aspek, aspek ALLAH TRITUNGGAL (ALLAH BAPA, ANAK, DAN ROH KUDUS) dan KARYANYA, dan aspek NILAI-NILAI KRISTIANI. Secara holistik, pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAK pada Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada dogma Allah Tritunggal dan karya-Nya. Pemahaman terhadap Allah Tritunggal dan karya-Nya harus tampak dalam nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta didik.

Pentingnya Pendidikan Agama Kristen

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama Kristen dimaksudkan untuk peningkatan potensi spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK), sangat tepat dalam rangka mewujudkan model PAK yang bertujuan mencapai transformasi nilai-nilai kristiani dalam kehidupan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar memberikan ruang yang sama kepada setiap peserta didik dengan keunikan yang berbeda untuk mengembangkan pemahaman iman kristiani sesuai dengan pemahaman, tingkat kemampuan serta daya kreativitas masing-masing.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Kristen bukanlah “standar moral” Kristen yang ditetapkan untuk mengikat peserta didik, melainkan dampingan dan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan perjumpaan dengan Tuhan Allah untuk mengekspresikan hasil perjumpaan itu dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik belajar memahami, mengenal dan bergaul dengan Tuhan Allah secara akrab karena seungguhnya Tuhan Allah itu ada dan selalu ada dan berkarya dalam hidup mereka. Dia adalah Sahabat dalam Kehidupan Anak-anak.Berdasarkan pemahaman tersebut, maka rumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAK di sekolah dibatasi hanya pada aspek yang secara substansial mampu mendorong terjadinya transformasi dalam kehidupan peserta didik, terutama dalam pengayaan nilai-nilai iman kristiani. Dogma yang lebih spesifik dan mendalam diajarkan di dalam gereja.

Fokus Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berpusat pada kehidupan manusia (life centered). Artinya, pembahasan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada kehidupan manusia, dan iman Kristen berfungsi sebagai cahaya yang menerangi tiap sudut kehidupan manusia. Pembahasan materi sebagai wahana untuk mencapai kompetensi, dimulai dari lingkup yang paling kecil, yaitu manusia sebagai ciptaan Allah, selanjutnya keluarga, teman, lingkungan di sekitar peserta didik, setelah itu barulah dunia secara keseluruhan dengan berbagai dinamikanya.

Tujuan dan Fungsi PAK di Sekolah Dasar

Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Sekolah Dasar :

Pertama PAK di Sekolah Dasar memperkenalkan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan karya-karya-Nya agar peserta didik bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah Tritunggal dalam hidupnya. Kedua Menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta didik, sehingga mampu memahami dan menghayatinya. Ketiga, Menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab serta berakhlak mulia di tengah masyarakat yang pluralistik.

Untuk melengkapi tujuan Pengajaran Agama Kristen di Sekolah yang merupakan usaha “Pemuridan” dan sekaligus “Penginjilan”, obyek Pendidikan Agama Kristen disekolah sebagaimana ditulis oleh Dr. E.G Homringhausen dan Dr. I.H Enklaar, di bawah ini akan menambah wacana dalam memahami tujuan Pengajaran Agama Kristen di sekolah tersebut, yaitu:

1. Pendidikan Agama Kristen menjadikan murid-murid menghargai dirinya sendiri.

2. Pengajaran Agama Kristen membuat mereka menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

3. Melalui Pengajaran Agama Kristen, diharapkan mereka dapat belajar menghargai dunia ini.

4. Pengajaran Agama Kristen supaya mereka dapat membedakan nilai-nilai yang baik dan yang jahat.

5. Pengajaran Agama Kristen supaya mereka dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka sendiri dengan filsafat hidup Kristen.

6. Supaya mereka dapat menjadi orang yang dapat dipercaya.

7. Supaya mereka belajar bekerja sama dan tolong menolong.

8. Supaya mereka selalu mengajar kebenaran.

9. Supaya mereka bersikap positif terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekelilingnya, dan terhadap perkembangan-perkembangan sejarah umum.

10. Dengan pelajaran Agama Kristen, supaya mereka suka turut merayakan hari-hari raya Kristen dalam persekutuan Kristen.[28]

Ada beberapa sifat yang ditunjukkan dalam pengajaran Agama Kristen, sehingga sangat efektif dalam mencapai tujuan akhir dari Pendidikan atau Pengajaran Kristen, seperti yang dikemukakan oleh Harry M. Piland, yaitu :[29]

Pertama, pengajaran yang “dijelmakan”. Dijelmakan adalah istilah theologia abstrak, tetapi istilah itu mengatakan apa yang perlu dikatakan mengenai pengajaran Alkitab atau Pengajaran Agama kristen. Arti sebenarnya adalah bahwa firman itu menjadi daging dalam kehidupan guru-guru Agama Kristen dan dalam kehidupan anggota-anggota dalam kelas. Kedua, mengajar dengan teladan. Yesus sebagai Guru Agung, sebagian besar apa yang diajarkan kepada murid-murid-Nya, diajarkan-Nya melalui contoh atau teladan. Ia merupakan teladan yang hidup mengenai apa yang ia inginkan agar dipelajari pengikut-Nya. Satu contoh, ketika Tuhan Yesus mengajar mengenai kepemimpinan, Ia mulai pelayanan-Nya dengan mempersiapkan sebuah kain, seember air dan kemudian mencuci kaki murid-murid yang memanggil-Nya “Guru”.(Yohanes 13: 1-17). Dengan kata lain di dalam Yesus mengajar, Ia selalu memberi contoh atau teladan terlebih dahulu.

Dalam Kitab Ulangan 6:1-9, adalah suatu keharusan mengajar dengan disertai teladan atau contoh.[30] Pengajarannya harus “dipraktekan” dalam kehidupan konkret, yang dapat dilihat, “dibaca’ dan ditiru atau dicontoh. “Haruslah engkau juga mengikatkannya sebagai tanda pada TANGANMU dan haruslah itu menjadi lambang DI DAHIMU, dan haruslah engkau menuliskannya pada TIANG PINTU RUMAHMU dan pada PINTU GERBANGMU (Ulangan 6:8-10).

