Selasa, 28 Februari 2012

Kontrak Pembelajaran STT

KONTRAK PEMBELAJARAN
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN
DOSEN : EV. TIMOTIOUS SUKARMAN, S.PAK, M.Th
BOBOT SKS : (2 Sks)
PROGRAM STUDI : S1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2010/2011


I. DESKRIPSI MATA KULIAH
Perkuliahan ”Filsafat Pendidikan” membahas persoalan filsafati dan teoritis mengenai pendidikan, Filsafat dan manusia, baik dasar pemikiran maupun penerapannya dalam praktek serta pemecahan masalah-masalah mikro dan makro pendidikan, yaitu dengan menempatkan permasalahan pendidikan tersebut pada pemikiran filsafat. Perkuliahan ini juga membahas pelbagai landasan pendidikan, serta pendidikan dalam praktek dengan ilmu pengetahuan termasuk peadagogik, dengan filsafat pendidikan serta berbagai disiplin keilmuan lain.
Beberapa aspek dari Filsafat pendidikan, beberapa aspek dan proses pendidikan
kecerdasan serta beberapa konsep pada proses pendidikan dan pengajaran juga menjadi kajian, sekalipun hanya sebatas pengenalan.
Dalam studi ini digunakan pendekatan filsafat, teoritis-sistematis, historis,
maupun komparatif.

II. TUJUAN MATA KULIAH
Setelah menempuh mata kulih ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memiliki dasar pemikiran filosofis dan teoritis mengenai pendidikan. Filsafat dan manusia dalam lingkup pengajaran makro berdasarkan epistemologis dan lingkup belajar-mengajar mikro berlandaskan interaksi insani
2. Memiliki wawasan yang luas mengenai berbagai pandangan filsafat dan teori pendidikan.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi permasalahan pendidikan yang ditemuinya dalam keseharian pendidikan serta mencarikan jalan keluarnya
4. Menyebutkan Beberapa aspek dari Filsafat Pendidikan, Beberapa aspek dan proses pendidikan kecerdasan dan beberapa konsep pada proses pendidikan dan pengajaran
5. Mahasiswa juga diharapkan mampu membina dan mengembangkan program pendidikan serta memecahkan persoalan pendidikan pada umumnya, dan khususnya yang timbul dan dihadapi di Indonesia baik dalam rangka otonomi daerah maupun dekonsentrasi pendidikan guru.


III. URAIAN POKOK BAHASAN SETIAP PERTEMUAN
Pertemuan 1:
Membahas :
• Introduksi dan orientasi tujuan mata kuliah (seperti tersebut diatas)
• Orientasi ruang lingkup mata kuliah (seperti tercantum dibawah ini)
• Kebijaksanaan pelaksanaan perkuliahan sebagai ”educational discourse”
• Kebijaksanaan penilaian hasil belajar (berdasarkan presensi aktif, TTS, TAS, tugas kelompok kecil, dan tugas bebas individual)
• Introduksi tugas yang harus diselesaikan
• Buku ajar yang digunakan dan sumber belajar lainnya (tercantum dibagian bawah)
• Hal-hal lain yang esensial dari pengalaman pelaksanaan perkuliahan
• Uji Kompetensi :
Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar tentang Filsafat Pendidikan ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah pula apa yang kau tidak tahu.
1. Apa yang Anda ketahui tentang Filsafat?
2. Apa yang Anda ketahui tentang Pendidikan?
3. Apa yang Anda ketahui tentang Filsafat pendidikan?
4. Apa yang ingin Anda ketahui tentang Filsafat pendidikan?
5. Apakah hubungannya dengan tugas mengajar atau mendidik?

Pertemuan 2
1. Membahas hakekat dan arti Filsafat, Filsafat Pendidkan, yaitu antara lain: Sejarah kefilsafatan,
2. Tugas :
Pada pertemuan ke-2 Tagihan 1 setiap mahasiswa secara individual harus mengumpulkan tugas (UJI KOMPETENSI) yang diketik dengan kertas kuarto dengan 1 1/5 maksimal 2 halaman atau tulis tangan dengan kertas folio.

Peremuan 3:
1. Karakter Berfikir Filsafat, Guna, Fungsi, persoalan-persoalan Filsafat serta ruang lingkup Filsafat dan Filsafat Pendidikan..
2. Tugas menyimpulkan:
a. Apa itu berfikir Filsafat
b.. Guna, Fungsi dan Persoalan FIlsafat
c. Ruang Lingkup Filsafat dan Filsafat pendidikan

Pertemuan 4
3. Membahas hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan, hubungan Filsafat
Pendidikan dengan Program Fakultas Pendidikan Agama Kristen (S1) Latar Belakang munculnya Filsafat Pendidikan menurut : Pemikiran Socrates (470-399 SM), Plato (427 -347 SM dan Menurut Aristoteles (367 – 345 SM).
4. Penjelasan Tugas (Untuk didiskusikan dalam kelompok) Pentingnya mata Kuliah
Filsafat bagi tugas pembelajaran

Pertemuan 5 :
3. Pengantar Diskusi:
4. Dalam kelompok kecil, mahasiswa berdiksusi tentang pentingnya Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan ini bagi tugas pembelajaran di kemudian hari, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. (Hasil diskusi akan dipresentasikan di depan kelas pada pertemuan ke 6, 7 dan 8) setelah pembahasan materi pokok.



Pertemuan 6
3. Presentasi Aliran Filsafat Pendidikan modern ditinjau dari ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengertian Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
4. Menyimak Presentasi dari Mahasiswa (Kelompok 1 )
Pertemuan 7:
4. Pengertian Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
5. Menyimak Presentasi dari Mahasiswa (Kelompok 2 )

Pertemuan 8
3. Pandangan Filsafat tentang hakekat manusia, Sistim Nilai dalam kehidupan manusia.
4. Menyimak Presentasi dari Mahasiswa (Kelompok 3 )

Pertemuan 9:
Tes Tengah Semester :
Bahan Pertemuan 1 s/d 8.

Pertemuan 10
Pandangan Filsafat tentang Pendidikan (Dasar dan Tujuan, Pendidikan dan peserta didik, Kurikulum, dan Sistem Pendidikan.

Pertemuan 11:
1. Beberapa aspek dari Filsafat pendidikan, beberapa aspek dan proses pendidikan
kecerdasan serta beberapa konsep pada proses pendidikan dan pengajaran.
Pertemuan 12:
Filsafat Pancasila.
3. Tugas : Beberapa kelompok kecil mahasiswa bertugas melaporkan secara tertulis tentang:
a. Pendidikan yang terjadi sekarang ini (dari Media cetak maupun akses dari
Internet)
b. Pendidikan nilai etetis dan etis dalam skala mikro sebagai proses mendidik. (dikumpulkan sebelum TAS )

Pertemuan 13:
1. Membahas Filsafat Pendidikan praktis : perennialisme dan Esesialisme dalam permasalahan pengajaran, pendidikan dan teknologi instrksional (pendidikan).
2. Tugas : Mahasiswa mengerjakan tugas kelompok kecil yang singkat tentang masalah
Ujian Akhir Semester berupa seperangkat item pilihan berganda dan satu (1) soal uraian. Semua mengerjakan di kelas.

Pertemuan 14 :
3. Membahas faktor manusia dalam pendidikan, khususnya pengajaran, mengajar dan kurikulum (makro) dan belajar.khususnya berdasarkan teori Ki Hajar Dewantara (dari Karya KHD, 1963).
4. Ujian Akhir Semester (uraian, take home untuk waktu 6-7 hari, tiap soal paling banyak dijawab dalam satu halaman ketik di kertas kuarto, atau satu halaman tulisan folio)
IV. JUDUL MALAKAH:
1. Pentingnya Landasan Illmu Fislafat bagi Pendidik
2. Hubungan Filsafat dengan Filsafat pendidiiakan
3. Filsafat Pancasila
4. Guru dan Filsafat pendidikan
5. Apakah Pendidikan Usia dini tidak memperkosa peserta didik
6. Siapa yang berhak mendidik manusia?
7. Tujuan Akhir Pendidikan
8. Pendidikan Anak Usia Dini
9. Pendidikan dan masa Depan
10. Kemana setelah menempuh pendidikan
11. Dampak Sertifikasi dalam jabatan Guru.
(Setiap Mahasiswa bisa memilih salah satu dari judul di atas atau memilih judul sendiri dengan persetujuan Dosen Pengampu)
Ketentuan:
a. Diketik pada kertas Kwarto
b. Spasi 1 1/5
c. Minimal 10 Halaman
d. Time New Roman 12
e. Tidak dijilid
f. pengaturan jarak sepasi:
atas 3 Cm
Kiri 3 Cm
Kanan dan Bawah masing-masing 2. 5 Cm.

IV. SISTEM PENILAIAN:
1. Abseni 15 %
2. Diskusi dalam Kelompok dan Presenasi dalam kelas 15 %
2. Tugas Mandiri (Makalah) 30 %
3. Tes Tengah Semester 20 %
4. Tes Akhir Semester 20 %.

Kontrak Pembelajaran STT

KONTRAK PEMBELAJARAN
MATA KULIAH : STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DOSEN : EV. TIMOTIOUS SUKARMAN, S.PAK, M.Th
BOBOT SKS : (2 Sks)
PROGRAM STUDI : S1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2009/2010


I. DESKRIPSI MATA KULIAH
Perkuliahan ”Strategi Pembelajaran PAK” membahas persoalan Hakekat Strategi, atau dikenal dengan Pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik dan model pembelajaran.. Strategi Pembeljaran PAK, yaitu suatu teori dan praktek yang berhubungan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, yang mencakup pendekatan pembelajaran PAK, yang jika kita terapkan dalam kontek pembelajaran mencakup keempat unsur, yaitu: bagaimana menetapkan tujuan pembelajaran, mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif, mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkap atau prosedur, metode dan taktik pembelajaran dan menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan suatu pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu; Pendekatan pembelajaran yang beorientasi atau berpusat pada siswa dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru. Beberapa aspek dan proses pendidikan. Dari dua pendekatan inilah yang akan dibahas melalui tahapan-tahapan pembelejaran mata kuliah ini, dengan acuan atau dasar strategi pembelajaran Tuhan Yesus, sebagai Tuhan dan Guru Agung Pendidikan Agama Kristen, dengan tidak menutup diri untuk diperlengkapi dengan strategi pemebajaran masa kini, yaitu dengan strategi kognitif, Strategi merancang Tujuan Pembelajaran, yang kita kenal dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), yang jabarkan kedalam Indikator-indikator. Strategi memilih Metode, Stretegi memotivasi siswa, Strategi penerapan Standar Kompetensi, dan yang terakhir strategi Pengujian Berbasis Kompetensi, atau kita kenal dengan cara penilaian Kurikulum Tingkat Satuan pendidikian (KTSP).
Dalam studi ini digunakan pendekatan filsafat, teoritis, peraktis maupun
komparatif.

II. TUJUAN MATA KULIAH
Setelah menempuh mata kulih ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memiliki dasar pemikiran filosofis dan teoritis mengenai Strategi Pembelajaran secara umum, berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan strategi pembelajaran.
2. Memiliki wawasan yang luas mengenai berbagai pandangan Strategi pembelajaran baik secara teoritis maupun praktek penggunaan berbagai strategi pembelajaran.
3. Mahasiswa mampu memilih, menentukan menetapkan suatu strategi pembelajaran yang dipandangnya paling efektif efisiensi dalam proses pembelajran PAK.di sekolah.
4. Menyebutkan beberapa Strategi yang berhubungan dengan setiap Pembelajaran
5. Mahasiswa juga diharapkan mampu mengimplementasikan strategi pembelajaran Tuhan Yesus dengan strategi pembelajaran yang dipelajari dalam tugas mendidik dan mengajar anak-anak Tuhan untuk kemuliaan bagi namaNya. .


III. URAIAN POKOK BAHASAN SETIAP PERTEMUAN
Pertemuan 1:
Membahas :
• Introduksi dan orientasi tujuan mata kuliah (seperti tersebut diatas)
• Orientasi ruang lingkup mata kuliah (seperti tercantum dibawah ini)
• Kebijaksanaan pelaksanaan perkuliahan sebagai ”educational discourse”
• Kebijaksanaan penilaian hasil belajar (berdasarkan presensi aktif, TTS, TAS, tugas kelompok kecil, dan tugas bebas individual)
• Introduksi tugas yang harus diselesaikan
• Buku ajar yang digunakan dan sumber belajar lainnya (tercantum dibagian bawah)
• Hal-hal lain yang esensial dari pengalaman pelaksanaan perkuliahan
• Uji Kompetensi :
Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar tentang Filsafat Pendidikan ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah pula apa yang kau tidak tahu.
1. Apa yang Anda ketahui tentang Strategi?
2. Apa yang Anda ketahui tentang Pembelajaran?
3. Apa yang Anda ketahui tentang Pendidikan Agama Kristen?
4. Apa yang ingin Anda ketahui tentang Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen?
5. Apakah hubungannya mempelajari Strategi Pembelajaran PAK dengan tugas mengajar atau mendidik?
Pertemuan 2
1. Membahas hakekat dan arti Strategi Pembelajaran PAK, ruang lingkup strategi. pembelajaran
. 1. Tugas :
Pada pertemuan ke-2 Tagihan 1 setiap mahasiswa secara individual harus mengumpulkan tugas (UJI KOMPETENSI) yang diketik dengan kertas kuarto dengan 1 1/5 maksimal 2 halaman atau tulis tangan dengan kertas folio.
Peremuan 3:
1. Unsur-unsur Stretegi pembelajaran.
2. Tugas menyimpulkan:
a. Apa itu tujuan pembelajaran PAK?
b.. Guna, atau Fungsi dan Persoalan stretegi dalam pembelajaran PAK?
c. Apakah ruang lingkup strategi pembelajaran PAK?

Pertemuan 4 (Tgl 5/03/2010)
1. Membahas macam-macam sttrategi Pembelajaran: (Strategi Kognitif dan Strategi merancang Tujuan Pembelajran.
2. Penjelasan Tugas (Untuk didiskusikan dalam kelompok) Pentingnya mata Kuliah
Strategi pembelajaran PAK bagi calon guru PAK.
Pertemuan 5 :
1. Pengantar Diskusi:
2. Dalam kelompok kecil, mahasiswa berdiksusi tentang pentingnya Mata Kuliah
Strategi pembelajaran di kemudian hari, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. (Hasil diskusi akan dipresentasikan di depan kelas pada pertemuan ke 6, 7 dan 8) setelah pembahasan materi pokok.



Pertemuan 6
1. Presentasi Strategi memilih metode dan media Pembelaaran PAK
2. Menyimak Presentasi dari Mahasiswa (Kelompok 1 )
Pertemuan 7:
1. Membahas stretegi memotivasi siswa belajar dan membelajarkan siswa.
2. Praktek memotivasi siswa belajar.
3. Menyimak Presentasi dari Mahasiswa (Kelompok 2 )

Pertemuan 8
1. Presentasi Strategi Penerapan Standar Kompetensi dan Pengujian Berbasis Komopetensi dan KTSP 2006.
2. Menyimak Presentasi dari Mahasiswa (Kelompok 3 )

Pertemuan 9:
Tes Tengah Semester :
Bahan Pertemuan 1 s/d 8.

Pertemuan 10
1. Pandangan Strategi Tuhan Yesus
2. Diskusi tentang salah satu strategi Yesus dalam mengajar
( Matius 4: 12-25).

Pertemuan 11:
1. Strategi pengajaran Tuhan Yesus
a. Metode
b. Cara Tuhan Yesus mengajar
c. Pembelajaran Aktif.
Pertemuan 12:
1. Pengajaran Tuhan Yesus dan Pembelajaran PAK pada masa kini.
2. Tugas : Beberapa kelompok kecil mahasiswa bertugas melaporkan secara tertulis tentang:
a. Pembelajaran yang terjadi sekarang ini (dari Media cetak maupun akses dari
Internet) dikumpulkan sebelum TAS.