Perhatikan empat kata kunci dalam Pengajaran Kristen. Semua menunjuk kepada realitas, kenyataan yang dapat dilihat dan dirasakan yang harus diajarkan atau disampaikan kepada orang lain. Dalam pengajaran, disamping dengan alat peraga atau media pembelajaran supaya dapat dilihat dan dirasakan oleh siswa juga harus ada keteladanan, karena teladan lebih berharga dari sekedar perkataan.

Ketiga, pengajaran yang berpusat pada kehidupan. Dalam hal ini Iris V. Cully, (1995) mengemukakan : “Metode-metode pengajaran kristen harus berpusat pada kehidupan. Istilah “berpusat pada kehidupan” sama halnya dengan “berpusat pada pengalaman”. Pengalaman masa kini. Hasilnya adalah suatu minat yang kuat tentang saat ini dan rencana-rencana yang jelas bagi masa depan, namun hanya memiliki pandangan yang terpecah-pecah mengenai masa lampau. Kini pandangan “pandangan berpusat pada kehidupan” memperoleh makna yang lebih dalam melalui pemahaman-pemahaman para ahli dan filsafat teologi eksistensialis. Eksistensi-lah, dan bukan keberadaan yang abstrak, yang dianggap penting. Eksistensi terdiri dari suatu totalitas, bukan dari dalam keberadaannya sendiri, melainkan dari hubungan dengan orang lain, dan benda-benda”[31]

Ruang Lingkup PAK

Ruang lingkup PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut. Allah Tritunggal (Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan karya-Nya

Nilai-nilai kristiani. Pada jenjang pendidikan SD peserta didik diperkenalkan pada hakikat Allah dan perspektif hubungan-Nya dengan manusia. Allah tidak berkarya di dalam ruang kosong, tetapi berkomunikasi dengan manusia. Allah membina relasi dengan manusia melalui karya-Nya. 26

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

KLS

SMTR

STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

I

1

1. Menerima dan mensyukuri keberadaan dirinya sebagai ciptaan Allah dalam relasinya dengan ciptaan lain

1.1 Menerima keberadaan dirinya sebagai pemberian Allah

1.2. Menjawab kasih Allah dengan

cara mengasihi keluarganya

2

2. Menerima dan mensyukuri keberadaan dirinya sebagai ciptaan Allah dalam relasinya dengan ciptaan lain

2.1.Mensyukuri alam ciptaan Allah dan isinya

2.2. Mensyukuri hidup bersama

orang lain

II

1

1. Menerapkan makna mengasihi dan menghargai manusia dalam kepelbagaian dan perbedaan yang ada

1.1 Mensyukuri kepelbagaian budaya,suku, agama dan bangsa

1.2 Mengasihi teman dan guru serta sesama di sekolah dan di sekitarnya

2

2. Menerapkan makna mengasihi dan menghargai manusia dalam kepelbagaian dan perbedaan yang ada

2.1 Menghargai teman dan guru serta sesama tanpa memandang perbedaan

2.2 Menolong orang yang sedang menderita yang ada di sekitarnya

III

1

1. Mendeskripsikan arti mensyukuri pemeliharaan Allah dalam kehidupan keluarga serta menunjukkan syukur melalui tanggung jawabnya dalam keluarga dan sesama

1.1 Mensyukuri pemeliharaan Allah pada setiap anggota keluarga

1.2 Memberikan yang terbaik bagi keluarga

2

2. Mendeskripsikan arti mensyukuri pemeliharaan Allah dalam kehidupan keluarga dan menunjukkan syukur melalui tanggung jawabnya dalam keluarga dan sesama

2.1 Turut serta menciptakan hidup rukun dalam keluarga dan sesama

2.2 Memelihara alam ciptaan Allah

IV

1

1. Memahami dan mengakui kemahakuasaan Allah dalam wujud tindakan manusia yang bergantung sepenuhnya kepada Allah

1.1 Memahami kemahakuasaan Allah

1.2 Mengakui keterbatasannya sebagai manusia dan ketergantungannya pada kemahakuasaan Allah

2

2. Memahami dan mengakui kemahakuasaan Allah dalam wujud tindakan manusia yang bergantung sepenuhnya kepada Allah

2.1 Memahami wujud tindakan manusia yang sepenuhnya bergantung pada Allah

2.2 Mensyukuri kemahakuasaan Allah

V

1

1. Menjelaskan bahwa manusia berdosa, tetapi diselamatkan Allah melalui penebusan Yesus Kristus

1.1 Menjelaskan bahwa manusia itu berdosa

1.2 Menunjukkan kerinduan memohon ampun

2

2. Menjelaskan bahwa manusia berdosa, tetapi diselamatkan Allah melalui penebusan Yesus Kristus

2.1 Menjelaskan bahwa Allah adalah penyelamat manusia

2.2 Menunjukkan sikap sebagai orang yang sudah diselamatkan

VI

1

1. Menerapkan makna ibadah yang sesungguhnya, khususnya dalam seluruh aktivitas hidup manusia

1.1 Memahami dan menghayati makna ibadah

1.2 Memahami makna kegiatan sehari-hari sebagai ungkapan syukur kepada Allah

2

2. Menerapkan makna ibadah yang sesungguhnya, khususnya dalam seluruh aktivitas hidup manusia

2.1 Memahami makna kegiatan sehari-hari sebagai ungkapan syukur kepada Allah

2.2 Melayani Allah dan sesama sebagai ungkapan syukur kepada Allah

Arah Pengembangan PAK Sekolah Dasar

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan indikator pencapaian kompetensi, materi pokok, kegiatan pembelajaran, yang diperlukan untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu diperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

Media Pembelajaran Dalam Alkitab

Media Pembelajaran Dalam Perjanjian Lama

Pada masa Perjanjian Lama, Umat Israel dalam pengajaran kepada umat Allah sudah memakai media atau alat peraga sekalipun masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Allah selalu menggunakan alat peraga berupa media visual untuk berkomonikasi dengan umat-Nya. Dia berbicara dan pesan-Nya yang didokumentasikan di dalam Alkitab. Namun Dia sebenarnya melakukan lebih banyak lagi selain berbicara. Dia juga menggunakan berbagai alat visual untuk menguatkan pesan-Nya, seperti yang dapat dilihat ketika Ia berhubungan dengan orang-orang Israel selama keluar dari tanah Mesir dan mengembara di padang belantara.