Pertemuan 13:
1. Membahas hubungan Stretegi pembelajaran Tuhan Yesus dengan tugas mengajar dan mendidik (suatu refleksi).
2. Tugas : Mahasiswa mengerjakan tugas kelompok kecil yang singkat tentang masalah
Ujian Akhir Semester berupa seperangkat item atau istrumen soal uraian. Semua mengerjakan di kelas.

Pertemuan 14 :
1. Membahas kompentensi guru dalam mengimplementasikan Stretegi Pembelajaran sehubungan dengan penerapan KTSP (2006). Bentuk Pembinaan
2. Ujian Akhir Semester (uraian, take home untuk waktu 6-7 hari, tiap soal paling banyak dijawab dalam satu halaman ketik di kertas kuarto, atau satu halaman tulisan folio)
JUDUL MAKALAH:
(Setiap Mahasiswa bisa memilih salah satu judul atau topik atas permasalahan pembelajaran PAK pada masa kini)
Ketentuan:
1. Diketik pada kertas Kwarto
2. Spasi 1 1/5
3. Minimal 10 Halaman
4. Time New Roman 12
5. Tidak dijilid
6. Pengaturan jarak sepasi:
atas 3 Cm
Kiri 3 Cm
Kanan dan Bawah masing-masing 2. 5 Cm.

IV. SISTEM PENILAIAN:
1. Abseni 10 %
2. Diskusi dalam Kelompok dan Presenasi dalam kelas 20 %
2. Tugas Mandiri Laporan (Proyek) 20 %
3. Tes Tengah Semester 20 %
4. Tes Akhir Semester 30 %.



V. DAFTAR REFERENSI

Dosen dapat dihubungi melalui :
e-mail : Sukarman_tim @ Yahoo.Co.id
Alamat : Jalan P. Diponegoro 123 B, Salatiga
Telepon Rumah (0298) 32104 HP 085229616816
Bertemu muka:
Di Rumah, khusus untuk bimbingan penulisan Tugas Akhir sesuai perjanjian.
Di Kantor STT, khusus Selnin; jam 17.00 – 20.00
dan di ruang kuliah sesudah perkuliahan (sesuai jadwal per semseter).

Kontrak Pembelajaran STT

SILABUS
MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU
DOSEN : EV. TIMOTIUS SUKARMAN, S.PAK, M.Th
BOBOT SKS : (2 SKS)
PROGRAM PASCA SARJANA : MAGISTER DEVINITAS
PASTORAL KONSELING
SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA EFATA SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2008/2009

A. DESKRIPSI MATA KULIAH
Dalam mata kuliah ini akan dikaji secara sepintas Sejarah yang mendorong manusia untuk berfilsafat, pengertian filsafat, karakteristik berfikir filsafat, Sifat, serta hubungan antara Filsafat dengan kebudayaan dan Lingkungan. Hubungan Filsafat dengan Ilmu pengetahuan dan Agama. Adapun mengenai keguaan, fungsi dan persoalan Filsafat akan dibahas dalam diskusi kelompok, mengingat Filsafat Ilmu akan menjadi dasar kajian dalam Penulisan Tesis.
Berikutnya dibahas Pengantar Filsafat, yaitu teori pengetahuan, Filsafat itu sendiri serta kemungkinan manusia mempunyai pengetahuan. Ilmu Filsafat dan Teologi, serta jalinan fungsional antara Ilmuwan dan Alkitab. Selanjutnya dibahas, keragaman pendekatan dan paradigma (pola pikir) dalam pengkajian dan pengembangan ilmu dari dimensi ontologis, epistomologis dan aksiologis. Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai makna, implikasi dan implementasi filsafat ilmu sebagai landasan dalam rangka pengembangan keilmuan teologi dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, baik pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan kedua-duanya. Pengaruh IMAN pada ILMU PENGETAHUAN dan PENGARUH ILMU PENGETAHUAN pada IMAN, Sehingga pada pada akhir perkuliahan dapat disimpulkan: ”kembali ke- ALKITAB, kembali ke KITAB KEJADIAN”.

B. TUJUAN UMUM PERKULIAHAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan peserta pendidikan memiliki kemampuan:
1. Memahami konsep dasar filsafat ilmu, Teologi, kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsinya untuk dapat dijadikan landasan pemikiran, perencanaan dan pengembangan ilmu dan pendidikan secara akademik dan profesional.
2. Mampu memahami filsafat ilmu untuk mengembangkan diri sebagai ilmuwan maupun sebagai pendidik dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, baik pendekatan kuantitatif dan kualitatif maupun perpaduan kedua-duanya dalam konsentrasi bidang studi yang menjadi minat utamanya.
3. Mampu menerapkan filsafat ilmu sebagai dasar pemikiran, perencanaan dan pengembangan khususnya landasan keilmuan teologi dan landasan pendidikan yang dijiwai nilai-nilai ajaran agama dan nilai-nilai luhur budaya masyarakat Indonesia yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara serta umat manusia dalam pemahaman dan perkembangan lingkungan dinamika global.
4. Dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai seorang Ilmuwan dan rohaniwan yang pada akhirnya kembali ke Alkitab dan ke Kitab kejadian.

C. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN/POKOK BAHASAN
I. SEJARAH:
1. Pengertian Filsafat
2. Karakteristik Berfikir Filsafat
3. Sifat-sifat Berfikir Filsafat
4. Hubungan Antara Filsafat dengan kebudayaan, dengan lingkungan,
dengan Ilmu Pengetahuan dan Agama.
5. Guna, Fungsi dan Persoalan Filsafat.
II. PENGERTIAN FILSAFAT
1. Teori Pengetahuan
2. Filsafat
3. Mungkinkan manusia mempunyai Pengetahuan?
III. Ilmu, Filsafat dan Teologi
1. Manusia bertanya
2. Manusia Berfilsafat
3. Manusia Berteologi
4. Obyek material dan Obyek Formal
5. Cabang-cabang Filsafat
6. Refleksi rasional dan refleksi imani
IV. Bidang kajian filsafat: Ontologi, Epistomologi, dan Aksiologi
1. Epistomologis
2. Ontologis
3. Aksiologis
V. Jalinan filsafat Ilmu, Ilmuwan dan Alkitab.
1. Pengantar
2. Ilmuwan:
a. Leonardo Da Vinci
b. Johann Kepler
c. Prancis Bacon
d. Isaac Newton
e. Loius Agassiz
f. Werenher Von Braun
g. Dll.
3. Apakah Yang dikatakan Alkitab:
a. Kata ”HARI” dalam Kejadian 1
b. Umur Bumi
c. Adam
4. Apakah yang dikatakan Manusia ”mengenai Umur Bumi”
5. Apakah yang dikatakan para Teolog:
a. Stephen Hawking?
b. Stephen Jay Could?
c. Teolog-teolog lain?
6. Waktu Menurut Alkitab dan Ilmu Pengetahuan
a. Menurut Alkitab
b. Menurut Ilmu pengetahuan Alam
VI. Pengaruh Iman pada Ilmu pengetahuan dan Pengaruh Ilmu Pengetahuan
pada iman
1. Pengaruh Iman Pada Ilmu Pengetahuan
2. Pengaruh Ilmu Pengetahuan pada iman
3. Pengaruh Ilmu Pengetahuan pada Agama Kristen
4. Kritik atas ”Kritik Atas”
5. Anjuran kepada orang Kristen
VII. Kesimpulan Dan Saran
D. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah, tanya jawab/dialog-kreatif, diskusi/lokakarya/seminar
2. Penugasaan terstruktur: penulisan makalah atau laporan kajian buku.
3. Studi kasus, studi banding dan laporan kajian serta implementasi atau pengembangan.
E. EVALUASI:
Akumulasi dan proporsi kehadiran, makalah, laporan kajian buku, diskusi/seminar,
studi kasus dengan pembagian sebagai berikut:
1. Akumulasi dan prosorsi kehadiran 20 %
2. Diskusi/ Seminar/ sudi kasus 30 %
3. Makalah 30 %
4. Laporan kajian Buku 20 %
(Disesuaikan dengan cakupan materi dan waktu yang tersedia)

F. BUKU WAJIB : Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian
Karangan Soetriono, SRDm Rita Hanafie, Penerbit ANDI Yogyajarta, 2007.

G. KEPUSTAKAAN:
Ahmad Tafsir, (1992) Filsafat Umum, Akal dan hati sejak Thales sampai James, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Achmad Sanusi (1998), Filsafat Ilmu, Teori Keilmuan dan Metode Penelitian, Bandung: Program Pasca Sarjana IKIP Bandung.
-------------------(1999), Titik Balik Paradigma Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan, Orasi limiah Pada Wisuda UHAMKA tanggal 31 Juli 1999, Jakarta: Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah UHAMKA.
Branner, Julia. (2002), Memadu Met ode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Samarinda: Pustaka Pelajar.
Capra, Fritjop, (1998), Titik Balik Peradaban: Sains Masyarakat dan Kebangkitan .Kebudayaan, Terjemahan M. Thoyibi, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Conny R. Semiawan, dkk. (1988), Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu, Bandung: Remadja karya.
Endang Saefuddin Anshari, (1982), Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu.
Himsworth, Harold (1997), Pengetahuan Keilmuan dan Pemikiran Filosofi, (Terjemahan Achmad Bimadja, Ph.D), Bandung: ITB Bandung.
Ismaun, (2002), Filsafat Ilmu, Materi Kuliah, Bandung (Terbitan Khusus).
Jammer, Max (1999), Einsten and Religion: Physics and Theology, New Jersey: Princeton University, Press.
Kuhn, Thomas S, (2000), The Structure of Scientific Revolution: Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, Terjemahan Tjun Surjaman, Bandung: Rosda).
Noeng Muhadjir, (1996), Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Iii, Yogyakarta. Rake Sarasin.
--------------------, (1998), Filsafat Ilmu: Telaah Sistematis, Fungsional Komparatif, Yogyakarta: Rake Sarasin.
Redja Mudyahardjo, (2001), Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar, Bandung: Rosda.
Sidi Gazalba, (1973), Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang.
Sudarto (1997), Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tibawi, AL, (1972), Islamic Education, London: Luzak & Company Ltd.
Titus, Harold. H, (1959), Living Issues in Philosophy: An Introductory Book of Readings, New York: The Mac Millan Company.
Zuhairini dkk. (1995), Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Kontrak Pembelajaran STT

KONTRAK PEMBELAJARAN
MATA KULIAH : PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAK
DOSEN : EV. TIMOTIOUS SUKARMAN, S.PAK, M.Th
BOBOT SKS : (3 Sks)
PROGRAM STUDI : S1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SANGKAKALA GETASAN
TAHUN AKADEMIK 2011/2012

A. DISKRIPSI MATA KULIAH
Perkuliahan “Bimbingan Konseling” atau BK, membahas perosalan-persoalan damn cara atau kiatdalam penanganan masalah yang timbulsebagai akibat dari luar diri seseorang dan dari dalam atau faktor lain yang ikut mempengaruhi.
Perkuliahan Bimbingan Koseling bukan hanya mengenai teoritis:pengertian Bimbingan dan Konseling, fungsi, prinsip ,asas dan tujuan Bimbingan dan Koseling, tetapi akan dibahas sampai kepada dasar pemikiran (mengapa) Bimbingan dan Koseling maupun penerapannya dalam praktek serta pemecahan masalah-masalah, yaitu bagaimana suatu permasalahan atau lazim disebut krisis dalam dibantu dalam proses pemecahannya.
Tentu tidak semudah itu untuk membantu seseorang dalam memecahkan permasalah atau krisis yang mereka alami. Perlu pemahaman tentang krisis atau masalah itu sendiri dan dinamika perkembangan krisis serta prosesud secara umum maupun klhusus. Bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus maka prosedur yang dipakai adalah proses atau prosedur secara kristiani. Bagaimana masalah dilihat dari iman, yaitu bahwa Allah turut bekerja dalam setiap permasalahan dan krisis yang dihadapi umatNya untuk tujuan atau maksud baik.
Untuk dapat menjadi seorang konselor yang baik dan berhasil harus memahami asas-asas Bimbingan dan Konseling. Oleh sebab itu beberapa asas BK serta konseling sebagai tugas gereja atau orang-orang percaya akan dibahas secara mendasar. Maka dalam perkuliahan ini digunakan pendekatan teoritis-sistematis, historis maupun komperatif, yaitu Presentasi, diskusi, study kasus dan latihan pemecahan masalah. Dipresentasikan di depan kelas dan dilaporkan dalam bentuk laporan Bimbingan.
B. KD DAN IDIKATOR:
Kompetensi Dasar:
1. Mampu menjelaskan arti Bimbingan dan Koseling
2. Mampu menyebutkan Fungsi dan Prinsip BK
3. Mampu menjelaskan dan menyebutkan asas dan Tujuan BK
4. Mampu menjelaskan Pentingnya BKdi sekolah
5. Mampu mejelaskan pentignya BK di Gereja
6. Mampu menjelaskan tugas Konseling di dalam Gereja
7. Mampu menyebutkan prosedur dalam BK secara umum dan secara Kristiani
8. Mampu menjelaskan asas-asas BK secara umum dan secara kristiani
9. Menjelaskan persoalan Bimbingan dan Koseling serta dapat menolong sesuai dengan kapasitas dan keahlianya.
Indikator Hasil Belajar
Setelah selesai proses pembelajaran, mahasiswa diharapkan:
a. Mahasiswa mampu mendripsikan kembali Arti Bimbingan dan Koseling
b. Mahasiswa dapat menyimpulkan arti BK sesuai dengan pemabahananya sendiri
c. Mahasiwa mampu menjelaskan Fungsi dan Prinsip BK
d. Mahasiswa dapat menyebutkan Fungsi BP
e. Mahasiwa dapat menyebutkan Prinsip BK
f. Mahasiswa dapat menjelaskan Pentingnya BKdi sekolah
g. Mahasiswa dapat mejelaskan pentignya BK di Gereja
h. Mahasiswa dapat menjelaskan tugas Konseling di dalam Gereja
i. Mahasiswa dapat menyebutkan prosedur dalam BK secara umum dan secara Kristiani
j. Mahasiswa dapat menjelaskan asas-asas BK secara umum dan secara kristiani
k. Mahasiswa dapat menjelaskan persoalan Bimbingan dan Koselin
l. Mahasiswa dapat menolong permasalahan yang dihadapi konsili sesuai dengan kapasitas dan keahlianya.
C. URUT-URUTAN DALAM PEMEBLAJARAN
Pertemuan 1:
Membahas:
1. Introduksi dan Orientasi Mata Kuliah (Penjelasan Kontrak pembelajaran seperti di atas)
2. Orientasi ruang lingkup Mata Kuliah (seperti tercantum di bawah ini)
3. Kebijaksanaan perkuliahan dan penilaian hasil belajar (Berdasarkan : Partisipasi dan kehadiran, Nilai tugas pribadi dan kelompok, Prsentasi kelompok dan Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir semester)
4. Buku ajar yang digunakan
5. Hal-hal yang esensial dari pengalaman pelaksanaan perkuliahan
6. Uji Kompetensi:
Setiap mahasiswa menjawab pertanyaan berikut ini:
a. Jelaskan arti Bimbingan dan Koseling yang saudara ketahui
b. Sebutkan 2 Fungsi Bimbingan Konseling bagi orang yang punya masalah!
c. Jelaskan Pentingnya BKdi sekolah
d. jelaskan pentignya BK di Gereja
e. Apakah perbedaan BK secara umum dan secara Kristiani!
Pertemuan 2:
1. Mengumpulkan Tugas Uji Kompetensi
2. Menjelaskan arti Bimbingan dan Koseling
3. Tugas :
Menyimpulkan Arti Bimbingan dan Koseling
Pertemuan 3:
1. Menjelaskan dan menyebutkan Fungsi dan Prinsip BK
2. Tugas :
a. Diskusi Kelompok tentang Fungsi BK
b. Menyimpulkan Fungsi dan Prinsip BK

Pertemuan4:
1. Menjelaskan Pentingnya BK
Pentingnya BK di sekolah
2. Study Kasus
3. Latihan memecahkan permasalahan yang dialami oleh anak-anak atau siswa.
4. Menyimpulkan pentingnya BK di Sekolah.
Pertemuan 5:
1. Menjelaskan mejelaskan pentignya BK di Gereja
2. Study Kasus
3. Latihan memecahkan permasalahan yang dialami oleh Jemaat.
4. Menyimpulkan pentingnya BK bagi warga Gereja.
Pertemuan 6:
1. Pemutaran Film AIR MATA DOA
2. Menjelaskan permasalahan yang terjadi sesuai dengan Film yang ditonton
3. Tugas :
a. Setiap Mahasiswa memberi komentar secara tertulis terhadap apa yang telah dilihat dalam sinetron Air Mata Doa.
b. Latihan memecahkan permasalahan yang dialami oleh:
Suami
Isri dan anak.