Tuhan memimpin umat Israel keluar dari perbuadakan di Mesir. Umat Israel benar-benar telah diyakinkan untuk meninggalkan Mesir. Sebagian besar karena penglihatan akan kekuatan Tuhan melalui tulah dan pekerjaan mahaikat maut (Keluaran 7-12).

Seperti telah dikemukanan di atas, bahwa pemanfaatan atau penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran sebenarnya bukan hal yang baru. Sejak jamam Perjanjian Lama alat peraga sudah sering digunakan dalam pengajaran kepada umat Allah.

Ada beberapa bukti pemanfaatan media dalam Kitab Perjanjian Lama, yaitu antara lain:

1. Kertika Tuhan memimpin Umat Israel keluar dari perbudakan di Mesir.

Umat Israel benar-benar telah diyakinkan untuk meninggalkan Mesir, sebagian besar karena penglihatan akan kekuatan Tuhan melalui tulah dan pekerjaan malaikat maut (Keluaran 7-12). Namun, ketika orang-orang Israel ini akan melewati Laut Merah, keragu-raguan pun muncul. Selama ini “Mesir” selalu mencukupi kebutuhan mereka, yaaitu dengan memberi mereka makan, dan menahan mereka. Namun sekarang, ketika orang-orang Mesir mengejar-ngejar mereka dengan penuh amarah, bagaimana mereka bisa bertahan? Di manakah Tuhan itu sekarang?

2. Pengajaran Nabi Yeremia ( Yeremia 18 : 1 – 6 ).

Pemeliharaan, pemulihan Allah bagi bangsa Israel yang telah banyak berbuat dosa (Yeremia 17 : 1 - 2 ) dinyatakan Tuhan melalui Nabi Yeremia , yaitu melalui tukang periuk. “Apabila bejana , yang sedang dibuatnya dari tanah liat ditangannya itu rusak, maka tukang periuk itu akan mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya”. Maka lebih lanjut untuk menjelaskan maksud dari media pembelajaran yang dipakainya : “bejana” yang telah pecah, Tuhan menyatakan melalui Nabi Yeremia: “Masakah Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel ; Sungguh seperti tanah liat ditangan tukang priok, demikianlah kamu ditanganKu, hai kaum Israel”

Allah menggunakan media pembelajaran kepada Nabi Yeremia melalui bejana yang dibuat oleh tukang periuk hal ini untuk menjelaskan perbuatan Allah kepada bangsa Israel , agar Yeremia memberitahukan kejahatan dan dosa bangsa Yehuda, Allah berharap melalui Nabi Yeremia mereka mau bertobat. [32]

3. Pengajaran Nabi Yeremia dalam Yeremia 27 2 – 3 , 28 : 1 – 17.

Allah berfirman kepada Yeremia “ Buatlah tali pengikat dan gandar , lalu pasanglah itu pada tengkuk mu , ......“ Yeremia bertindak lagi waktu utusan – utusan Tirus dan kawan – kawannya datang ke Yerusalem ( Yeremia 27 : 3 ) – Gandar pada tengkuknya – Kepada rakyat ; yang tidak mau menundukkan tengkuknya di bawah gandar Raja Babel , akan dihukum oleh Tuhan ( Yeremia 27 : 2 : 11 ) – Kepada raja ; jangan mendengarkan nabi – nabi palsu , melainkan taklukkanlah dirimu kepada Babel ( Yeremia 27 : 12 – 25 ) – Kepada imam – imam ; jika kamu tidak mau mendengar , maka barang – barang perbendaharaan Bait Suci yang masih tinggal akan dibawa ke Babel

(Yeremia 27 : 16 – 22). Hananya , seorang nabi palsu , membantah nubuat Yeremia , dan gandar Yeremia dipatahkannya – Yeremia datang lagi dengan gandar besi ( Yeremia 28 : 1 – 17 ). Nabi palsu Hananya meninggal karena tidak taat pada Allah.[33] Allah menyuruh Yeremia untuk membuat Gandar ( Yeremia 27 : 2 ) sebagai media alat peraga dalam pengajarannya kepada bangsa – bangsa yang datang ke Yerusalem hal ini dilakukan untuk menunjukkan pemberitahuan kehancuran bait suci dan penganiyaan nabi – nabi palsu. Nabi Hananya seorang nabi palsu yang di hukum Allah mati karena ketidaktaatannya kepada Allah.

Media Pembelajaran Dalam Perjanjian Baru

Dalam Kitab Perjanjian Baru, Tuhan Yesus sebagai Guru Agung, dalam setiap pengajaran-Nya sering memakai atau menggunakan alat peraga sebagai media pengajaran-Nya. Misalnya , Ketika Tuhan Yesus mengajar tentang apa yang layak diberikan kepada Tuhan, Ia menggunakan mata uang sebagai alat peraga ( Matius 22 : 19 – 20 ) ; Dia memakai seorang anak untuk mengajar tentang sikap hati yang patuh ( Matius 18: 2 ); Dia juga menggunakan pohon ara untuk mengajarkan pelajaran tentang iman ( Matius 21 : 19 ) , dan masih banyak lagi contoh Tuhan Yesus dalam memanfaatkan media alat peraga dalam pengajaran - Nya.

Sebagai Guru, Tuhan Yesus selalu mencari dan menemukan berbagai cara dalam mengajar, serta dalam menghadapi berbagai situasi pendengar - Nya dengan media atau alat peraga untuk menyampaikan pesan atau maksud pengajaran-Nya, sehingga pengajaran - Nya lebih menarik dan dapat diterima dengan baik. Salah satu contoh pengajaranTuhan Yesus yang terkenal adalah dengan perumpamaan.

Perumpamaan yang digunakan Tuhan Yesus dalam mengajar kebanyakan mengambil gambaran kehidupan sehari-hari, yang digunakan untuk menyampaikan kebenaran yang abstrak. "Seorang penabur keluar untuk menabur," Ia memulai dengan memberikan ilustrasi yang memungkinkan untuk diresponi. Penabur dan biji adalah hal yang umum, sesuatu yang dimengerti oleh semua yang mendengarkan-Nya. Di saat yang lain, Ia memulai dengan, "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya," (Matius 13:24-30; lihat juga (Matius 13:31-33) dan mengajar mereka kenyataan tentang kebaikan dan kejahatan yang tetap ada di dunia sampai hari penghakiman. Dalam setiap perumpamaan, Dia membangun pemahaman sifat Kerajaan Allah.

Tuhan Yesus menggambarkan kasih Bapa dalam perumpamaan lainnya. "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?" (Matius 18:12-14; lihat juga Lukas 15:4-7). Karena Ia tahu bahwa mereka adalah gembala dan domba, maka pendengar-Nya segera membayangkan seekor domba yang tidak patuh yang sedang dicari oleh gembalanya yang baik, dan mereka menangkap pandangan tentang Tuhan.

Dia juga memberikan ilustrasi tentang kebenaran yang sama dengan menceritakan seorang wanita yang dengan cermat mencari uangnya yang hilang dan juga seorang ayah yang dengan sabar menunggu anaknya yang memberontak dalam perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:8-32).

Demikian juga dengan Perjamuan. Perjamuan yang dimulai oleh Tuhan Yesus sebagai penanda visual pengorbanan-Nya untuk semua dosa manusia. Ketika Tuhan memberikan roti perjamuan kepada murid-murid-Nya , Ia berkata: "Ambillah dan makanlah; inilah tubuh-Ku!,". Demikian juga ketika Ia memberikan minuman, kata-Nya sambil mengambil cawan Perjamuan Terakhir: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa," (Matius 26:26-29; Lukas 22:15-20; dan 1Korintus 10:16). Sampai saat ini perjamuan menandakan penderitaan dan kematian Yesus bagi semua orang yang percaya.

Singkatnya, setiap orang yang ingin menghabiskan waktunya dengan membaca Alkitab dapat menemukan lebih banyak lagi contoh-contoh visual yang digunakan Yesus dalam mengajar. Menurut keempat Injil, tercatat ada 32 perumpamaan. [34]Ini berarti Tuhan Yesus mengajar dengan perumpamaan saja sebanyak 32 kali, dengan 32 macam perumpamaan. Yang disebutkan di atas hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak contoh alat peraga yang digunakan- Nya untuk menyampaikan ide-ide yang abstrak.

Pengajaran PAK di SD Kedungmundu 01 Semarang

Belajar merupakan suatu proses yang artinya kegiatan belajar senantiasa mengarah kepada terjadinya perubahan dalam diri seorang siswa dimana siswa dari tidak tahu menjadi tahu atau tidak mengerti menjadi mengerti. Pembelajaran PAK yang adalah kegiatan belajar mengajar di dalam Pendidikan Agama Kristen sangat penting dilaksanakan oleh seorang guru Agama Kristen dalam mengemban tugas atau amanat Tuhan Yesus , seperti tertulis dalam Injil Matius 28: 19-20: “…….dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.”

Beberapa hal yang diperhatikan dan dilaksanakan dalam pelaksanaan pengajaran PAK, di SD Kedungmundu 01 Semarang, yaitu:

1. Perencanaan Pembelajaran Pengajaran PAK

Rencana pengajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu pada waktu dan kelas tertentu serta topik tertentu untuk satu pertemuan atau lebih. Rencana pengajaran berupa bahan-bahan yang dipersiapkan oleh guru sehingga menolong guru dan siswa. Bahan-bahan tersebut berupa buku-buku atau diktat, alat peraga untuk kegiatan belajar mengajar. Rencana Pengajaran tersebut berisi mengenai garis besar pelajaran, keterangan-keterangan, petunjuk-petunjuk atau gambar-gambar dan soal-soal. Selain itu rencana pengajaran juga merangkum segala kegiatan lain yang berkaitan dengan pengajaran, misalnya ; hubungan antara murid dengan murid, murid dengan guru, serta motivasi dan suasana itu akan mempengaruhi hasil pendidikan.

Dalam kurikulum 1994, guru membuat program satuan pelajaran (PSP) atau sekarang dalam Kurikulum KTSP (Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006 dengan nama Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP) untuk setiap pokok bahasan yang akan disampaikan dalam satu atau dua kali pertemuan. Sedangkan Rencana Pembelajaran Harian (RPH) atau Rencana Harian (RH) dibuat seminggu sebelum materi menyampaikan. Rencana Pembelajaran pada Kurikulum 2004 berupa silabus, yaitu ; garis besar atau pokok materi pelajaran. Adapun rencana pengajaran yang dipersiapkan guru setiap hari merupakan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai dalam materi pokok. Secara sistematis rencana pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran adalah sebagai berikut :

a. Identitas mata pelajaran (nama pelajaran, kelas, semester dan waktu pertemuan yang dialokasikan).

b. Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dijadikan tujuan dapat diambil dari kurikulum dan hasil belajar yang ditetapkan pemerintah. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

c. Materi pokok (beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai kompetensi dasar).

d. Metode, Media Pembelajaran dan sumber belajar digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

e. Strategi pembelajaran atau proses belajar mengajar, yaitu ; kegiatan pembelajaran secara konkrit yang dilakukan guru dan siswa dalam berinteraksi dengan materi pelajaran untuk menguasai kompetensi.[35]

Strandar Kompetensi (SK) berfungsi mengembangkan potensi peserta didik, materi standart berfungsi memberi makna terhadap kompetensi dasar, indikator hasil belajar menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi pada peserta didik. Sedangkan penilaian berbasis kelas untuk mengukur pembentukan kompetensi, menentukan tindakan tercapai atau tidaknya.[36] Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP dalam struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Rencana pembelajaran PAK seharusnya memenuhi beberapa syarat, yaitu ; disusun menurut kebutuhan tiap-tiap jenis pengajaran, sesuai dengan Alkitab yang artinya segala pokok pengajaran bersumber pada Alkitab.

Dalam setiap pemanfaatan atau penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran PAK pada siswa kelas 1- 5 SD Kedungmundu 01 Semarang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu antara lain:

2. Pemilihan Media Pembelajaran

Mengapa perlu memilih Media Pembelajaran? Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh. Akhir dari pemilihan media adalah penggunaaan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media yang kita pilih. Salah menentukan alternatif media yang akan kita gunakan dalam pembelajaran, maka pertanyaan berikutnya sudah tersediakah media tersebut di sekolah atau di pasaran ? Jika tersedia, maka kita tinggal meminjam atau membelinya saja. Itupun jika media yang ada memang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah kita rencanakan, dan terjangkau harganya. Jika media yang kita butuhkan ternyata belum tersedia, mau tak mau kita harus membuat sendiri program media sesuai keperluan tersebut.