Pertemuan 7:
1. Mengumpulkan Tugas (Pertemuan 6)
2. Test Tengah Semester

Pertemuan 8:
1. Menjelaskan Bimbingan dan Konseling tugas Gereja
2. Menyimpulkan Bimbingan Konseling tugas Gereja

Pertemuan 9:
1. Prosedur dalam BK secara umum dan secara Kristiani
2. Latihan Bimbingan dan Konseling berdasarkan Prosedur secara Kristiani
(Masing-masing mencari pasangan), Hasil bimbingan dilaporkan secara tertulis!
Pertemuan10:
1. Menjelaskan asas-asas BK secara umum dan secara kristiani
2. Menyimpulkan kembali asas-asas dalam BK secara umum dan secara Kristriani
3. Tugas:
Setiap Mahasiswa mengadakan penelitian atau pengamatan secara langsung mengenai penanganan masalah dengan asas-asan secara Kristiani, dengan mendata akibat jika dengan konselor melanggar asas yang ada.

Pertemuan11:
1. Mengumpulkan tugas penelitian atau pengamatan
2. Diskusi kelompok (Bahan disediakan oleh Dosen Pengampu : persoalan Bimbingan dan Koseling dan cara mengatasinya)
3. Mahasiswa mempresentasikan di depan kelas!
Pertemuan12:
1. Mahasiswa mempresentasikan di depan kelas hasil diskusi: persoalan Bimbingan dan Koseling dan cara mengatasinya.
2. Penjelasan Tugas akhir dan Tes Akhir semester


Pertemuan13:
1. Mengumpulkan tugas akhir
2. Tets Akhir Semester :
Bahan: Menolong permasalahan yang dihadapi konsili sesuai dengan kapasitas
dan keahlianya serta sesuai dengan prinsip dan asas BK secara Kristiani.

D. PENILAIAN :
1. Partisipasi dan kehadiran 10 %
2. Tugas Pribadi Terstrukur 15 %
3. Laporan Bimbingan 25%
4. Prsentasi 15 %
5. UTS 20%
6. UAS 15%



Salatiga, 17 Agustus 2011
Dosen pengampu
Ev.Timotius Sukarman

Kontrak Pembelajaran STT

KONTRAK PEMBELAJARAN
MATA KULIAH : PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAK
DOSEN : EV. TIMOTIOUS SUKARMAN, S.PAK, M.Th
BOBOT SKS : (2 Sks)
PROGRAM STUDI : S1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SANGKAKALA GETASAN
TAHUN AKADEMIK 2011/2012

A. DISKRIPSI MATA KULIAH
Perkuliahan Perencanaan pembelajaran PAK memberi wawasan yang luas bagi calon Guru PAK dalam mewujudkan pembelajaran yang aktif,kreatif, inovatif dan menyenangkan atau lebih di kenal dengan “PAKEM”. Di samping mahasiswa mendapat teori perencanaan pembelajaran, juga bagaimana dapat menyiapkan/ merencanakan pembelajaran dengan Kurikulum yang baru, yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan), dengan mengembangkan Silabus, model pembalajaran dan membuat atau menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PAK.
Dalam studi ini digunakan pendekatan teoritis-sistematis, historis maupun komperatif, yaitu Presentasi, diskusi, study banding dan pengalaman lapangan. Dari hasil pengamatan langsung, baik melalui literatur maupun ke Sekolah-sekolah kemudian dipresentasikan di depan kelas dan dilaporkan dalam bentuk produk (dalam bentuk RPP maupun Model Pembelajaran).

B. STANDAR KOMPETENSI:
Mahasiswa memiuliki wawasan yangmemadai tentang berbagai aspek teoritis perencanaan pembelajaranPAK, menyadari tanggungjaeasn guru, serta menunjukkan kebiasaan mengajar PAK secara terencana.
C. KOMPETENSI DASAR:
1. Mampu memjelaskan pengertian perencanaan pembelajaran
2. Mampu menjelaskan perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistim
3. Mampu menjelaskan perencaaan pemnbelajaran dalam konten KBK-KTSP
4. Mampu mengembangkan model-model perencanaan pembelajaran
5. Mampu membuat pengembangan silabus
6. Mampu membuat RPP PAK
7. Mampu membuat modul pembelajaran PAK
8. Mampu membuat rencana sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.

D. URUT-URUTAN PEMBELAJARAN :
1. Introduksi (penjelasan perkuliahan)
2. Menjelaskan pengertian perencanaan pembelajaran
3. Menjelaskan perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistim
4. Menjelaskan perencaaan pemnbelajaran dalam konten KBK-KTSP
5. Mengembangkan model-model perencanaan pembelajaran
6. Membuat pengembangan silabus
7. Praktek Membuat RPP PAK
8. Praktek membuat modul pembelajaran PAK
9. Membuat membuat rencana sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.

E. INDIKATOR HASIL BELAJAR:
Setelah selesai proses pembelajaran, mahasiswa diharapkan:
1. Dapat menjelaskan pengertian perencanaan pembelajaran
2. Dapat menjelaskan perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistim
3. Dapat menjelaskan perencaaan pemnbelajaran dalam konten KBK-KTSP
4. Dapat mengembangkan model-model perencanaan pembelajaran
5. Dapat mengembangkan silabus
6. Dapat membuat RPP PAK
7. Dapat membuat modul pembelajaran PAK
8. Dapat membuat rencana sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.

F. URAIAN POKOK BAHASAN SETIAP PERTEMUAN:
Pertemuan 1:
Membahas:
1. Introduksi dan Orientasi Mata Kuliah (Penjelasan Kontrak pembelajaran seperti di atas)
2. Orientasi ruang lingkup Mata Kuliah (seperti tercantum di bawah ini)
3. Kebijaksanaan perkuliahan dan penilaian hasil belajar (Berdasarkan : Partisipasi dan kehadiran Nilai tugas mempuat RPP; Tugas membuat produk, Prsentasi kelompok dan Ujian Akhir Semester)
4. Buku ajar yang digunakan
5. Hal-hal yang esensial dari pengalaman pelaksanaan perkuliahan
6. Uji Kompetensi (fre Test)
Setiap Mahasiswa mengerjakan soal-soal di bawah ini:
a. Jelaskan menurut pendapatmu apa itu perencanaan pembelajaran!
b. Jelaskan perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistim atau ketentuan yang ada, yaitu sesuai dengan KBK-KTSP!
c. Apakah model-model perencanaan pembelajaran?
d. Mengapa Model Pembelajaran hasil dikembangkan?
e. Apakah RPP(Rencana pelaksanaan pembelajaran?
Pertemuan 2:
1. Mengumpulkan Tugas Uji Kompetensi atau tes awal perkulihanan
2. Menjelaskan pengertian perencanaan pembelajaran
3. Komponen-komponen Pembelajaran PAK
Pertemuan 3:
1. Menjelaskan perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistim
2. Rencana Pembelajaran yang Sesuai dengan sistem KBK-KTSP
3. Tugas Menyimpulkan:
a. Apakah Perencanaan pembelajaran PAK
b. Perencaaan Pembalajaran sesuai dengan sistem (KBK-KTSP)
c. Komponen-komponen Pembelajaran PAK
Pertemuan 4:
1. Mengumpulkan tugas menyimpulkan atau ringkasan materi pertemuan 2 dan 3)
2. Menjelaskan perencaaan pembelajaran dalam konten KBK-KTSP
3. Pengertian KBK
4. Pengertian KTSP
Pertemuan 5:
1. Cara mengembangkan model-model perencanaan pembelajaran
2. Prinsip-prinsip dalam mengembangkan model-model pembelajaran
3. Tugas : Membuat Model Pembelajaran Tematik (Kelas 1 s/d 3)
Pertemuan 6:
1. Mengumpulkan tugas Model pembelajaran Tematik
2. Arti Silabus
3. Pengembangan silabus
4. Prinsip Pengembangan Silabus
5. Tugas : Meringkas :
Pengertian Silabus dan prinsip dalam pengembangkan silabus.

Pertemuan 7:
1. Mengumpulkan tugas Model pembelajaran Kelas 4
2. Mempresentasikan di depan kelas
3. Menyimpulkan bersama
Pertemuan 8:
1. Silabus PAK dan arah pengembangan untuk:
a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
Pertemuan 9:
1. Pengertian RPP
2. Komponen dalam RPP
3. Prinsip membuat RPP PAK
4. Tugas : Membuat RPP PAK
Pertemuan 10:
1. Mengumpulkan RPP PAK
2. Mempresentrasikan di depan kelas (RPP yang sudah dibuat)
3. Menyimpulkan bersama:
4. Tugas : Membuat RPP PAK kelas 1
Pertemuan 11:
1. Mengumpulkan RPP PAK
2. Mempresentrasikan di depan kelas (RPP yang sudah dibuat)
3. Menyimpulkan bersama:
4. Tugas : Membuat RPP PAK kelas 2
Pertemuan 12:
1. Mengumpulkan RPP PAK
2. Mempresentrasikan di depan kelas (RPP yang sudah dibuat)
3. Menyimpulkan bersama:
4. Tugas : Membuat RPP PAK kela s4
Pertemuan 13:
1. Mengumpulkan RPP PAK
2. Mempresentrasikan di depan kelas (RPP yang sudah dibuat)
3. Menyimpulkan bersama:
4. Tugas : Membuat RPP PAK kelas 5 dan 6
5. Penjelasan tugas membuat produk (Model pembelajaran dan RPP)
Pertemuan 14:
1. Mengumpulkan tugas Produk
2. Test Akhir Semesten (TAS)

G. PENILAIAN :
1. Partisipasi dan kehadiran 10 %
2. Tugas mempuat RPP 25 %
3. Tugas membuat produk 25 %
4. Prsentasi 20 %
5. UAS 20%

H. TUGAS :
1. Membuat RPP
1. Setiap Mahasiswa membuat RPP sesuai dengan ketentuan dari Dosen Pengampu (dikumpul sebelum Ujian Akhir Semestes)
2. Membuat Model Pembelajaran lengkap dengan alat peraga atau Media yang sesuai dengan materi, metode dan strategi yang dipakai. (dikumpul sebelum Ujian Akhir Semestes)

J. DAFTAR REFRFENSI :
1. Pedoman BSNP
2. Pedoman KTSP
3. Peranngkat KTSP
4. Contoh RPP PAK
Salatiga, 17 Agustus 2011
Dosen pengampu
Ev.Timotius Sukarman,M.Th

Kontrak Pembelajaran STT

KONTRAK PEMBELAJARAN
MATA KULIAH : KURIKULUM PAK
DOSEN : EV. TIMOTIUS SUKARMAN, S.TH, S.PAK, M.TH
BOBOT SKS : 2 SKS

PROGRAM STUDI : S1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SANGKAKALA GETASAN
TAHUN AKADEMIK 2011/2012

I. DESKRIPSI MATA KULIAH
Pekuliahan “Kurikulum PAK” membahas Berbagai hal tentang Kurikulum yang pernah dipakai, mulai kurikulum 74, 84, KBK (2004) dan KTSP tahun 2006. Dalam perkuliahan ini, akan membahas Kurikulum Pendidikan Agama Kristen secara umum, kemudian pengembangan Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Perangkat KTSP serta evaluasi atau penilaian berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Mengingat KTSP 2006, masih termasuk Kurikulum baru bagi setiap sekolah terutama guru PAK, maka dalam mengimplemintasikan Kurikulum Operasional ini dibutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai KTSP. Perkuliahan ini akan membekali calon guru PAK dalam mengimplementasi atau menerapkan KTSP sesuai dengan kemampuan dan kekhasan dari satuan pendidikan.
Dalam studi ini digunakan pendekatan, teoritis-sistematis, historis, maupun komparatif, yaitu diskusi, studi banding dan pengenalan lapangan. Dari hasil pengamatan langsung, kemudian dipresentasikan di depan kelas dan mempraktekan langsung.

II. Standar Kompetensi :
Mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadahi tentang berbagai aspek teori kurikulum dan implementasinya dalam pendidikan agama Kristen, menyadari peranannya sebagai pengembang kurikulum PAK dan mempraktekkan keinginannya untuk selalu mengembangkan kurikulum PAK

III. Komptensi Dasar
1. Mampu menjelaskan hakekat kurikulum dan KBK
2. Mampu menguraikan asas-asas pengembangan kurikulum
3. Mengidentifikasi kedudukan dan peran kurikulum PAK dengan sistem pendidikan
4. Menganalisa kurikulum PAK
5. Mengimplementasi KTSP
6. Menghayati peran guru dalam penyusunan dan pengembangan KTSP
7. Merencanakan pengembangan kurikulum PAK berdasarkan KTSP
8. Mengidentifikasi komponen KTSP
9. Merencanakan evaluasi


IV. Indikator
a. Mahasiswa mampu mendiskrepsikan Kurikulum dan KBK
b. Mahasiswa dapat menjelaskan asas-asas Pengembangan Kurukulum
c. Mehasiswa dapat mejelaskan KTSP sebagai pendograk Kualitas Pendidikan
d. Memahami dan memaknai standar isi KTSP, Kerangka Dasar Kurikulum, Struktur Kurikulum, Beban Belajar, dan Kalender Pendidikan
e. Memahami dan menjabarkan SK Lulusan, SKL/SKBM, SK dan KD (SKKD): SD, SMP, SMA/SMK
f. Dapat menjabarkan KD ke dalam Indikator dengan memakai kata-kata kerja operasional serta dapat menjabarkan KD ke Indikator
g. Dapat menjabarkan KD ke Indikartor dan Intikator ke Tujuan pembelajaran serta dapat mendesain materi berdasarkan Indikator
h. Dapat mengembangkan KTSP
i. Dapat menyusun KTSP
j. Dapat menyebutkan komponen KTSP dengan 4 Pilar
k. Dapat membuat perangkat KTSP, yaitu menghitung alokasi waktu, pemetaan, menghitung SKL, progam Tahunan dan Promesw
l. Dapat membuat RPP Karekter

V. TUJUAN MATA KULIAH
Setelah menempuh mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memiliki dasar pemikiran yang mendalam mengenai Kurikulum KTSP.
b. Memiliki wawasan yang luas dalam mengembangkan silabus.
c. Dapat membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
d. Dapat membuat Rencana Harian ( RH )
e. Menghitung Standart Ketuntasan Miniml (SKM)
f. Membuat Perangkat KTSP
g. Memahami Penilaian KTSP
h. Menyusun Instrumen Penilaian dan melaksanakan Penilaian
i. Mahasiswa juga diharapkan mampu membina dan mengembangkan program pengajaran serta memecah persoalan pendidikan pada umumnya, dan khususnya yang berkaitan dengan penerapan KTSP PAK.

VI. URAIAN POKOK BAHASAN SETIAP PERTEMUAN
Pertemuan 1
Membahas :
• Introduksi dan orientasi tujuan Mata Kuliah (seperti tersebut diatas)
• Orientasi ruang lingkup mata kuliah (seperti tercantum di bawah ini)
• Kebijaksanaan penilaian hasil belajar (berdasarkan kehadiran, keaktifan dalam kelas, presensi, TTS, TAS, tugas kelompok kecil, dan tugas mandiri)
• Introduksi tugas yang harus diselesaikan dalam satu semester.
• Buku ajar yang digunakan dan sumber belajar lainnya (tercantum dibagian bawah)
• Hal-hal lain yang esensial dari pengalaman pelaksanaan perkuliahan
• Uji kompetensi:
a. Apa yang Anda ketahui tentang Kurikulum?
b. Apa yang Anda ketahui tentang Kurikulum KBK?
c. Apa yang Anda ketahui tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
d. Apa yang ingin Anda ketahui tentang Kurikulum KTSP PAK?
e. Apakah hubungan memahami Kurikulum PAK dengan tugas mengajar atau mendidik?

Pertemuan 2
1. Membahas hakekat dan arti kurikulum KBK. antara lain, sejarah munculnya KBK tahun 2004.
2. Tugas:
Pada pertemuan ke-2 tagihan 1 setiap mahasiswa secara individual harus mengumpulkan tugas (UJI KOMPETENSI).

Pertemuan 3
1. Presentasi Kurikulum KTSP 2006
2. Tugas menyimpulkan:
a. Apa itu KTSP?
b. Guna, Fungsi KTSP dalam dunia pendidikan sekarang ini?
c. Bagaimana kesiapan Sekolah dalam menerapkan KTSP?

Pertemuan 4
1. Prinsip-prinsip pengembang KTSP
2. Penjelasan Tugas (untuk didiskusikan dalam kelompok) pentingnya memahami KTSP 2006.

Pertemuan 5
1. Presentasi komponen KTSP
2. Pengantar Diskusi:
3. Dalam kelompok kecil, mahasiswa berdiskusi tentang pentingnya Mata Kuliah Kurikulum PAK ini bagi tugas pembelajaran di kemudian hari, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. (Hasil diskusi akan dipresentasikan di depan kelas pada pertemuan ke 6,7)

Petemuan 6
1. Ketuntasan Belajar Minimal
2. Praktek menghitung SKM
3. Menyimak Presentasi Kelompok 1


Pertemuan 7
1. Pengembangan Silabus KTSP
2. Langkah-langkah pengembangan Silabus
3. Menyimak Presentasi dari mahasiswa kelompok 2

Pertemuan 8
1. SK dan KD SD s/d SMA/SLTA PAK
2. Menganalisa SK dan KD dalam kelompok

Pertemuan 9
Tes Tengah Semester
Bahan Pertemuan 1 s/d 8

Pertemuan 10
1. Penentuan Jenis Penilaian (Evaluasi KTSP)
2. Diskusi tentang penilaian KTSP

Pertemuan 11
1. Perhitungan Alokasi waktu dan Pemetaan
2. Praktek menghitung alokasi waktu

Pertemuan 12
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Tugas : Praktek mengisi kolom-kolom Silabus

Pertemuan 13
1. Guru dan KTSP
2. Tugas : Mahasiswa mengerjakan tugas kelompok kecil yang singkat tentang pembuatan RPP.

Pertemuan 14
1. Tugas: Mahasiswa mengerjakan tugas kelompok kecil yang singkat tentang Pengembangan RPP- Karakter dan dengan empat pilar.

Pertemuan 15:
1. Pengumpulan tugas mandiri
2. Tes Akhir Semester

VII. SISTEM PENILAIAN
a. Absen dan keaktifan dalam kelas 15 %
b. Diskusi dalam Kelompok dan Presentasi dalam kelas 15 %
c. Tugas mandiri 20 %
d. Tes Tengah Semester 20 %
e. Tes Akhir Semester 30 %

VIII. DAFTAR REFERENSI:
a. Pedoman BSNP
b. Pedoman KTSP
c. Evaluasi Pembelajaran (Asep Jihad) Multimedia
d. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (Mulyasa) Rosda
e. Penilaian hasil Belajar (Harun Rasyid)
f. Perencanaan pembelajaran (Abdul Majid)
g. Model-model Pembelajaran Aktif PAK, SD, SMP, SMA Berbasis Kompetensi (Oditha R. Hutabarat)
h. Perencanaan Pendidikan (Udin Sye3fudin Sa”ud)
i. Perencanaan Pembelajaran (Lukmanuel Hakim)

Dosen dapat dihubungi melalui:
e-mail :timotius.sukarman @yahoo.co.id
www.blogger.com. Id: timotius.sukarman @yahoo.co.id
Alamat : Jalan P. Diponegoro 123B, Salatiga
Telepon Rumah (0298) 32104 HP 085229616816

Salatiga, 10 Desember 2011
Dipersiapkan oleh:


Ev. Timotius Sukarman, M.Th

Pelayanan, Karier dan keluarga

Pelayanan adalah Kesempatan
Kisah 16: 13-18.

Menurut Kisah 16: 12, Kota Pilipi adalah kota perantauan orang Roma. Sedikit kisah tentang orang Roma yang di Pilipi, nanum ada sedikit catatan: mereka pedagang, tetapi juga ada tukang ramal dan pejabat. Mereka sudah beribadah, tetapi herannya mereka belum percaya kepada Tuhan Yesus. Filipi adalah kota pertama mekadonia yang menjadi sasaran kunjungan Paulus dan Silas.. Ini Kesempatan bagi Paulus untuk memberitakan Injil.
Berbicara tentang pelayanan adalah kesempatan, kita harus belajar bagaimana Paulus menangkap kesempatan atau menggunakan kesempatan yang ada, tentu kita harus ingat siapa sebenarnya penulis Kisah para Rasul 16. Penulis Kisah Para Rasul adalah Lukas, seorang Dokter. Ditengah-tengah kibukan mengobati pasien, mencari uang dan aksi kemanusiaan, menolong orang dari berbagai penyakit, tetapi kesempatan yang ada tidak pernah sia-siakan oleh Dr.Lukas. Setiap apa yang dialami dalam berkeliling dari kota ke kota dan dari desa-ke desa, ia abadikan dan saksikan melalui tulisannya. Injil Lukas dan Kisah para Rasul yang memuat sejarah pelayanan Rasul Paulus. Khusus dalam pasal 16: 13-18, adalah bagaimana Rasul Paulus berhasil menangkap , menggunakan kesempatan.



Bagaimana menangkap kesempatan?
Ada ungkapan bijak berbunyi demikian: "Orang bodoh membuang kesempatan, orang biasa menunggu kesempatan, orang pintar mencari kesempatan." Dalam pekerjaan Tuhan sangat penting bagi para pelayan Tuhan untuk menangkap setiap kesempatan memanfaatkan dan mengunakan untuk memajukan pekerjaan Tuhan di dunia ini.
Ada beberapa prinsip pelayanan Paulus yang di Eropa, yang dimulai dari kota Filipi yang bisa kita pelajari. Pertama, Paulus mencari ”tempat’ sebagai jembatan penghubung untuk menjangkau orang-orang di Filipi. Ia pergi ke tempat sembahyang Yahudi (sinagoge). Selain bertemu dengan orang-orang Yahudi, mereka juga berjumpa dengan orang-orang nonYahudi yang ikut beribadah. Sejumlah orang bertobat termasuk Lidia, seorang wanita pengusaha dari Tiatira (13-14).
Kedua, Paulus memanfaatkan dukungan jemaat. Ketika Lidia meminta Paulus dan tim untuk menginap di rumahnya, mereka menyambut dengan baik. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik, di mana ada orang-orang yang bersedia menjadi partner (rekan) dalam pekerjaan misi (15). Dalam Perjanjian Baru dicatat banyak nama yang menjadi partner (rekan sekerja) Rasul Paulus dalam penyebarluasan berita Injil. Bermula dari rumah Lidia, Paulus dapat memberitakan Injil di Filipi sehingga Kepala penjara di Filipi dan seisi rumah percaya kepada Tuhan Yesus dan dibaptis (Kisah 16: 19-34).
Ketiga, siap menghadapi tantangan. Dalam pekerjaan Tuhan, cepat atau lambat pasti akan ada tantangan yang dihadapi. Kali ini Iblis memakai roh tenung untuk mengganggu pelayanan Paulus dan Silas (16-17). Memang apa yang dikatakan roh tenung itu benar dan mengkonfirmasikan pelayanan Paulus. Namun roh jahat tidak dapat ditolerir karena mereka tidak mau percaya dan menyembah Yesus. Paulus akhirnya mengusir roh jahat tersebut (18).
Menurut Nats di atas ada beberapa hal yang dilakukan dalam menangkap kesempatan, yaitu:
1. Berkeliling dari kota ke kota (Bandingkan Bagaimana Tuhan Yesus memulai pelayanannya : ( Matius 9: 35) Ia berkeliling ke semua kota dan Desa).
2. Mencari tempat sembahyang (Rumah Ibadah orang Yahudi)
3. Berbicara (mengajar), bersaksi, membaptis dan mengusir roh tenung.
Adapun hasil yang didapat adalah:
1. Menemukan orang yang membutuhkan keselamatan
2. Tuhan membuka hati Lidia, sehingga menerima Paulus di rumahnya.
3. Melalui Lidia banyak orang percaya dan banyak orang yang dibaptis.

Mari kita belajar dari prinsip pelayanan Paulus di atas untuk kita terapkan pada konteks pelayanan kita. Tangkaplah setiap kesempatan pelayanan sebaik mungkin untuk kemajuan pemberitaan Injil. Jangan lupa untuk mengembangkan kemitraan dengan orang yang punya hati untuk melayani. Terus dekati, lakukan pendekatan dengan bahasa dan budaya mereka. Ikutkan dalam setiap kesempatan pelayanan. Ajak untuk memikirkan akan kebutuhkan jemaat. Ubah cara pandang kita, bahwa Tuhan bisa memakai siapa saja, dengan latar belakang atau masa lalu yang baik, maupun buruk.
Dalam pekerjaan Tuhan sangat penting bagi para pelayan Tuhan untuk menangkap setiap kesempatan untuk memajukan pekerjaan Tuhan di dunia ini. Tunggu kapan lagi. Tanda-tanda hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua sudah dekat.
Hal penting yang menjadi perenungan adalah bahwa: Pelayanan bagi orang percaya adalah kehendak Tuhan, pelayanan adalah panggilan, bahkan pelayanan adalah hal yang utama sepanjang hidup ini. Berdasarkan hasil penelitian di dapat data sebagai berikut: Yang setuju bahwa pelayanan adalah hal yang utama dalam sepanjang hidup adalah 48 % atau 72 orang dari jumlah 150 responden. Sedangkan terhadap pernyataan bahwa pelayanan menjadi hidup lebih bermakna baik bagi diri sendiri, maupun bagi sesama adalah 90, 6%. Sebagian besar orang-orang yang sudah melakukan pelayanan mengalami atau merasakannya, dan hanya sebagian yang merasakan atau mengalami bahwa dengan pelayanan hidup lebih bermakna adalah 9,4% atau 14 orang dari jumlah 150 responden.
Berdasarkan hasil temuan di atas, kita disadarkan, bahwa pelayanan adalah kesempatan untuk hidup lebih bermakna. Maka jangan sia-siakan kesempatan ini, mulailah setapak dengan melayani pekerjaan Tuhan. Rasul Paulus berkata: ”Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (I Kor.15:58).


Oleh : Ev. Timotius Sukarman, M.Th
085229616816

Pelayanan, Karioer dan keluarga

Pelayanan
Oleh : Ev. Timotius Sukarman. M.Th


Sebelum saya paparkan mengapa pelayanan, kisah seorang pekerja, berkarier, yang akhirnya lebih mengutamakan pelayanan berikut ini akan menginpirasi kita dalam kita melilih yang utama dalam hidup ini.
Setelah tiga puluh tahun, seorang itu rumah tangga yang juga bekerja dan berkarier di Kantor sebuah Bank yang basar, memutuskan untuk berhenti bekerja (berkarier). Pekerjaan yang sudah ditekuni selama 30 tahun, dengan posisi dan jabatan yang tinggi, dengan gaji dan bonus yang besar itu harus ditinggalkan karena hidupnya merasa seperti “penjara” tidak bebas dan hidup seperti “mesin”. Hidup dikuasai oleh pekerjaan, taget dan uang. Tidak ada waktu untuk keluarga apalagi untuk Tuhan. Tidak ada damai dalam hidupnya, apalagi bahagia bersama suami dan keempat anak perempuannya.
Satu tahun setelah ia meninggalkan pekerjaan dan segala fasilitas yang mewah, dan masuk dalam pelayanan, hidup terasa indah dan bermakna bagi keluarga dan sesama. Setiap hari ia bisa mengatur waktunya. Kapan untuk suami, untuk anak-anak yang banyak membutuhkan perhatian, pekerjaan rumah tangga dan untuk Tuhan (pelayanan). Maka sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang sudah menolong dan menyelamatkan hidup dan keluarganya, ia menutuskan untuk melayani Tuhan secara penuh.
Kita mungkin bertanya, mengapa dan apa hasilnya setelah melayani Tuhan? Baiklah kita belajar dari pengalaman ibu tersebut dan kesaksian dan nasehat rasul Paulus dalam II Timotius 1:9. “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, ......“
Surat II Timotius ditulis dipenjara di Roma pada masa tahanan yang ke-2, yaitu pada tahun 65. Kali ini keadaan di tempat tahanan lebih berat dibandingkan masa tahanan yang pertama tahun 60-62, karena pada masa itu Paulus diperkenankan tinggal dirumah kontrakannya sendiri (sebagai tanahan luar). Tetapi pada masa tahanan ke-2 ia benar-benar berada dalam penjara (1:8), bahkan Ia dibelenggu (1:16) dan diperlakukan sebagai seorang penjahat (2:9). Rasul Paulus sudah menjalani persidangan pertama, dan Paulus menduga akan dihukum mati dalam waktu dekat (4:6). Semua teman-temannya sudah meninggalkan Paulus, kecuali Lukas. (Penulis Kisah Para Rasul).
Dalam masa kesepian dan firasat kematian, Rasul Paulus sangat merindukan kedatangan Timotius pada saat-saat terakhir hidupnya. Kerinduan akan Timotius serta anjuran kepadanya untuk setia dalam pelayanannya merupakan motif utama dari penulisan surat II Timotius. (Paulus tidak jadi hukum mati. Sekali lagi ia dibebaskan, lalu ia pergi ke Spanyol (th 66). Ketika masih di Spanyol atau sekembalinya di Roma, Paulus dihukum mati (tahun 66/67).

Diselamatkan untuk melayani
(2 Tim 1:9)
Alkitab mengatakan: ” Dialah yang menyelamatkan kita dan memilih kita untuk pekerjaanNya yang kudus, bukan karena kita layak, melainkan karena itulah yang telah dikaruniakanNya”
Allah menebus kita, supaya kita bisa melakukan ”pekerjaan kudusNya”. Kita tidak diselamatkan oleh pelayanan, tetapi kita diselematkan untuk sebuah pelayanan.
Dalam Kerajaan Allah, kita memiliki sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran atau fungsi untuk dilaksanakan. Ini memberi arti dan nilai, makna yang luar biasa kepada hidup kita. Tuhan Yesus harus mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk membeli keselamatan kita. Alkitab mengingatkan kita: “Allah telah membeli kamu dengan harga yang sangat mahal. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (I Kor. 6:20). Lebih lanjut Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma, supaya ”mempersembahkan tubuh” sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Itu adalah ibadahmu yang sejati ( Roma 12:1).
Rasul Paulus menasihatkan untuk menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada kehendak Allah. Seluruh pikiran, perkataan, perbuatan dan seluruh kemampuan serta kekuatan yang berarti mempersembahkan seluruh kehidupan untuk Allah.
Di jaman Paulus, pengorbanan selalu berarti pembunuhan. Di dalam praktek agama Yahudi korban dibawa ke hadapan imam, dosa orang yang membawa persembahan tersebut kemudian diampuni. Korban tersebut dibunuh. Ini mengingatkan kepada setiap orang bahwa upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Paulus mengatakan bahwa persembahan kita adalah persembahan yang hidup, bukan yang mati. Berarti mempersembahkan hidup kepada Allah untuk pelayanan, tidak lagi hidup untuk diri sendiri, keluarga dan pekerjaan, tetapi untuk kemuliaan Tuhan.
Paulus selalu mengingatkan bahwa tubuh adalah hal yang penting dalam pengertian kekristenan mengenai banyak hal. Tubuh merupakan anggota Kristus (I Kor 6:15). Tubuh adalah Bait Roh Kudus (I Kor 6:19), Paulus berkata kita harus menjadi kudus baik didalam tubuh maupun didalam jiwa dan didalam perbuatan.
Menurut Rasul Paulus Ibadah sejati itu berhubungan dengan akal yaitu akal yang benar dan bersifat rohaniah. Akal merupakan bagian dari tubuh dan merupakan kemauan untuk berbuat baik. Paulus melanjutkan diayat 2, “.....jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu.....”. Apa yang dilakukan dengan akal, pikiran, atau hati (heart) sangat menentukan pembentukan karakter dari seseorang. Bagi Paulus perubahan yang diharapkan dari orang Kristen ialah perubahan hati (heart) yang terwujud dalam seluruh kehidupan yang dipengaruhi oleh akal yang sehat dalam setiap pelayanan, karier dan keluarga.
Maka dapat disimpulkan bahwa apabila akal, pikiran, hati kita diisi dengan pemikiran-pemikiran yang bermutu dan mendisiplinkan diri dengan kebenaran-kebenaran Alkitab, Firman Tuhan maka kita akan bertumbuh dalam kebajikan dan berguna bagi Allah dan sesama. Sehingga hidup ini tidak lagi serupa dengan dunia yang hanya mementingkan hal-hal yang duniawi, pekerjaan, karier, hoby, jabatan dan uang, melainkan telah diubah oleh pembaharuan budi yang baik yang berkenan kepada Allah dengan melakukan pelayanan sebagai wujud kasih atas pengorbanan Tuhan Yesus dan kasih kepada sesama.
Istilah lain dalam bahasa Inggris untuk “melayani Allah” yang salah dimengerti oleh banyak orang kristen adalah kata ”MINISTRI” (Pelayanan sebagai Pendeta). Tetapi Allah berkata setiap anggota keluarga-Nya merupakan seorang pelayan (ministri). Di dalam Alkitab, kata hamba (Servant) dan pelayan (Ministri) adalah sinonim, seperti hanya service dan ministry. Jika kita seorang Kristen, kita merupakan seorang pelayan (ministry) dan kita melayani (service atau pun Ministry). Contoh : Ibu Mertua Petrus.....”Bangun dan mulai melayani Tuhan Yesus.... ” (Matius 8: 15).