Jadi, pemilihan media itu perlu kita lakukan agar kita dapat menentukan media yang terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu banyak jenis media seperti telah Penulis paparkan pada bab dimuka, dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Pemilihan media merupakan keputusan yang menarik dan menentukan terhadap ketepatan jenis media yang akan digunakan, yang selanjutnya sangat mempengaruhi efektvitas dan efisiensi proses pembelajaran. Dalam menentukan ketepatan media yang akan dipersiapkan dan digunakan melakui proses pengambilan keputusan adalah berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki oleh media termasuk kelebihan dari karakteristik media yang bersangkutan dihubungkan dengan berbagai komponen pembelajaran. Belum tentu jenis media yang mahal, yang lebih modern, yang lebih serba maju akan mendukung terciptanya pembela-jaran yang efektv dan efisien . Sebaliknya jenis media sederhana, harganya murah, mudah dibuat atau mudah didapat mungkin lebih efektif dan efisien dibanding yang lebih modern tersebut Begitu juga posisi media dalam pola pembelajaran yang akan dilaksanakan sangat mempengaruhi keteptan jenis media yang akan digunakan.

Sebelum melakukan proses pemilihan media ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan.

1. Adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media tersebut

2. Tujuan pemilihan media harus dihubungkan dengan tujuan dari penggunaan media.

3. Penggunaan media pembelajaran untuk mencapai tujuan kognitif, afektif atau psikomotor harus diperhatikan masing-masing dari aspek tujuan tersebut.

4. Dalam pemilihan media harus diperhatikan pula dalam mempertimbangkan sebagai media pembelajaran apakah untuk sasaran individu, kelompok, atau klasikal, atau untuk sasaran tertentu, misalnya anak balita, orang dewasa, masyarakat petani, orang buta, orang tuli, dan sebagainya

Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Dalam memilih media sebagai sarana atau alat peraga dalam pemeblajaran disamping memperhatikan karakteristik sebuah media dan prosedur yang benar, juga perhatikan kriteria dalam memilih media, yaitu antara lain:

1. Alat peraga harus dipilih untuk menjelaskan inti cerita yang mau

disampaikan.

  1. Alat peraga yang dipilih akan menolong anak mencapai tujuan

khusus.

3. Alat peraga yang dipilih tepat bagi golongan usia yang diajar

4. Alat peraga yang dipilih akan dapat membangkitkan rasa ingin tahu,

berimajinasi, makin kreatif atau makin berani mengungkapkan

ekspresinya.

4. Alat peraga yang dipilih mudah didapat , terjangkau secara ekonomi.

5. Guru yakin menguasai alat peraga itu, sehingga penyampaian pelajaran

dapat terjadi dengan baik.[37]

4. Memilih Metode Pembelajaran

Metode merupakan alat perantara demi mencapai tujuan yang artinya cara-cara mengajarkan suatu pokok pelajaran untuk menjadikan efektif dalam penyampaiannya. Dalam penggunaan metode tidak ada metode atau teknik tertentu yang efektif untuk semua golongan atau umur dan semua kesempatan belajar mengajar. Oleh karena itu, guru tidak hanya menggunakan satu metode saja dan mengesampingkan metode yang lain. Beberapa cara atau teknik dapat digunakan sekaligus demi kesuksesan belajar mengajar. Meskipun demikian perlu disadari bahwa metode apapun yang digunakan guru keberhasilan pengajaran tidak hanya ditentukan oleh metode itu sendiri melainkan guru yang merupakan faktor penting dalam pembelajaran PAK. Pribadi guru dan seluruh hidupnya sangat mempengaruhi cara mengajar dan yang menentukan keberhasilan suatu metode pengajaran adalah kuasa Roh Kudus.

Beberapa metode atau cara yang digunakan dalam pengajaran PAK di SD Kedungmjundu 01, Semarang agar pengajarannya berhasil adalah :

a. Metode ceramah

Cara menyampaikan materi pelajaran secara lisan untuk mencapai suatu pengajaran dari guru kepada siswa. Dalam metode ini guru menguasai dan menjelaskan pokok pelajaran sedangkan siswa menerima, memperhatikan dan membuat catatan serta mengikuti pelajaran yang disampaikan guru.

b. Metode bercerita

Mengandung kebenaran dan menyampaikan suatu pelajaran yang penting pada pendengarnya.

c. Metode percakapan/diskusi

Merupakan suatu cara dimana dua orang atau lebih mengajukan pendapat untuk mencari jawaban dari masalah yang dihadapi.

d. Metode tanya-jawab

Menyajikan suatu pengajaran dengan jalan mengajukan pertanyaan supaya mendapatkan jawaban baik lisan maupun tertulis.

e. Metode audio visual

Cara ini sangat menarik perhatian dan mudah diingat oleh siswa karena menggunakan gambar-gambar terang, film bersuara, papan flanel dan sebagainya.

f. Metode lakon atau sandiwara

Digunakan para pemain supaya semua penonton menghayati segala peristiwa dengan penuh perasaan

5. Pelaksanaan Pembelajaran

Tugas utama seorang guru adalah melaksanakan tugas pembelajaran sesuai dengan yang telah direncakakan sebelumnya yang berupa perangkat KTSP, yaitu antara lain, Silabus, Program Tahunan, Program Semester, Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP), maupun Rencana Harian (RH). Setiap pembelajaran PAK selalu memperhatikan:

a. Pendahuluan

Setiap proses pembelajaran selalu memiliki pendahuluan karena merupakan susunan pelajaran yang penting supaya pelajaran yang disampaikan guru berhasil dan tercapai. Pendahuluan atau permulaan adalah bagian penting yang dapat menarik perhatian murid kepada pokok pelajaran yang diajarkan. Hal ini agar perhatian siswa timbul terlebih dahulu karena adanya kontak atau rangsangan dalam pikiran siswa sehingga dari diri siswa ada minat dan keinginan untuk mengetahui pengajaran yang diajarkan.