Dipanggil dan diutus untuk melayani
Alkitab mengatakan: Allah menyelamatkan kita dan memanggil kita supaya menjadi umat-Nya sendiri, Ia melakukan itu bukan berdasarkan apa yang kita kerjakan, melainkan berdasarkan rencana-Nya sendiri (Fil.3: 14). Rasul Petrus menambahkan, kamu dipilih untuk memberitakan sifat-sifat mulia Allah yang memanggilmu. (I Pertus 2: 9).
Pertama Tuhan Yesus memanggil dan mengutus kedua belas murid untuk memberitakan kuasa Allah, mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. (Matius 10:1-15). Kemudian pemanggilan, pemilihan dan pengutusan itu dilanjutkan oleh Para Rasul, yaitu dengan memilih Matias sebagai pengganti Yudas (Kisah 1: 15-26).
Setelah jemaat menjadi banyak, karena kuasa Roh Kudus pada hari pentakusta (hari turunNya Roh Kudus), dari 12 orang menjadi , 120 Orang (Kisah 1: 15). Kemudian setelah petrus berkotbah bertambah kira-kira 3.000 orang lebih Kisah 2:41) dan ketika dua orang mengajar= berbicara (Petrus dan Yohanes), orang yang mendengar ajaran mereka menjadi percaya, sehinga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki). Dari ketekunan dalam pengajaran dan persekutuan dan dalam pelayanan mereka sebagai jemaat yang mula-mula, mereka disukai semua orang dan Tuhan terus menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Jumlah orang yang percaya terus bertambah. Setelah mereka mendengar ajaran rasul-rasul banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki. Jadi belum yang perempuan yang bisa diperkirakan akan lebih besar dari kaum laki-laki (Kisah 4:4). Jika pada saat itu antara laki-laki dan perempuan 1 banding 2 saja, maka dipastikan jumlah mereka sudah delapan sampai sepuluh ribu jiwa.
Ketika jumlah murid makin bertambah banyak, maka timbulah masalah dalam pelayanan mereka. Maka kedua belas rasul memanggil semua murid-murid untuk berkumpul dan mencari jalan keluar sehingga masalah berkepanjangan dan tidak mengganggu pelayanan ”mimbar” pemberitaan Injil selanjutnya. Maka dipilihlah 7 orang untuk pelayanan meja, melayani orang miskin yang kemudian disebut diaken atau diakonia (pelayanan).

Diperintahkan Untuk melayani
Bagi orang Kristen, pelayanan bukan pilihan dan sesuatu untuk dimasukan ke dalam jadwal kegiatan. Jika bisa menyediakan waktu untuk kegiatan itu, tetapi sebaliknya jika tidak ada waktu, tidak ada sesuatu yang hilang, yang perlu disesali. Pelayanan adalah inti , makna kehidupan Kristen. Tuhan Yesus datang bukan untuk dilayani. ”Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." ( Matius 20:28).
Melayani dan memberi, dua kata kerja tersebut seharusnya menjadi ciri kehidupan orang-orang pengikut Kristus (orang Kristen). Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kedewasaan rohani sendiri tidak pernah merupakan tujuan. Kedewasaan adalah untuk pelayanan! Kita bertumbuh untuk memberi. Tidak cukup kita hanya belajar dan belajar saja. Kita harus bertindak berdasarkan apa yang kita tahu, dan menjalankan apa yang kita katakan. Belajar tanpa pelayanan menyebabkan kebekuan rohani. (Perbandingan lama.: antara Laut Galelia dan laut mati masih berlaku)
Pada akhir hidup kita di bumi, kita akan berdiri dihadapan Allah dan Dia akan mengevaluasi seberapa kita melayani orang lain dengan kehidupan kita. Alkitab berkata : “ Demikian setiap orang diantara kita akan memberi pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri kepada Allah (Roma 14:12).
Suatu hari Allah akan membandingkan berapa banyak waktu dan tenaga yang kita gunakan untuk diri kita sendiri dangan apa yang kita berikan untuk melayani orang lain. Pada saat tersebut semua alasan kita untuk keegoisan kita akan terdegar hampa: ..........(apa kira-kira yang akan kita katakan sebagai alasan untuk tidak melayani orang lain?. Untuk semua alasan....Allah akan menjawab: “Maaf, jawaban Saudara keliru.....” Aku menyelamatkan, memanggilmu dan memerintahkanmu untuk menjalani kehidupan pelayanan.
Alkitab memperingatkan orang-orang yang tidak percaya yang hidupnya untuk dirinya sendiri: ‘Dia akan menumpahkan amarah dan murkaNya atas mereka yang hidup bagi dirinya mereka sendiri (Roma 2:8). Bagi orang Kristen itu berarti akan kehilangan upah kekal. Kita hanya sepenuhnya hidup, bila kita menolong orang lain. Tuhan Yesus berkata:”Jika kamu mempertahankan nawanya, kamu akan kehilangan nyawanya. Jika kalian kehilangan nyawa demi Aku dan demi berita kesukaan, kalian akan dapat menikmati hidup”. (Markus 8:35).
Kebenaran ini begitu penting, sehingga diulangi sampai 5 kali dalam Kitab Injil. Jika kita tidak melayani, keberadaan kita tidak berarti. Pelayanan merupakan jalan setapak untuk makna hidup selanjutnya. Karena kehidupan ini dimaksudkan untuk pelayanan. Mulailah satu tapak, untuk melayani!


Pelayanan, Tugas Gereja?
Berbicara tentang pelayanan, maka arah pemikiran kita tertuju kepada misi, yaitu sesuatu yang harus dikerjakan untuk suatu tujuan atau visi. Tentang misi George Barna, dalam buku The Power Of Vicion, mengatakan : “Misi merupakan pernyataan umum dari tujuan pelayanan bersifat filosofis”. Lebih lanjut ia mengatakan, pernyataan misi merupakan pernyataan yang luas, pernyataan umum mengenai orang yang akan Anda jangkau dan apa yang gereja harapkan untuk diselesaikan “.
Dalam menjalankan misiNya, Allah yang dibebankan kepada setiap orang percaya atau Gereja, maka Gereja atau orang-orang percaya harus ingat bahwa tanpa bantuan dan bimbingan Roh Kudus, gereja hanya terdiri atas orang-orang yang lemah dan mudah tersesat ke dalam nafsu duniawi. Untuk itulah Tuhan mengutus Roh Kudus supaya gereja dapat menjalankan tugas misiNya, yang terkenal dengan istilah Tri Tugas Gereja di tengah-tengah dunia yaitu : bersaksi, bersekutu dan melayani.



Bersaksi (Marturia)
Tugas gereja atau tugas orang-orang percaya didasarkan atas perintah-perintah Tuhan Yesus sendiri, yang merupakan amanat Agung. Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Ia berkata kepada murid-Murid Nya: ” Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku,…” (Matius 28:29).

Dengan perintah Tuhan Yesus ini berarti keselamatan diperuntukkan bagi semua orang, tanpa kecuali. Tugas bersaksi ini bukanlah tugas yang mudah melainkan menuntut banyak pengorbanan. H. Eddie Fox dan George E Morris, dalam bukunya “ Faith Sharing” mari bersaksi, menjelaskan atas pertanyaan-pertanyaan rekannya mengenai kesulitan dalam bersaksi. Dia berkata: “Apakah ada Harimau disana ?” Oh ya, ada banyak harimau disana ! saya ingat waktu pertama kali saya bermalam dihutan, digubuk yang terbuat dari bambu. Saya mendengar suara berisik. Saya bertanya-tanya pada petunjuk jalan saya, “apa itu ?” dia menjawab, ‘ Oh itu suara harimau; kembalilah tidur “, jawabnya. Apakah anda akan pergi tidur bila yang datang itu hanya seekor harimau!”
Dalam mengemban Amanat Tuhan Yesus, banyak orang-orang percaya (Kristen) yang menjadi MARTIR (orang yang mau mati karena kesaksiannya) untuk mempertahankan iman dan kesetiannya pada Tuhan.
Ada bermacam-macam cara orang Kristen untuk bersaksi. Dapat melalui perkataan maupun perbuatan sehari-hari. Kesaksian hidup sehari-hari disebut kesaksian nonverbal sedangkan kesaksian melalui pemberitaan lisan atau dengan perkataan disebut kesaksian Verbal.
Dalam hal bersaksi, gereja harus konsisten, artinya searah, selaras antara perkataan (verbal) dan perbuatan (nonverbal). Bila hanya perkataan saja yang benar, orang akan mencemooh gereja (orang-orang percaya) sebagai “munafik”. Salah satu contoh dalam Alkitab, Simon Petrus murid Tuhan Yesus, ketika Tuhan memberitakan kematian-Nya, Petrus dengan gagah perkasa menyatakan keyakinannya bahwa imannya tidak akan terguncang ( Band.Mat. 26:33,35). Tetapi didepan seorang hamba perempuan yang lemah, yang terjadi justru sebaliknya ia menyangkal atau tidak mengakui Tuhan Yesus sampai tiga kali. (Mat. 26: 69 – 75).
Sebagai orang yang percaya, (gereja) harus bersaksi melalui perkataan, perbuatan dan kasih. Rasul Yohanes mengatakan : “ Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” ( Yoh, 3 : 18).


Bersekutu (Koinonia)
Istilah Persekutuan, dalam Bahasa asli Alkitab (Bahasa Yunani) adalah KOINONIA. Kata koinonia berarti “persekutuan” atau jalinan hubungan yang baik dengan pihak lain. Dalam budaya Yunani istilah tersebut mempunyai makna bermacam-macam. Antara lain, kongsi, kongsi dagang (kerjasama dalam urusan dagang atau pekerjaan); pernikahan (persekutuan antara dua orang manusia yang berbeda kelamin); persahabatan ( hubungan karab diantara dua orang teman).
Dalam “Septuaginta’ (Kitab Perjanjian Lama dalam Bahasa Ibrani) “Koinonia” berarti “ Persekutuan diantara dua teman”, dan tidak pernah dipakai untuk menyatakan persekutuan diantara Allah dengan manusia. Hal ini disebabkan Allah (dalam Perjanjian Lama) dipandang “JAUH” dari umat-Nya. Tetapi dalam Perjanjian Baru, istilah “KOINONIA” mengalami perkembangan. Istilah ini bukan sekedar menunjuk pada hubungan diantara manusia, melainkan juga menyatakan persekutuan diantara Allah dengan manuisa. Istilah ini dipakai dalam Surat Filipi 1:7, “Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuan-Mu (koinonia) sampai sekarang ini”. Bahkan dalam I Yoh 1:7; Rasul Yohanes mengatakan, bahwa persekutuan manusia dengan Allah mendasari persekutuan manusia dengan sesamanya.
Dalam hal ini gereja sebagai tubuh Kristus merupakan persekutuan orang percaya. Orang-orang yang telah dipanggil keluar (eklesia) dari kegelapan menuju kepada terang yang ajaib. Kepada jemaat Roma, Rasul Paulus menjelaskan bahwa koinonia (persekutuan) diantara orang percaya sebagai tubuh Kristus, mempunyai konsekuensi memperhatikan orang lain yang membutuhkan uluran tangan.
Tugas bersekutu adalah perintah Tuhan Yesus sendiri bagi murid-murid-Nya. Dengan bersekutu anggota jemaat memiliki peluang berkomunikasi, sehingga mereka saling mengetahui kebutuhan saudara-saudaranya. Dasar koinonia itu adalah bahwa persekutuan ini haruslah didalam Tuhan, artinya meskipun orang-orang Kristen berkumpul, membina kerukunan, namun jika tanpa mempersilahkan Tuhan untuk ikut serta didalamnya maka sia-sialah koinonia itu, karena Tuhan Yesus tidak hadir. Kalau orang Kristen hidup bersama dalam persekutuan sejati, Allah dimegahkan.
Tuhan Yesus mempersatukan semua orang kedalam tubuh-Nya. Ia juga meminta kepada umatNya untuk menegaskan persekutuan ini dengan berbagai karunia yang dimiliki (I Kor, 12 : 1 – 12), sehingga gereja dapat tumbuh dan berkembang didalam-Nya. Dalam hal bersekutu orang percaya khususnya di Indonesia perlu belajar banyak tentang kekristenan di Negeri Cina. “Kekuatan penting mereka adalah semangat persekutuan, tanpa membesar-besarkan perbedaan yang ada”.
Menurut cerita mereka, ketika itu rasa persaudaraan dan solidaritas tidak hanya terjadi antara orang-orang Kristen yang berbeda gereja asal, tetapi bahkan dengan saudara-saudara dari agama lain seperti Islam, Hindu dan Budha. Perasaaan sepenanggungan muncul sesama orang beragama yang sedang mengalami tekanan dari pemerintah komunis pada masa yang dikenal dengan nama Revolusi kebudayaan. Mereka bersama-sama menjalani kerja paksa dan saling menghormati keberadaan masing-masing, sehingga kerukunan atar umat beragama malah semakin membaik ketika berlangsungnya Revolusi Kebudayaan.
Sekarang ketika keadaan telah memungkinkan tumbuh berkembangnya agama-agama secara terbuka, rasa persekutuan dan hormat-menghormati masih menjadi ikatan yang mempersatukan mereka. Tentu, mereka tetap sadar bahwa ada perbedaan-perbedaan diantara mereka. Memang tidak mungkin orang percaya mengharapkan orang lain untuk bertingkahlaku persis seperti apa yang orang percaya tersebut kehendaki. Latar belakang setiap orang, lingkungan dan struktur fisologis - biologis membuat berbeda satu sama lain. Tak seorangpun yang dapat sama persis, bahkan orang yang kembar identik (satu telur) sekalipun memiliki perbedaan satu sama lain. Teladan yang tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain adalah yang dicatat dalam Kitab Kejadian 1 : 26.
Oleh sebab itu orang-orang percaya ( Orang Kristen ) harus menyadari kekurangannya sendiri dan kekurangan orang lain dan mau menerima kekurangan orang lain sebagai umat Allah yang diciptakan dengan keistimewaan masing-masing. ( Fil 12: 13-14). Dalam hal ini Bruce Milne (1996) mengatakan, Persekutuan (Yunani KOINONIA) berhubungan erat dengan gereja yang memuliakan Allah: “ Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah “ (Roma 15:17). Koinonia pada dasarnya berarti bersama-sama menerima bagian dalam sesuatu : penekanannya agak berbeda dengan pengertian persekutuan akhir-akhir ini, yakni saling bersahabat, namun kedua hal ini pada akhirnya tidak terpisah artinya, karena saling berpartisipasi yang meliputi saling bersahabat”
Dalam diri manusia selalu ada kelebihan, dan juga ada kekuarangannya. Hendaknya kelebihan yang ada pada diri seseorang dapat menutupi kekurangan yang ada pada diri orang lain. Itulah pentingnya persekutuan. Rasul Paulus menganjurkan jemaat di Roma supaya tidak meninggalkan persekutuan dengan Tuhan dan sesama serta hidup dalam kasih.
”Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”.