Bentuk pendahuluan dalam pembelajaran bisa dimulai dengan curah pendapat, tanya jawab, pernyataan, tangapan maupun apresiasi dari siswa. Kemudian Pujian satu atau dua lagu yang berkaitan dengan materi pokok, dan indikator, tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Doa pembukaan oleh siswa maupun guru. Bisa doa beryair, berbalasan. Dari pribadi siswa maupun sesuai teks yang sudah disiapkan oleh guru maupun penulis buku pelajaran PAK.

Pembukaan diusahakan singkat, padat dan menarik. Jangan terlalu lama. Ambil sepuluh persen ( 8 – 10 menit) dari semua alokasi waktu dalam satu kali pertemuan tersebut. Pembukaan yang baik akan menentukan seberapa jauh minat anak belajar selanjutnya. Apalagi jika pembukaan dengan alat peraga atau media, siswa akan lebih termotivasi; imajinasi siswa dirangsang; perasaan disentuh dan kesan yang dalam diperoleh siswa. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran meningkat.

b. Isi/ Inti

Setelah siswa diarahkan kepada pelajaran sehingga memilikiminat, motivasi untuk belajar, serta perhatian yang dalam terhadap materi yang akan dipelajari, maka guru harus terus menjaga perhatian supaya siswa tetap fokus akan pengajaran yang disampaikan. Usahakan materi mulai dengan yang mudah, dasar atau konsep, istilah dan contoh-contoh. Materi sampaikan dengan sistematis. Pendalaman materi merupakan hal yang penting setelah penjelasan istilah atau konsep dasar. Aktifkan dan libatkan siswa dalam seluruh proses pembelajaran. Media pembelajaran adalah salah satu alat bantu mengajar untuk meningkatkan kreatifitas dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran.

c. Penutup

Dalam susunan pengajaran bagian terakhir adalah kesimpulan, penutup atau penerapan, karena pengajaran belum bisa dianggap selesai apabila belum mengarah pada penerapan yang dilakukan siswa. Dengan menyimpulkan maka dapat menjelaskan kebenaran yang dipelajari sehingga mendorong siswa untuk melakukan atau menerapkannya. Dalam penutup juga tugas rumah yaitu untuk meperdalam materi, maupun persiapan untuk matri berikutnya. Pekerjan rumah hendanya berfariasi sesuai dengan kecerdasan majemuk. Pekerjaan rumah, bisa berupa proyek, hasta karya, penyelidikan, pengamatan, maupun mengerjakan soal-soal yang jawabannya bisa ditemukan sendiri melalui bacaan, mengapatan maupun pengalaman sendiri.

Pemberikan tugas rumah harus jelas materinya, kriteria penilaian, batas waktu mengerjakan dan kapan tugas tersebut harus dikumpul. Juga harus dipertimbangkan waktunya dan tugas tersebut untuk pribadi maupun dalam kelompok. Penutup diakhiri dengan pujian maupun doa penutup oleh guru maupun siswa.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian manfaat penggunaan media dalam pengajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) pada Siswa kelas 1-5 Sekolah Dasar Kedungmundu 01, Semarang. Pelaksanaan penelitian ini mengikuti suatu daur (siklus) yang di dalamnya terdapat kegiatan merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan, dan melaksanakan refleksi pada seluruh tindakan sebelumnya.

Pendekatan yang ditempuh dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang diterapkan dalam penelitian skripsi. Penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti.

Tempat, Waktu dan Partisipan Penelitian

Penelitian dilaksanaakan di SD Kedungmundu 01, yang lokasinya di Jalan Ampusari Raya No. 03, Kedungmundu, Tembalang, Semarang. Penelitian telah dilakukan minggu pertama bulan Juni 2010. Jumlah Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 11 orang siswa.

Alat Penelitian

Alat atau instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket penelitian yang terdiri daridua jenis, yaitu :

1. Lembar Pertanyaan wawancara Aktivitas Belajar Siswa sebelum guru menggunakan alat peraga

Lembar wawancana ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebelum menggunakan media dan setelah menggunakan Media Alat Peraga sampai evaluasi. Aspek-aspek yang tanyakan dalama wawancara adalah aktivitas keterlibatan siswa hingga evaluasi., yaitu:

1. Apakah yang mendorong kamu untuk belajar Pendidikan Agama

Kristen?

2. Jika gurumu mengajar tidak memakai gambar, peta atau benda dalam

mengajar, apakah kamu siap untuk mengikuti pelajaran?

3. Apakah kamu sungguh-sungguh mengikuti pelajaran Agama, jika gurumu hanya bercerita atau menjelaskan pelajaran, tanpa memperlihatkan gambar, benda atau tulisan-tulisan di apapn tulis sesuai dengan isi cerita?

4. Jika gurumu mengajar tidak mengunakan media alat peraga apapun, apakah kamu akan cepat mengerti, hafal dan dapat mengingatnya dengan baik?

5. Apakah kamu dapat menceritakan kembali apa yang diceritakan atau dijelaskan gurumu, jika gurumu hanya berbicara, menjelaskan tanpa memperlihatkan gambar, peta ataupun benda yang berhubungan dengan cerita tersebut?

2. Tes Tanggapan Siswa Terhadap Media

Tes tanggapan siswa terhadap media pembelajaran ini digunakan untuk meneliti seberapa manfaat pengunaan alat peraga yang dipakai sebagai media pembelajaran. Hal-hal yang di ukur adalah:

No

Pernyataan

Tanggapan

SS

S

N

TS

STS

1

Pengajaran akan lebih menarik jika menggunakan media alat peraga.

2

Media yang digunakan dapat mempermudah dalam meneliti pelajaran

3

Media yang digunakan dapat mempermudah dalam menerima pelajaran.

4

Media alat peraga dapat membantu mengingat pelajaran lebih lama.

5

Mengajar dengan media alat peraga akan meningkatkan prestasi belajar

Prosedur Pengumpulan Data

Analisis data dilakukan meliputi kegiatan klasifikasi data, penyajian data, dan penilaian keberhasilan tindakan. Kegiatan klasifikasi itu meliputi memilah-milah data yang telah dikelompokkan sesuai dengan jenis datanya.