Melayani (Diakonia)
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tugas gereja atau orang-orang yang percaya khususnya dalam hal melayani ditengah-tengah masyarakat, terlebih dahulu mengetahui apa sebenarnya tugas pelayanan atau diakonia, dan apakah pekerjaannya atau tugasnya. Sridadi Artiyanto (1984 ) berkata : “setiap anggota gereja seharusnya tahu tentang diakon, yaitu salah satu jabatan yang penting dalam gereja “.
Kata diakon sebenarnya adalah kata pinjaman dari Bahasa Yunani. Sadangkan kata asalnya adalah DIAKONOS, artinya adalah Pelayan. Dibawah ini akan dibahas arti pelayan atau diakonia dalam budaya atau pola pikir Yahudi yang sangat relevan dengan keadaan kita sekarang. Dengan memahami arti pelayanan dalam Budaya Yahudi, yaitu diakonia atau pelayan yang digolongkan menjadi beberapa hal, maka kita akan memahami sejauh makna hidup kita sebagai pelayan-pelayanan Tuhan atau hamba-hamba Allah.
a. Huperitis
Hamba atau pelayan yang dalam pengertian memiliki tugas yang spesifik (khusus) misalnya : para tawanan yang mendayung kapal, para tawanan tersebut dalam mendayung kapal, sesuai dengan perintah komandan. Demikian pula pelayan atau Huperitis Tuhan, artinya melakukan apa yang diperintah Tuhan Yesus sebagai “komandan” dalam hidup orang-orang percaya. Kita adalah hamba yang hanya melakukan sesuatu untuk tuan, yaitu Tuhan Yesus yang sudah memanggil dan menyelamatkan kita.
Kita dipanggil untuk tugas khusus, yaitu melaksanakan kehendak Tuhan. Seperti Pemazmur katakan: “Hamba-Mu aku ini, buatlah aku mengerti, supaya aku tahu peringatan-peringatan-Mu”. (Mazmur 119: 125). Rasul Paulus menasehatkan kepada jemaat dalam Surat Titus 2: 9: “Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah”.
Didalam struktur gereja walaupun tidak sama dari satu denomisasi dengan denominasi lain, tetapi kebenaran ini telah nyata, bahwa dalam setiap organisasi termasuk gereja, selalu ada hirarki kepemimpinan. Penempatan seseorang pada tempat atau kedudukan yang khusus berdasarkan besar atau kadar dari karunia yang diterimanya dari Tuhan dan tanggung jawab yang bisa dilaksanakannya, seperti nats berikut:
“Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”
Dengan demikian pelayanan bukan menjadi beban karena sesuai dengan karunia atau talenta serta berdasarkan tangung jawab yang bisa dilakukan masing-masing anggota. Mereka dengan sepenuh hati dan penuh sukacita melakukan pelayanan itu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.


b. Oiketes (Oikomene)
Hamba dalam pengertian memiliki ruang lingkup kerja (Oikos: rumah). Misalnya, Yusuf pelayan rumah Potifar. Artinya Yusuf mempunyai tugas pelayan dirumah Potifar. Gereja dalam tugas penggilannya di dunia ini juga mempunyai pelayanannya dalam lingkup gereja. Dalam gereja ada pemimpin atau pelayan jemaat atau disebut Gembala. Sebagai jemaat secara langsung kita melakukan tugas Gembala atau majelis jemaat sesuai dengan tugas pelayanan yang diberikan kepada kita. Maka seharusnya kita melakukan pelayanan itu seperti Gad pada kepemimpinan Musa. Maka berkatalah bani Gad dan bani Ruben itu kepada Musa: "Hamba-hambamu ini akan berbuat seperti yang diperintahkan tuanku” .”(Bilangan 32:25).
Kepada jemaat di kolose, Rasul Paulus menasehati jemaatnya supaya apapun yang dilakukan baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan dilakukannya seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, bahkan harus dengan mengucap syukur. (Kolose 3:17).

c. Diakonos
Hamba dalam pengertian memberikan pertanggungjawaban. Ada struktur yang diberi pertanggungjawaban. Misalnya, para prajurit kepada komandannya. Gereja diberi tanggungjawab, dan gereja juga memberi pertanggungjawaban kepada sang “komandan” yaitu Yesus Kristus.

d. Doulos
Hamba dalam pengertian status atau hakekatnya, hak tentang membeli dan harganya telah lunas dibayar (I Kor, 6:19 -20). Kehidupan seorang doulos sudah menjadi milik yang mengeluarkan, memerdekakan atau menebus, yang membebaskan (Roma 1:1, ;II Petrus 1 :1; Yudas 1:1). Orang-orang percaya adalah doulos-Nya Kristus.

Dari pengertian diakonia atau pelayan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas melayani atau memberi pelayanan adalah perintah Tuhan Yesus. Hal ini nampak didalam pola hidup Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak hanya berkhotbah dan mengajar, tetapi juga memberi teladan yang baik dan benar kepada murid-murid-Nya. Ia adalah Raja yang rela mejadi pelayan bagi manusia yang berdosa dan rela menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia. Ia berkenan menyembuhkan orang sakit, memberi makan kepada orang yang kelaparan dan menghibur orang miskin. Injil keselamatan disampaikan bukan hanya berisi hal-hal rohani saja, tetapi juga mencakup seluruh kebutuhan hidup manusia.

Dalam Injil Matius 4, bahwa pemberitaan Injil keselamatan disertai dengan pelbagai perbuatan baik, sehingga banyak orang disebuhkan dari berbagai penyakit (ayat 23-24). Pelayanan TuhanYesus sepanjang hari di Gelelia meliputi mengajar (Didaskon). Memberitakan (Kerusson) dan melenyapkan penyakit (therapeuon). Orang kristen pun wajib memberikan pertolongan kepada setiap orang yang membutuhkan uluran tangan. Oleh karena itu, gereja membentuk komisi-komisi untuk mewujudkan Tri tugas gereja, antara lain, komisi penatalayanan.
Maksud dari penatalayanan adalah mengatur sebaik-baiknya, melipatgandakan, menggunakan dengan benar apa yang dipunyainya untuk melayani masyarakat disekelilingnya dengan apa yang ada padanya. Orang-orang yang percaya harus insaf bahwa segala sesuatu yang ada padanya berasal dari Tuhan. Tugas orang-orang percaya adalah menjadi orang yang bijak harus turut bertanggungjawab terhadap kesejahteraan bersama (sesama). Dengan percaya dan mempunyai kasih yang sungguh kepada Tuhan, maka persoalan yang sulit dan rumit dalam hidup ini dapat diatasi. Persoalan yang berat akan menjadi ringan. Hidup lebih sejahtera bermakna dan menjadi berkat bagi sesama.
Melalui perumpamaan sepuluh anak dara (Mat. 25 – 13), Tuhan Yesus memberi gambaran betapa pentingnya menggunakan kesempatan yang ada. Mereka yang bijak boleh mempersiapkan diri dan memanfaatkan waktu, sehingga segala sesuatu yang diperlukan dalam pelayanan telah tersedia dan mereka dapat melayani dengan baik. Pelayanan membutuhkan waktu, tenaga dan juga dana, maka kita harus bijaksana.
Dalam perumpamaan tentang talenta, Tuhan Yesus memberikan peringatan kepada murid-Nya agar menggunakan waktu dan anugerah Tuhan dengan baik. Jika mereka tidak melakukan karena malas akan menerima hukuman. Apa yang ada padanya akan diambil dan diberikannya kepada yang telah mempunyai.
Orang Kristen tidak boleh masa bodoh, karena semua orang Kristen mempertanggungjawabkan secara spiritual sebagai orang yang telah memiliki kasih Allah yang harus dibagi-bagikan kepada sesama. Untuk dapat melaksanakan penatalayanan dengan baik maka diperlukan kejujuran, ketabahan, inisiatif, efesiensi kerja, kerjinan dan ketekunan.
Semua pelayan tersebut diatas dapat terlaksana dengan baik bila dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen menunaikan tugasnya masing-masing dengan sepenuh hati dan yakin bahwa pekerjaan itu untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Kolose: ”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. (Kolose 3:23).
Dari segala persyaratan yang diperlukan dalam pelayanan, maka kasih harus mendasari semua aktivitas pelayanan orang-orang percaya atau gereja.

Bentuk Pelayanan
Untuk mengawali memahami, mengenal, dan mengetahui bentuk-bentuk pelayanan, baiklah pertama-tama kita renungkan perkataan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya:
".... Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.

Tuhan Yesus mengetahui kesulitan murid-murid-Nya untuk memberikan pelayanan seperti yang Tuhan Yesus kehendaki. Sebelum kita dapat menyebutkan bentuk-bentuk pelayanan, ada 2(dua) prinsip dalam pelayanan itu sendiri, yaitu:
1. Untuk Tuhan
Prinsip utama pelayanan apapun bentuk yang akan dilaksanankan adalah untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3: 23). Memang sulit untuk membedakan apakah itu untuk Tuhan dan untuk manusia. Tetapi nyata seperti yang Tuhan Yesus katakan: ” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Disini Tuhan Yesus memberikan pemahaman yang sederhana, tetapi sangat akurat dan dapat diterima oleh siapapun. Bagaimana seseorang bisa mengasihi yang tidak kelihatan sedangkan kepada yang kelihatan saja tidak berbuat apa-apa? Inilah tugas utama dalam pelayanan, yaitu memperhatikan apa yang ada disekeliling kita yang kita jumpai dan kita rasakan. Sudahkan kita melakukanya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia?
Senada dengan prinsip yang disampaikan Tuhan Yesus, Rasul Paulus menegaskan, siapa yang berpegang pada suatu hari tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia mengucap syukur kepada Tuhan (Roma 14: 6). Lebih lanjut Paulus mengatakan, ”Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup maupun mati, kita adalah milik Tuhan. (Roma 14: 8), Maka kepada jemaat di Filipi ia mengatakan: ”Karena bagiku hidup adalah Kistus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21).
2. Untuk Sesama
Pelayanan adalah harga yang harus dibayar bagi orang-orang yang sudah ditebus, diselamatkan melalui pengorbanan Tuhan Yesus dikayu salib. Setiap orang yang telah menerima dengan cuma-cuma harus memberikannya dengan cuma-cuma, tetapi tidak percuma. Pelayanan kepada sesama tidak dibatasi oleh tempat dan wantu. Dimana kita diutus, ditempatkan. Dimana kita tinggal dan hidup berkeluarga dan bekerja disitu tempat pelayanan kita. Bentuk dan sasarannya pun tidak terpatas pada, barang, uang, perhatian dan waktu. Tetapi seantero (artinya segenap/ seluruh hidup). Rasul Paulus berkata: ” demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12: 1).
Melayani sesama adalah mewujudkan hukum kasih yang kedua, yaitu ”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22: 39). Mengasihi, melayani sesama sama dengan mengasihi, melayani Tuhan.
a. Seiman
Galatiga 6:10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
b. Semua orang
Pelayanan kepada semua orang, karena Firman Tuhan, keselamatan juga untuk semua orang. Yeremia 44:1 “Firman yang datang kepada Yeremia untuk semua orang Yehuda yang diam di tanah Mesir, di Migdol, di Tahpanhes, di Memfis dan di tanah Patros: Tuhan Yesus bekata kepada murid-murid-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini." ( Lukas 9:13).

Mungkin dalam kita akan menolong atau melayani sesama, kita masih bertanya-tanya, siapakah sesamaku manusia, seperti halnya pertanyaan orang Farisi dan Ahli-ahli taurat kepada Tuhan Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Maka Jawab Yesus:
"Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?".

Rasul Paulus menghimbau kepada jemaat di Galatia, ”Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”. Dan maksud dari semua itu ialah supaya ada keseimbangan, seperti yang dimaksud oleh Rasul Paulus, “Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan”. Lebih lanjut Paulus mengatakan maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.( II Korintus 8:13-14)
Sekarang sampailah kepada maksud dari pembahasan bagian ini, yaitu bentuk-bentuk pelayanan baik kepada Tuhan maupun kepada sesama. Dalam hal ini baik kepada sesama maupun kepada Tuhan tidak di bedakan, sebab Tuhan Yesus telah memberi pemahaman yang sederhana, ”....sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40).
Bentuk pelayanan kepada Tuhan dan sesama manusia seperti dicontohkan: ketika lapar, memberi makan; ketika haus, memberi minum; ketika ada seorang asing, memberi tumpangan; ketika telanjang, memberi pakaian; ketika sakit dan dalam penjara, melawat dan sebagainya.
Secara konkrit pelayanan dalam diwujudkan dengan mengunjungi panti asuhan, kunjungan kepada panti jompo, kunjungan kepada yang sakit dan yang menderita dan pemberian bantuan kepada setiap orang yang membutuhkan.

Pelayana, Karier dan keluarga

Pelayanan
Oleh : Ev. Timotius Sukarman. M.Th


Sebelum saya paparkan mengapa pelayanan, kisah seorang pekerja, berkarier, yang akhirnya lebih mengutamakan pelayanan berikut ini akan menginpirasi kita dalam kita melilih yang utama dalam hidup ini.
Setelah tiga puluh tahun, seorang itu rumah tangga yang juga bekerja dan berkarier di Kantor sebuah Bank yang basar, memutuskan untuk berhenti bekerja (berkarier). Pekerjaan yang sudah ditekuni selama 30 tahun, dengan posisi dan jabatan yang tinggi, dengan gaji dan bonus yang besar itu harus ditinggalkan karena hidupnya merasa seperti “penjara” tidak bebas dan hidup seperti “mesin”. Hidup dikuasai oleh pekerjaan, taget dan uang. Tidak ada waktu untuk keluarga apalagi untuk Tuhan. Tidak ada damai dalam hidupnya, apalagi bahagia bersama suami dan keempat anak perempuannya.
Satu tahun setelah ia meninggalkan pekerjaan dan segala fasilitas yang mewah, dan masuk dalam pelayanan, hidup terasa indah dan bermakna bagi keluarga dan sesama. Setiap hari ia bisa mengatur waktunya. Kapan untuk suami, untuk anak-anak yang banyak membutuhkan perhatian, pekerjaan rumah tangga dan untuk Tuhan (pelayanan). Maka sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang sudah menolong dan menyelamatkan hidup dan keluarganya, ia menutuskan untuk melayani Tuhan secara penuh.
Kita mungkin bertanya, mengapa dan apa hasilnya setelah melayani Tuhan? Baiklah kita belajar dari pengalaman ibu tersebut dan kesaksian dan nasehat rasul Paulus dalam II Timotius 1:9. “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, ......“
Surat II Timotius ditulis dipenjara di Roma pada masa tahanan yang ke-2, yaitu pada tahun 65. Kali ini keadaan di tempat tahanan lebih berat dibandingkan masa tahanan yang pertama tahun 60-62, karena pada masa itu Paulus diperkenankan tinggal dirumah kontrakannya sendiri (sebagai tanahan luar). Tetapi pada masa tahanan ke-2 ia benar-benar berada dalam penjara (1:8), bahkan Ia dibelenggu (1:16) dan diperlakukan sebagai seorang penjahat (2:9). Rasul Paulus sudah menjalani persidangan pertama, dan Paulus menduga akan dihukum mati dalam waktu dekat (4:6). Semua teman-temannya sudah meninggalkan Paulus, kecuali Lukas. (Penulis Kisah Para Rasul).
Dalam masa kesepian dan firasat kematian, Rasul Paulus sangat merindukan kedatangan Timotius pada saat-saat terakhir hidupnya. Kerinduan akan Timotius serta anjuran kepadanya untuk setia dalam pelayanannya merupakan motif utama dari penulisan surat II Timotius. (Paulus tidak jadi hukum mati. Sekali lagi ia dibebaskan, lalu ia pergi ke Spanyol (th 66). Ketika masih di Spanyol atau sekembalinya di Roma, Paulus dihukum mati (tahun 66/67).

Diselamatkan untuk melayani
(2 Tim 1:9)
Alkitab mengatakan: ” Dialah yang menyelamatkan kita dan memilih kita untuk pekerjaanNya yang kudus, bukan karena kita layak, melainkan karena itulah yang telah dikaruniakanNya”
Allah menebus kita, supaya kita bisa melakukan ”pekerjaan kudusNya”. Kita tidak diselamatkan oleh pelayanan, tetapi kita diselematkan untuk sebuah pelayanan.
Dalam Kerajaan Allah, kita memiliki sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran atau fungsi untuk dilaksanakan. Ini memberi arti dan nilai, makna yang luar biasa kepada hidup kita. Tuhan Yesus harus mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk membeli keselamatan kita. Alkitab mengingatkan kita: “Allah telah membeli kamu dengan harga yang sangat mahal. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (I Kor. 6:20). Lebih lanjut Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma, supaya ”mempersembahkan tubuh” sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Itu adalah ibadahmu yang sejati ( Roma 12:1).
Rasul Paulus menasihatkan untuk menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada kehendak Allah. Seluruh pikiran, perkataan, perbuatan dan seluruh kemampuan serta kekuatan yang berarti mempersembahkan seluruh kehidupan untuk Allah.
Di jaman Paulus, pengorbanan selalu berarti pembunuhan. Di dalam praktek agama Yahudi korban dibawa ke hadapan imam, dosa orang yang membawa persembahan tersebut kemudian diampuni. Korban tersebut dibunuh. Ini mengingatkan kepada setiap orang bahwa upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Paulus mengatakan bahwa persembahan kita adalah persembahan yang hidup, bukan yang mati. Berarti mempersembahkan hidup kepada Allah untuk pelayanan, tidak lagi hidup untuk diri sendiri, keluarga dan pekerjaan, tetapi untuk kemuliaan Tuhan.
Paulus selalu mengingatkan bahwa tubuh adalah hal yang penting dalam pengertian kekristenan mengenai banyak hal. Tubuh merupakan anggota Kristus (I Kor 6:15). Tubuh adalah Bait Roh Kudus (I Kor 6:19), Paulus berkata kita harus menjadi kudus baik didalam tubuh maupun didalam jiwa dan didalam perbuatan.
Menurut Rasul Paulus Ibadah sejati itu berhubungan dengan akal yaitu akal yang benar dan bersifat rohaniah. Akal merupakan bagian dari tubuh dan merupakan kemauan untuk berbuat baik. Paulus melanjutkan diayat 2, “.....jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu.....”. Apa yang dilakukan dengan akal, pikiran, atau hati (heart) sangat menentukan pembentukan karakter dari seseorang. Bagi Paulus perubahan yang diharapkan dari orang Kristen ialah perubahan hati (heart) yang terwujud dalam seluruh kehidupan yang dipengaruhi oleh akal yang sehat dalam setiap pelayanan, karier dan keluarga.
Maka dapat disimpulkan bahwa apabila akal, pikiran, hati kita diisi dengan pemikiran-pemikiran yang bermutu dan mendisiplinkan diri dengan kebenaran-kebenaran Alkitab, Firman Tuhan maka kita akan bertumbuh dalam kebajikan dan berguna bagi Allah dan sesama. Sehingga hidup ini tidak lagi serupa dengan dunia yang hanya mementingkan hal-hal yang duniawi, pekerjaan, karier, hoby, jabatan dan uang, melainkan telah diubah oleh pembaharuan budi yang baik yang berkenan kepada Allah dengan melakukan pelayanan sebagai wujud kasih atas pengorbanan Tuhan Yesus dan kasih kepada sesama.
Istilah lain dalam bahasa Inggris untuk “melayani Allah” yang salah dimengerti oleh banyak orang kristen adalah kata ”MINISTRI” (Pelayanan sebagai Pendeta). Tetapi Allah berkata setiap anggota keluarga-Nya merupakan seorang pelayan (ministri). Di dalam Alkitab, kata hamba (Servant) dan pelayan (Ministri) adalah sinonim, seperti hanya service dan ministry. Jika kita seorang Kristen, kita merupakan seorang pelayan (ministry) dan kita melayani (service atau pun Ministry). Contoh : Ibu Mertua Petrus.....”Bangun dan mulai melayani Tuhan Yesus.... ” (Matius 8: 15).

Dipanggil dan diutus untuk melayani
Alkitab mengatakan: Allah menyelamatkan kita dan memanggil kita supaya menjadi umat-Nya sendiri, Ia melakukan itu bukan berdasarkan apa yang kita kerjakan, melainkan berdasarkan rencana-Nya sendiri (Fil.3: 14). Rasul Petrus menambahkan, kamu dipilih untuk memberitakan sifat-sifat mulia Allah yang memanggilmu. (I Pertus 2: 9).
Pertama Tuhan Yesus memanggil dan mengutus kedua belas murid untuk memberitakan kuasa Allah, mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. (Matius 10:1-15). Kemudian pemanggilan, pemilihan dan pengutusan itu dilanjutkan oleh Para Rasul, yaitu dengan memilih Matias sebagai pengganti Yudas (Kisah 1: 15-26).
Setelah jemaat menjadi banyak, karena kuasa Roh Kudus pada hari pentakusta (hari turunNya Roh Kudus), dari 12 orang menjadi , 120 Orang (Kisah 1: 15). Kemudian setelah petrus berkotbah bertambah kira-kira 3.000 orang lebih Kisah 2:41) dan ketika dua orang mengajar= berbicara (Petrus dan Yohanes), orang yang mendengar ajaran mereka menjadi percaya, sehinga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki). Dari ketekunan dalam pengajaran dan persekutuan dan dalam pelayanan mereka sebagai jemaat yang mula-mula, mereka disukai semua orang dan Tuhan terus menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Jumlah orang yang percaya terus bertambah. Setelah mereka mendengar ajaran rasul-rasul banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki. Jadi belum yang perempuan yang bisa diperkirakan akan lebih besar dari kaum laki-laki (Kisah 4:4). Jika pada saat itu antara laki-laki dan perempuan 1 banding 2 saja, maka dipastikan jumlah mereka sudah delapan sampai sepuluh ribu jiwa.
Ketika jumlah murid makin bertambah banyak, maka timbulah masalah dalam pelayanan mereka. Maka kedua belas rasul memanggil semua murid-murid untuk berkumpul dan mencari jalan keluar sehingga masalah berkepanjangan dan tidak mengganggu pelayanan ”mimbar” pemberitaan Injil selanjutnya. Maka dipilihlah 7 orang untuk pelayanan meja, melayani orang miskin yang kemudian disebut diaken atau diakonia (pelayanan).

Diperintahkan Untuk melayani
Bagi orang Kristen, pelayanan bukan pilihan dan sesuatu untuk dimasukan ke dalam jadwal kegiatan. Jika bisa menyediakan waktu untuk kegiatan itu, tetapi sebaliknya jika tidak ada waktu, tidak ada sesuatu yang hilang, yang perlu disesali. Pelayanan adalah inti , makna kehidupan Kristen. Tuhan Yesus datang bukan untuk dilayani. ”Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." ( Matius 20:28).
Melayani dan memberi, dua kata kerja tersebut seharusnya menjadi ciri kehidupan orang-orang pengikut Kristus (orang Kristen). Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kedewasaan rohani sendiri tidak pernah merupakan tujuan. Kedewasaan adalah untuk pelayanan! Kita bertumbuh untuk memberi. Tidak cukup kita hanya belajar dan belajar saja. Kita harus bertindak berdasarkan apa yang kita tahu, dan menjalankan apa yang kita katakan. Belajar tanpa pelayanan menyebabkan kebekuan rohani. (Perbandingan lama.: antara Laut Galelia dan laut mati masih berlaku)
Pada akhir hidup kita di bumi, kita akan berdiri dihadapan Allah dan Dia akan mengevaluasi seberapa kita melayani orang lain dengan kehidupan kita. Alkitab berkata : “ Demikian setiap orang diantara kita akan memberi pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri kepada Allah (Roma 14:12).
Suatu hari Allah akan membandingkan berapa banyak waktu dan tenaga yang kita gunakan untuk diri kita sendiri dangan apa yang kita berikan untuk melayani orang lain. Pada saat tersebut semua alasan kita untuk keegoisan kita akan terdegar hampa: ..........(apa kira-kira yang akan kita katakan sebagai alasan untuk tidak melayani orang lain?. Untuk semua alasan....Allah akan menjawab: “Maaf, jawaban Saudara keliru.....” Aku menyelamatkan, memanggilmu dan memerintahkanmu untuk menjalani kehidupan pelayanan.
Alkitab memperingatkan orang-orang yang tidak percaya yang hidupnya untuk dirinya sendiri: ‘Dia akan menumpahkan amarah dan murkaNya atas mereka yang hidup bagi dirinya mereka sendiri (Roma 2:8). Bagi orang Kristen itu berarti akan kehilangan upah kekal. Kita hanya sepenuhnya hidup, bila kita menolong orang lain. Tuhan Yesus berkata:”Jika kamu mempertahankan nawanya, kamu akan kehilangan nyawanya. Jika kalian kehilangan nyawa demi Aku dan demi berita kesukaan, kalian akan dapat menikmati hidup”. (Markus 8:35).
Kebenaran ini begitu penting, sehingga diulangi sampai 5 kali dalam Kitab Injil. Jika kita tidak melayani, keberadaan kita tidak berarti. Pelayanan merupakan jalan setapak untuk makna hidup selanjutnya. Karena kehidupan ini dimaksudkan untuk pelayanan. Mulailah satu tapak, untuk melayani!


Pelayanan, Tugas Gereja?
Berbicara tentang pelayanan, maka arah pemikiran kita tertuju kepada misi, yaitu sesuatu yang harus dikerjakan untuk suatu tujuan atau visi. Tentang misi George Barna, dalam buku The Power Of Vicion, mengatakan : “Misi merupakan pernyataan umum dari tujuan pelayanan bersifat filosofis”. Lebih lanjut ia mengatakan, pernyataan misi merupakan pernyataan yang luas, pernyataan umum mengenai orang yang akan Anda jangkau dan apa yang gereja harapkan untuk diselesaikan “.
Dalam menjalankan misiNya, Allah yang dibebankan kepada setiap orang percaya atau Gereja, maka Gereja atau orang-orang percaya harus ingat bahwa tanpa bantuan dan bimbingan Roh Kudus, gereja hanya terdiri atas orang-orang yang lemah dan mudah tersesat ke dalam nafsu duniawi. Untuk itulah Tuhan mengutus Roh Kudus supaya gereja dapat menjalankan tugas misiNya, yang terkenal dengan istilah Tri Tugas Gereja di tengah-tengah dunia yaitu : bersaksi, bersekutu dan melayani.



Bersaksi (Marturia)
Tugas gereja atau tugas orang-orang percaya didasarkan atas perintah-perintah Tuhan Yesus sendiri, yang merupakan amanat Agung. Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Ia berkata kepada murid-Murid Nya: ” Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku,…” (Matius 28:29).

Dengan perintah Tuhan Yesus ini berarti keselamatan diperuntukkan bagi semua orang, tanpa kecuali. Tugas bersaksi ini bukanlah tugas yang mudah melainkan menuntut banyak pengorbanan. H. Eddie Fox dan George E Morris, dalam bukunya “ Faith Sharing” mari bersaksi, menjelaskan atas pertanyaan-pertanyaan rekannya mengenai kesulitan dalam bersaksi. Dia berkata: “Apakah ada Harimau disana ?” Oh ya, ada banyak harimau disana ! saya ingat waktu pertama kali saya bermalam dihutan, digubuk yang terbuat dari bambu. Saya mendengar suara berisik. Saya bertanya-tanya pada petunjuk jalan saya, “apa itu ?” dia menjawab, ‘ Oh itu suara harimau; kembalilah tidur “, jawabnya. Apakah anda akan pergi tidur bila yang datang itu hanya seekor harimau!”
Dalam mengemban Amanat Tuhan Yesus, banyak orang-orang percaya (Kristen) yang menjadi MARTIR (orang yang mau mati karena kesaksiannya) untuk mempertahankan iman dan kesetiannya pada Tuhan.
Ada bermacam-macam cara orang Kristen untuk bersaksi. Dapat melalui perkataan maupun perbuatan sehari-hari. Kesaksian hidup sehari-hari disebut kesaksian nonverbal sedangkan kesaksian melalui pemberitaan lisan atau dengan perkataan disebut kesaksian Verbal.
Dalam hal bersaksi, gereja harus konsisten, artinya searah, selaras antara perkataan (verbal) dan perbuatan (nonverbal). Bila hanya perkataan saja yang benar, orang akan mencemooh gereja (orang-orang percaya) sebagai “munafik”. Salah satu contoh dalam Alkitab, Simon Petrus murid Tuhan Yesus, ketika Tuhan memberitakan kematian-Nya, Petrus dengan gagah perkasa menyatakan keyakinannya bahwa imannya tidak akan terguncang ( Band.Mat. 26:33,35). Tetapi didepan seorang hamba perempuan yang lemah, yang terjadi justru sebaliknya ia menyangkal atau tidak mengakui Tuhan Yesus sampai tiga kali. (Mat. 26: 69 – 75).
Sebagai orang yang percaya, (gereja) harus bersaksi melalui perkataan, perbuatan dan kasih. Rasul Yohanes mengatakan : “ Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” ( Yoh, 3 : 18).