Data yang diperoleh dari pengamatan dan angket dilakukan analisis, reduksi data, pemaparan data, dan penyimpulan. Reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan dan konseptualisasi melalui seleksi, pemfokusan, dan abstraksi data mentah sehingga menjadi informasi yang bermakna. Paparan data dilakukan dengan penyajian data dalam bentuk paparan naratif. Adapun penyimpulan adalah proses mengambil intisari dalam bentuk pernyataan kalimat.

  1. Analisis aspek-aspek yang dinilai dari pengamatan aktivitas keterlibatan siswa dalam belajar, baik sebelum mengunakan Media Pembelajaran maupun sesudah guru menggunakan media, akan sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana efektifitas Media Pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran.

Untuk mengetahui skor keterlibatan siswa dalam mengikuti pelajaran, baik sebelum menggunakan media maupunsetelah menggunakan media, dilakukan dengan cara :

a. Mengangkakan (kuantifikasi) tanggapan siswa dengan cara :
• pilihan jawaban ST ( Sangat Tinggi) dinilai skor 5
• pilihan jawaban T (Tinggi) dinilai skor 4

• pilihan jawaban S (Sedang) dinilai skor 3
• pilihan jawaban R (Rendah) dinilai skor 2

• pilihan jawaban SR (Sangat Rendah) dinilai skor 1

b. Menghitung tingkat Keterlibatan Siswa dalam proses pembelajaran sampai Prestai Belajar siswa dengan rumus sebagai berikut:

Rata-rata skor = Jumlah skor Keterlibatan siswa / jumlah siswa
Adapun kriteria tingkat keterlibatan siswa dalam belajar ditentukan sebagai berikut :

Tingkat Keterlibatan siswa :

Rata-rata

Skor

Sangat Tinggi

21 – 25

Tinggi

16 – 20

Sedang

11 – 15

Rendah

6 – 10

Sangat Rendah

0 – 5


2. Analisis Kebermanfaatan Media

Evaluasi pemanfaatan media perlu dilakukan untuk mengetahui manfaat penggunaan Media dalam pengajaran. Untuk mengetahui skor manfaat media ini dilakukan dengan cara:

a. Mengangkakan (kuantifikasi) tanggapan siswa dengan cara :
• pilihan jawaban SS (sangat setuju) dinilai skor 5
• pilihan jawaban S (setuju) dinilai skor 4
• pilihan jawaban N (tidak tahu / netral) dinilai skor 3
• pilihan jawaban TS (tidak setuju) dinilai angka 2
• pilihan jawaban STS (sangat tidak setuju) dinilai angka 1

b. Menghitung tingkat manfaat media pembelajaran

Tingkat manfaat media pembelajaran dihitung dengan rumus berikut :
Rata-rata skor = Jumlah skor manfaat / Jumlah siswa
Adapun kriteria tingkat kebermanfaatan media ditentukan sebagai berikut :

Tingkat Manfaat Media

Rata-rata

Skor

Sangat Tinggi

21 – 25

Tinggi

16 – 20

Sedang

11 – 15

Rendah

6 – 10

Sangat Rendah

0 – 5

Keterbatasan Penelitian

Mengingat keterbatasan jumlah partisipan, yaitu hanya 11 orang siswa dalam satu Sekolah Dasar, dari kelas 1 – 5, maka peneliti menggunakan metode kualitatif, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan bagi tempat lain.

Lampiran 1: Format 1

DAFTAR PENGAMATAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA

SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN MEDIA

Nama : …………………….

Kelas: ……………………..

No

Uraian Pengamatan

Sebelum Menggunakan

Media

Sesudah Menggunakan Media

ST

T

S

R

SR

ST

T

S

R

SR

1

Motivasi anak untuk belajar

2.

Kesiapan anak

3

Keingin tahuan

4

Kesungguhan

5

Konsentrasi

6

Daya serap

7.

Daya ingat

8.

Mengungkapkan kembali

9.

Prestasi

10.

Secara Keseluruhan

Keterangan :

ST = Sangat Tinggi ( 5 )

T = Tinggi ( 4 )

S = Sedang ( 3 )

R = Rendah ( 2)

SR = Sangat rendah ( 1 )

Lampiran 2: Format 2

DAFTAR TANGGAPAN SISWA

SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN MEDIA

Nama : …………………….

Kelas: ……………………..

No

Uraian Pernyataan

Sebelum Menggunakan

Media

Sesudah Menggunakan Media

ST

T

S

R

SR

ST

T

S

R

SR

1

Motivasi saya untuk belajar

2.

Kesiapan saya untuk mengikuti pelajaran

3

Keinginan saya untuk mengetahui materi pelajaran

4

Kesungguhan saya saat mengikuti pelajaran

5

Konsentrasi saya saat mengikuti pelajaran

6

Kemampuan saya menyerap pelajaran

7.

Kemampuan saya untuk mengingat materi pelajaran yang diberikan

8.

Kemampuan saya untuik menjelaskan ulang pelajaran yang diberikan

9.

Prestasi saya adalam ujian

10.

Keinginan saya untuk terus belajar supaya Nilai Ujian terus meningkat

Keterangan :

ST = Sangat Tinggi ( 5 )

T = Tinggi ( 4 )

S = Sedang ( 3 )

R = Rendah ( 2)

SR = Sangat rendah ( 1 )

Lampiran 3:

DAFTAR TANGGAPAN SISWA TERHADAP MEDIA

YANG DIGUNAKAN DALAM PENGAJARAN PAK

Nama Siswa : ................................

Kelas : ................................

Petunjuk pengisian :

1. Tulis nama ditempat yang telah disediaka!

2. Bacalah pernyataan dengan teliti!

3. Berilah tanda centang ( ) pada kolom tanggapan sesuai dengan pemahamanmu.

4. Keterangan : SS = sangat setuju

S = setuju

N = netral / tidak tahu

TS = tidak setuju

STS = sangat tidak setuju

No

Pernyataan

Tanggapan

SS

S

N

TS

STS

1

Pengajaran akan lebih menarik jika menggunakan media alat peraga.

2

Media yang digunakan dapat mempermudah dalam meneliti pelajaran

3

Media yang digunakan dapat mempermudah dalam menerima pelajaran.