Bersekutu (Koinonia)
Istilah Persekutuan, dalam Bahasa asli Alkitab (Bahasa Yunani) adalah KOINONIA. Kata koinonia berarti “persekutuan” atau jalinan hubungan yang baik dengan pihak lain. Dalam budaya Yunani istilah tersebut mempunyai makna bermacam-macam. Antara lain, kongsi, kongsi dagang (kerjasama dalam urusan dagang atau pekerjaan); pernikahan (persekutuan antara dua orang manusia yang berbeda kelamin); persahabatan ( hubungan karab diantara dua orang teman).
Dalam “Septuaginta’ (Kitab Perjanjian Lama dalam Bahasa Ibrani) “Koinonia” berarti “ Persekutuan diantara dua teman”, dan tidak pernah dipakai untuk menyatakan persekutuan diantara Allah dengan manusia. Hal ini disebabkan Allah (dalam Perjanjian Lama) dipandang “JAUH” dari umat-Nya. Tetapi dalam Perjanjian Baru, istilah “KOINONIA” mengalami perkembangan. Istilah ini bukan sekedar menunjuk pada hubungan diantara manusia, melainkan juga menyatakan persekutuan diantara Allah dengan manuisa. Istilah ini dipakai dalam Surat Filipi 1:7, “Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuan-Mu (koinonia) sampai sekarang ini”. Bahkan dalam I Yoh 1:7; Rasul Yohanes mengatakan, bahwa persekutuan manusia dengan Allah mendasari persekutuan manusia dengan sesamanya.
Dalam hal ini gereja sebagai tubuh Kristus merupakan persekutuan orang percaya. Orang-orang yang telah dipanggil keluar (eklesia) dari kegelapan menuju kepada terang yang ajaib. Kepada jemaat Roma, Rasul Paulus menjelaskan bahwa koinonia (persekutuan) diantara orang percaya sebagai tubuh Kristus, mempunyai konsekuensi memperhatikan orang lain yang membutuhkan uluran tangan.
Tugas bersekutu adalah perintah Tuhan Yesus sendiri bagi murid-murid-Nya. Dengan bersekutu anggota jemaat memiliki peluang berkomunikasi, sehingga mereka saling mengetahui kebutuhan saudara-saudaranya. Dasar koinonia itu adalah bahwa persekutuan ini haruslah didalam Tuhan, artinya meskipun orang-orang Kristen berkumpul, membina kerukunan, namun jika tanpa mempersilahkan Tuhan untuk ikut serta didalamnya maka sia-sialah koinonia itu, karena Tuhan Yesus tidak hadir. Kalau orang Kristen hidup bersama dalam persekutuan sejati, Allah dimegahkan.
Tuhan Yesus mempersatukan semua orang kedalam tubuh-Nya. Ia juga meminta kepada umatNya untuk menegaskan persekutuan ini dengan berbagai karunia yang dimiliki (I Kor, 12 : 1 – 12), sehingga gereja dapat tumbuh dan berkembang didalam-Nya. Dalam hal bersekutu orang percaya khususnya di Indonesia perlu belajar banyak tentang kekristenan di Negeri Cina. “Kekuatan penting mereka adalah semangat persekutuan, tanpa membesar-besarkan perbedaan yang ada”.
Menurut cerita mereka, ketika itu rasa persaudaraan dan solidaritas tidak hanya terjadi antara orang-orang Kristen yang berbeda gereja asal, tetapi bahkan dengan saudara-saudara dari agama lain seperti Islam, Hindu dan Budha. Perasaaan sepenanggungan muncul sesama orang beragama yang sedang mengalami tekanan dari pemerintah komunis pada masa yang dikenal dengan nama Revolusi kebudayaan. Mereka bersama-sama menjalani kerja paksa dan saling menghormati keberadaan masing-masing, sehingga kerukunan atar umat beragama malah semakin membaik ketika berlangsungnya Revolusi Kebudayaan.
Sekarang ketika keadaan telah memungkinkan tumbuh berkembangnya agama-agama secara terbuka, rasa persekutuan dan hormat-menghormati masih menjadi ikatan yang mempersatukan mereka. Tentu, mereka tetap sadar bahwa ada perbedaan-perbedaan diantara mereka. Memang tidak mungkin orang percaya mengharapkan orang lain untuk bertingkahlaku persis seperti apa yang orang percaya tersebut kehendaki. Latar belakang setiap orang, lingkungan dan struktur fisologis - biologis membuat berbeda satu sama lain. Tak seorangpun yang dapat sama persis, bahkan orang yang kembar identik (satu telur) sekalipun memiliki perbedaan satu sama lain. Teladan yang tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain adalah yang dicatat dalam Kitab Kejadian 1 : 26.
Oleh sebab itu orang-orang percaya ( Orang Kristen ) harus menyadari kekurangannya sendiri dan kekurangan orang lain dan mau menerima kekurangan orang lain sebagai umat Allah yang diciptakan dengan keistimewaan masing-masing. ( Fil 12: 13-14). Dalam hal ini Bruce Milne (1996) mengatakan, Persekutuan (Yunani KOINONIA) berhubungan erat dengan gereja yang memuliakan Allah: “ Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah “ (Roma 15:17). Koinonia pada dasarnya berarti bersama-sama menerima bagian dalam sesuatu : penekanannya agak berbeda dengan pengertian persekutuan akhir-akhir ini, yakni saling bersahabat, namun kedua hal ini pada akhirnya tidak terpisah artinya, karena saling berpartisipasi yang meliputi saling bersahabat”
Dalam diri manusia selalu ada kelebihan, dan juga ada kekuarangannya. Hendaknya kelebihan yang ada pada diri seseorang dapat menutupi kekurangan yang ada pada diri orang lain. Itulah pentingnya persekutuan. Rasul Paulus menganjurkan jemaat di Roma supaya tidak meninggalkan persekutuan dengan Tuhan dan sesama serta hidup dalam kasih.
”Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”.




Melayani (Diakonia)
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tugas gereja atau orang-orang yang percaya khususnya dalam hal melayani ditengah-tengah masyarakat, terlebih dahulu mengetahui apa sebenarnya tugas pelayanan atau diakonia, dan apakah pekerjaannya atau tugasnya. Sridadi Artiyanto (1984 ) berkata : “setiap anggota gereja seharusnya tahu tentang diakon, yaitu salah satu jabatan yang penting dalam gereja “.
Kata diakon sebenarnya adalah kata pinjaman dari Bahasa Yunani. Sadangkan kata asalnya adalah DIAKONOS, artinya adalah Pelayan. Dibawah ini akan dibahas arti pelayan atau diakonia dalam budaya atau pola pikir Yahudi yang sangat relevan dengan keadaan kita sekarang. Dengan memahami arti pelayanan dalam Budaya Yahudi, yaitu diakonia atau pelayan yang digolongkan menjadi beberapa hal, maka kita akan memahami sejauh makna hidup kita sebagai pelayan-pelayanan Tuhan atau hamba-hamba Allah.
a. Huperitis
Hamba atau pelayan yang dalam pengertian memiliki tugas yang spesifik (khusus) misalnya : para tawanan yang mendayung kapal, para tawanan tersebut dalam mendayung kapal, sesuai dengan perintah komandan. Demikian pula pelayan atau Huperitis Tuhan, artinya melakukan apa yang diperintah Tuhan Yesus sebagai “komandan” dalam hidup orang-orang percaya. Kita adalah hamba yang hanya melakukan sesuatu untuk tuan, yaitu Tuhan Yesus yang sudah memanggil dan menyelamatkan kita.
Kita dipanggil untuk tugas khusus, yaitu melaksanakan kehendak Tuhan. Seperti Pemazmur katakan: “Hamba-Mu aku ini, buatlah aku mengerti, supaya aku tahu peringatan-peringatan-Mu”. (Mazmur 119: 125). Rasul Paulus menasehatkan kepada jemaat dalam Surat Titus 2: 9: “Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah”.
Didalam struktur gereja walaupun tidak sama dari satu denomisasi dengan denominasi lain, tetapi kebenaran ini telah nyata, bahwa dalam setiap organisasi termasuk gereja, selalu ada hirarki kepemimpinan. Penempatan seseorang pada tempat atau kedudukan yang khusus berdasarkan besar atau kadar dari karunia yang diterimanya dari Tuhan dan tanggung jawab yang bisa dilaksanakannya, seperti nats berikut:
“Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”
Dengan demikian pelayanan bukan menjadi beban karena sesuai dengan karunia atau talenta serta berdasarkan tangung jawab yang bisa dilakukan masing-masing anggota. Mereka dengan sepenuh hati dan penuh sukacita melakukan pelayanan itu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.


b. Oiketes (Oikomene)
Hamba dalam pengertian memiliki ruang lingkup kerja (Oikos: rumah). Misalnya, Yusuf pelayan rumah Potifar. Artinya Yusuf mempunyai tugas pelayan dirumah Potifar. Gereja dalam tugas penggilannya di dunia ini juga mempunyai pelayanannya dalam lingkup gereja. Dalam gereja ada pemimpin atau pelayan jemaat atau disebut Gembala. Sebagai jemaat secara langsung kita melakukan tugas Gembala atau majelis jemaat sesuai dengan tugas pelayanan yang diberikan kepada kita. Maka seharusnya kita melakukan pelayanan itu seperti Gad pada kepemimpinan Musa. Maka berkatalah bani Gad dan bani Ruben itu kepada Musa: "Hamba-hambamu ini akan berbuat seperti yang diperintahkan tuanku” .”(Bilangan 32:25).
Kepada jemaat di kolose, Rasul Paulus menasehati jemaatnya supaya apapun yang dilakukan baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan dilakukannya seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, bahkan harus dengan mengucap syukur. (Kolose 3:17).

c. Diakonos
Hamba dalam pengertian memberikan pertanggungjawaban. Ada struktur yang diberi pertanggungjawaban. Misalnya, para prajurit kepada komandannya. Gereja diberi tanggungjawab, dan gereja juga memberi pertanggungjawaban kepada sang “komandan” yaitu Yesus Kristus.

d. Doulos
Hamba dalam pengertian status atau hakekatnya, hak tentang membeli dan harganya telah lunas dibayar (I Kor, 6:19 -20). Kehidupan seorang doulos sudah menjadi milik yang mengeluarkan, memerdekakan atau menebus, yang membebaskan (Roma 1:1, ;II Petrus 1 :1; Yudas 1:1). Orang-orang percaya adalah doulos-Nya Kristus.

Dari pengertian diakonia atau pelayan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas melayani atau memberi pelayanan adalah perintah Tuhan Yesus. Hal ini nampak didalam pola hidup Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak hanya berkhotbah dan mengajar, tetapi juga memberi teladan yang baik dan benar kepada murid-murid-Nya. Ia adalah Raja yang rela mejadi pelayan bagi manusia yang berdosa dan rela menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia. Ia berkenan menyembuhkan orang sakit, memberi makan kepada orang yang kelaparan dan menghibur orang miskin. Injil keselamatan disampaikan bukan hanya berisi hal-hal rohani saja, tetapi juga mencakup seluruh kebutuhan hidup manusia.

Dalam Injil Matius 4, bahwa pemberitaan Injil keselamatan disertai dengan pelbagai perbuatan baik, sehingga banyak orang disebuhkan dari berbagai penyakit (ayat 23-24). Pelayanan TuhanYesus sepanjang hari di Gelelia meliputi mengajar (Didaskon). Memberitakan (Kerusson) dan melenyapkan penyakit (therapeuon). Orang kristen pun wajib memberikan pertolongan kepada setiap orang yang membutuhkan uluran tangan. Oleh karena itu, gereja membentuk komisi-komisi untuk mewujudkan Tri tugas gereja, antara lain, komisi penatalayanan.
Maksud dari penatalayanan adalah mengatur sebaik-baiknya, melipatgandakan, menggunakan dengan benar apa yang dipunyainya untuk melayani masyarakat disekelilingnya dengan apa yang ada padanya. Orang-orang yang percaya harus insaf bahwa segala sesuatu yang ada padanya berasal dari Tuhan. Tugas orang-orang percaya adalah menjadi orang yang bijak harus turut bertanggungjawab terhadap kesejahteraan bersama (sesama). Dengan percaya dan mempunyai kasih yang sungguh kepada Tuhan, maka persoalan yang sulit dan rumit dalam hidup ini dapat diatasi. Persoalan yang berat akan menjadi ringan. Hidup lebih sejahtera bermakna dan menjadi berkat bagi sesama.
Melalui perumpamaan sepuluh anak dara (Mat. 25 – 13), Tuhan Yesus memberi gambaran betapa pentingnya menggunakan kesempatan yang ada. Mereka yang bijak boleh mempersiapkan diri dan memanfaatkan waktu, sehingga segala sesuatu yang diperlukan dalam pelayanan telah tersedia dan mereka dapat melayani dengan baik. Pelayanan membutuhkan waktu, tenaga dan juga dana, maka kita harus bijaksana.
Dalam perumpamaan tentang talenta, Tuhan Yesus memberikan peringatan kepada murid-Nya agar menggunakan waktu dan anugerah Tuhan dengan baik. Jika mereka tidak melakukan karena malas akan menerima hukuman. Apa yang ada padanya akan diambil dan diberikannya kepada yang telah mempunyai.
Orang Kristen tidak boleh masa bodoh, karena semua orang Kristen mempertanggungjawabkan secara spiritual sebagai orang yang telah memiliki kasih Allah yang harus dibagi-bagikan kepada sesama. Untuk dapat melaksanakan penatalayanan dengan baik maka diperlukan kejujuran, ketabahan, inisiatif, efesiensi kerja, kerjinan dan ketekunan.
Semua pelayan tersebut diatas dapat terlaksana dengan baik bila dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen menunaikan tugasnya masing-masing dengan sepenuh hati dan yakin bahwa pekerjaan itu untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Kolose: ”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. (Kolose 3:23).
Dari segala persyaratan yang diperlukan dalam pelayanan, maka kasih harus mendasari semua aktivitas pelayanan orang-orang percaya atau gereja.

Bentuk Pelayanan
Untuk mengawali memahami, mengenal, dan mengetahui bentuk-bentuk pelayanan, baiklah pertama-tama kita renungkan perkataan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya:
".... Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.

Tuhan Yesus mengetahui kesulitan murid-murid-Nya untuk memberikan pelayanan seperti yang Tuhan Yesus kehendaki. Sebelum kita dapat menyebutkan bentuk-bentuk pelayanan, ada 2(dua) prinsip dalam pelayanan itu sendiri, yaitu:
1. Untuk Tuhan
Prinsip utama pelayanan apapun bentuk yang akan dilaksanankan adalah untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3: 23). Memang sulit untuk membedakan apakah itu untuk Tuhan dan untuk manusia. Tetapi nyata seperti yang Tuhan Yesus katakan: ” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Disini Tuhan Yesus memberikan pemahaman yang sederhana, tetapi sangat akurat dan dapat diterima oleh siapapun. Bagaimana seseorang bisa mengasihi yang tidak kelihatan sedangkan kepada yang kelihatan saja tidak berbuat apa-apa? Inilah tugas utama dalam pelayanan, yaitu memperhatikan apa yang ada disekeliling kita yang kita jumpai dan kita rasakan. Sudahkan kita melakukanya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia?
Senada dengan prinsip yang disampaikan Tuhan Yesus, Rasul Paulus menegaskan, siapa yang berpegang pada suatu hari tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia mengucap syukur kepada Tuhan (Roma 14: 6). Lebih lanjut Paulus mengatakan, ”Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup maupun mati, kita adalah milik Tuhan. (Roma 14: 8), Maka kepada jemaat di Filipi ia mengatakan: ”Karena bagiku hidup adalah Kistus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21).
2. Untuk Sesama
Pelayanan adalah harga yang harus dibayar bagi orang-orang yang sudah ditebus, diselamatkan melalui pengorbanan Tuhan Yesus dikayu salib. Setiap orang yang telah menerima dengan cuma-cuma harus memberikannya dengan cuma-cuma, tetapi tidak percuma. Pelayanan kepada sesama tidak dibatasi oleh tempat dan wantu. Dimana kita diutus, ditempatkan. Dimana kita tinggal dan hidup berkeluarga dan bekerja disitu tempat pelayanan kita. Bentuk dan sasarannya pun tidak terpatas pada, barang, uang, perhatian dan waktu. Tetapi seantero (artinya segenap/ seluruh hidup). Rasul Paulus berkata: ” demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12: 1).
Melayani sesama adalah mewujudkan hukum kasih yang kedua, yaitu ”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22: 39). Mengasihi, melayani sesama sama dengan mengasihi, melayani Tuhan.
a. Seiman
Galatiga 6:10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
b. Semua orang
Pelayanan kepada semua orang, karena Firman Tuhan, keselamatan juga untuk semua orang. Yeremia 44:1 “Firman yang datang kepada Yeremia untuk semua orang Yehuda yang diam di tanah Mesir, di Migdol, di Tahpanhes, di Memfis dan di tanah Patros: Tuhan Yesus bekata kepada murid-murid-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini." ( Lukas 9:13).

Mungkin dalam kita akan menolong atau melayani sesama, kita masih bertanya-tanya, siapakah sesamaku manusia, seperti halnya pertanyaan orang Farisi dan Ahli-ahli taurat kepada Tuhan Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Maka Jawab Yesus:
"Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?".

Rasul Paulus menghimbau kepada jemaat di Galatia, ”Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”. Dan maksud dari semua itu ialah supaya ada keseimbangan, seperti yang dimaksud oleh Rasul Paulus, “Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan”. Lebih lanjut Paulus mengatakan maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.( II Korintus 8:13-14)
Sekarang sampailah kepada maksud dari pembahasan bagian ini, yaitu bentuk-bentuk pelayanan baik kepada Tuhan maupun kepada sesama. Dalam hal ini baik kepada sesama maupun kepada Tuhan tidak di bedakan, sebab Tuhan Yesus telah memberi pemahaman yang sederhana, ”....sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40).
Bentuk pelayanan kepada Tuhan dan sesama manusia seperti dicontohkan: ketika lapar, memberi makan; ketika haus, memberi minum; ketika ada seorang asing, memberi tumpangan; ketika telanjang, memberi pakaian; ketika sakit dan dalam penjara, melawat dan sebagainya.
Secara konkrit pelayanan dalam diwujudkan dengan mengunjungi panti asuhan, kunjungan kepada panti jompo, kunjungan kepada yang sakit dan yang menderita dan pemberian bantuan kepada setiap orang yang membutuhkan.