4

Media alat peraga dapat membantu mengingat pelajaran lebih lama.

5

Mengajar dengan media alat peraga akan meningkatkan prestasi belajar

Lampiran 4:

DAFTAR SISWA SD KEDUNGMUNDU 01, SEMARANG

YANG MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN AGANA KRISTEN

TAHUN PELAJARAN 2009/ 2010

NO.

NAMA SISWA

KELAS

KETERANGAN

1

Priskila

1

2

Dina

1

3

Wini Alfira

2

4

Sherli

3

5

Cristian Sugiarto

4

6

Widya Nugraheni

4

7

Anita

4

8

Bambang Setiono

5

9

Aulius

5

10

Bagus

5

11

Fransiska

5


Lampiran :

HASIL ANGKET TANGGAPAN SISWA

TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

(Dalam Prosen)


No.

Tanggapan

Pernyataan

SS

S

N

TS

STS

1

Pengajaran akan lebih menarik jika menggunakan media alat peraga.

20 %

70 %

0 %

0 %

0 %

2

Media yang digunakan dapat mempermudah dalam meneliti pelajaran

50 %

30 %

20 %

0 %

0 %

3

Media yang digunakan dapat mempermudah dalam menerima pelajaran.

50 %

30 %

20 %

0 %

0 %

4

Media alat peraga dapat membantu mengingat pelajaran lebih lama.

70 %

20 %

10 %

0 %

0 %

5

Mengajar dengan media alat peraga akan meningkatkan prestasi belajar

70 %

20 %

0 %

0 %

0 %

Keterangan :

ST = Sangat Tinggi ( 5 )

T = Tinggi ( 4 )

S = Sedang ( 3 )

R = Rendah ( 2)

SR = Sangat rendah ( 1 )

Laporan :

DAFTAR HASIL PENGAMATAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA

SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN MEDIA

No

Uraian Pengamatan

Sebelum Menggunakan

Media

Sesudah Menggunakan Media

ST

T

S

R

SR

ST

T

S

R

SR

1

Motivasi anak untuk belajar

2.

Kesiapan anak

3

Keingin tahuan

4

Kesungguhan

5

Konsentrasi

6

Daya serap

7.

Daya ingat

8.

Mengungkapkan kembali

9.

Prestasi

10.

Secara Keseluruhan



1 _______________Artikel Pendidikan, Motivasi on to learn An overview Educational Psukology Interactive, Valdosa State University, 2001), hal 46.

[2] Ruth Lautfer, Pedoman Pelayanan Anak (Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil, 1993), hal 134-150.

[3] Sardiman, Media Pembelajaran (Jakarta, PT Raja Grafindo, 2006), 186.

[4] Dien Sumiyatiningsih, Tuhan Penolongku 6 PAK , Referensi KTSP dengan Kecerdasan Majemuk. ( Yogyakarta: CV Andi Offset, 2007), 68-70.

[5] http:// vhajrie 27 wordpree. Com/wp-admin/ (Akses Tgl. 22 Juni 2010)

[6] Hari Setiawan , Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Surabaya : Karya Gemilang Utama, 2007 ) , hal 3

[7] Latuhanu 1998 , htpp / www. Infoskripsi. Com / Index.php.

[8] Werner C. Graendorf, Internasional to Biblical Christian Education, (Chicago: Moody Press, 1988) hal 16.

[9] Dien Sumiyatiningsih , G. D , Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik,( Yogyakarta : Andi Offset, th 2006 ) hal 124.

[10] Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif, Termasuk Riset Teologia dan Keagamaan (Semarang,: Pertustakaan STIB, 1998),hal 105.

[12] Ruth Lautfer ,Pedoman Pelayanan Anak (Malang, Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia 1993 ), hlm.134 – 150.

[13] J. Reginald Hill , Penuntun Sekolah Minggu, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1998), Hal. 69 – 88.

[14] Hari Setiawan , Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Surabaya : Karya Gemilang Utama, 2004), hal 38

5AECT (Assosiation of Education and Communication Technology, 1977),

[16] Hari Setiawan , Kamus Bahasa Besar Indonesia ( Surabaya : Karya Gemilang Utama, 2004), hal.3

[19] H. Asnawir, Media pembelajaran , (Jakarta, Delia Citra Utama , J , 2002) hal. 68-70

[20] MGMP PAK, Teknik dan Metode Mengajar Pak berdasarkan Kurikulum 2004 , Lokakarya meningkatkan kualitas Guru – Guru PAK , Bogor

[21] Janse Belaandia Non-Serrano, Pedoman Untuk Guru PAK SD – SMA Dalam Melaksanakan Kurikulum Baru( Bandung; Bina Media Informasi, 2006) hal. 22-23.

[22] H. Asnawir , Media Pembelajaran , (Jakarta , Delia Citra Utama , 2002) Hal.97

[23] J. Reginald Hill , Penuntun Sekolah Minggu, ( Madang:,Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1990) , Hal 69 – 88.

[24] Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2007) hal. 64-65

[25] Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen ( Jakarta : BPK Gunung Mulia , 1999 ) hal 2 - 8

[26] Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen, ( Yogyakarta : ANDI Offset ) hal. 4-5

[27]Ibid.

[28]Dr.E.G Homrighausen, Dr.I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Yakarta: BPK Gunung Mulia), Hlm. 48,49

[29] Harry M. Piland, Perkembangan Gereja dan Penginjilan Melalui Sekolah Minggu, LLB, Bandung 1984, Hlm. 164

[30] Yuliana, Alam Semesta dan Sejarah, Buletin Evangelion, Edisi 50, tahun 1998

[31] Iris V. Cully, Dinamika Pendidikan Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1995, Hlm. 109

[32] Chris Marantika , Kepercayaan Dan Kehidupan Kristen , (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia , 1996 ) hal 218

[33] N Titus , Sejarah Suci , (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia ,1995) , hal 221 – 222.

[34] ______________Alkitab elektronik 2.0.0, ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Terjemahan baru, 1974)

[35] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal 126

[36] E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal 74-75

[37] ________________, Mengajar Anak – Anak Secara Efektif , (Jakarta: Lembaga Penginjilan Anak, 1997) 124

1 komentar: